Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Effect of Tapping System Change on the Latex Physiological Parameters in Commercial Rubber Plantations Junaidi Junaidi; Atminingsih Atminingsih; Muhammad Rizqi Darojat; Arief Rachmawan; Andi Wijaya
International Journal of Agricultural Sciences Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/ijasc.5.1.%p.2021

Abstract

Latex diagnosis was introduced to monitor plant physiological status. In this study, we observed the effect of tapping system alteration in 2019 and 2020 on the latex physiological status. Latex samples were collected from 26 blocks of 10 rubber estates in North Sumatra Province, Indonesia. The physiological parameters assessed were totally solid, sucrose, inorganic phosphorus, and thiol contents. Our observation showed that the tapping system change did not significantly affect the total solid content. In terms of sucrose content, a significant effect was detected only in tapping change from quarter spiral upward tapping d3 to d4 (7.80 mM and 2.30 mM, respectively). While, inorganic phosphorus content decreased in all tapping system alterations, suggesting a metabolic response to tapping system adjustment. According to sucrose and inorganic phosphorus contents, yield optimization could be implemented in appropriate blocks. The thiols content was not significantly affected by tapping system alteration. The RSH values ranged from 0.32 mM to 0.76 mM, suggesting a wide variation in the antioxidant level of the plant. While sucrose and thiols content showed some discrepancies to the LD theory, Pi content exhibited a dependable response, suggesting that this parameter could be a good indicator to evaluate the tapping system regime. Our result could be a beneficial input for rubber planters to maintain the physiological level to the commercial extent.
PERBANYAKAN BAHAN TANAM KARET JUVENIL DI CHINA Atminingsih Atminingsih
Warta Perkaretan Vol. 32 No. 1 (2013): Volume 32, Nomor 1, Tahun 2013
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.392 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v32i1.30

Abstract

China merupakan konsumen karet alam terbesar di dunia. Meskipun demikian, China juga menghasilkan karet alam dalam jumlah yang kecil. Budidaya karet di China umumnya dapat dikembangkan di wilayah selatan yang memiliki iklim tropis dengan suhu udara masih memungkinkan untuk pertumbuhan karet. Tanaman karet dijumpai di provinsi Hainan, Guangdong, Guangxi, dan Fujian. Kondisi alam yang kurang optimal menyebabkan tidak semua klon yang diintroduksi dapat berkembang di China. Klon yang banyak dibudidayakan umumnya yang relatif tahan terhadap serangan angin seperti GT 1 dan PR 107 serta beberapa klon lokal (Heiken 1 dan Heiken 2). Penelitian terus dilakukan secara intensif oleh lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi maupun sekolah-sekolah teknik untuk mendapatkan jenis klon dan bahan tanam yang sesuai dengan kondisi iklim setempat. Salah satu hasil penelitian yang telah mendapat pengakuan dari pemerintah dan dunia adalah perbanyakan bahan tanam karet juvenil. Perbanyakan dilakukan dengan sangat dini saat umur batang bawah 15-20 hari dan entres menggunakan planlet dari hasil kultur anther. Perbanyakan dengan cara ini memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi sekitar 70%, juga memudahkan dalam transportasi (terutama entres). Bahan tanaman juvenil yang dihasilkan mempunyai daya tumbuh yang lebih cepat, pertumbuhan batang seperti seedling, dan produkstivitas 20% di atas tanaman asalnya.
PENGGUNAAN STIMULAN GAS ETILEN PADA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) Junaidi Junaidi; Atminingsih Atminingsih; Tumpal H. S. Siregar
Warta Perkaretan Vol. 33 No. 2 (2014): volume 33, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.579 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v33i2.53

Abstract

Penggunaan stimulan gas dapat menjadi alternatif untuk mengoptimalkan produksi tanaman. Mekanisme kerja stimulan gas etilen hampir sama dengan etefon. Perbedaannya adalah pada stimulan etefon bahan aktif terhidrolisis dalam jaringan tanaman menghasilkan gas etilen, sedangkan pada stimulan gas langsung diberikan dalam bentuk gas etilen. Beberapa hasil pengujian menunjukkan bahwa stimulan gas lebih tepat digunakan pada klon slow starter (SS) yang sudah dewasa dengan irisan ke arah atas pada kulit perawan. Penggunaan gas etilen pada tanaman muda maupun pada kulit pulihan tidak memberikan peningkatan produksi yang signifikan. Penyesuaian tata guna panel pada tanaman produktif dapat diadopsi dari tata guna panel klon SS dengan penggunaan stimulan gas etilen memasuki tahun ke-16 dengan irisan S/4U d/3.ETG. Penggunaan teknologi ini harus diikuti dengan penyesuaian sistem pendukung seperti manajemen hanca, peningkatan pengamanan, manajemen pengumpulan hasil, pemeliharaan alat, isi ulang gas dan pemindahan aplikator. Dengan pertimbangan kestabilan produksi dan umur ekonomis tanaman, penggunaan stimulan gas pada tanaman tua (2-3 tahun menjelang diremajakan) dinilai lebih realistis untuk diterapkan.
FENOMENA GUGUR DAUN SEKUNDER DI WILAYAH SUMATERA UTARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI KARET Junaidi Junaidi; Radite Tistama; Atminingsih Atminingsih; Zaida Fairuzah; Arief Rachmawan; Muhammad Rizqi Darojat; Mochlisin Andriyanto
Warta Perkaretan Vol. 37 No. 1 (2018): Volume 37, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5109.246 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v37i1.441

Abstract

Fenomena gugur daun sekunder dialami kebun-kebun di wilayah Sumatera pada tahun 2017. Studi ini bertujuan untuk mengetahui penyebab fenomena gugur daun berulang serta dampaknya terhadap produksi. Data diperoleh melalui survei lapangan, pengamatan di laboratorium serta analisis data curah hujan dan produksi bertujuan dari 35 titik pengamatan pada areal tanaman menghasilkan dari 20 kebun di wilayah Sumatera Utara yang dilaksanakan bulan September – Oktober 2017. Curah hujan yang tinggi pada bulan Maret diduga menjadi pemicu serangan penyakit gugur daun secara luas karena pada periode ini tanaman sedang membentuk daun baru. Colletotrichum dan Fusicoccum merupakan penyakit yang dominan yang dijumpai, sedangkan Oidium ditemukan dalam skala kecil. Klon PB 260 merupakan klon yang paling banyak mengalami serangan. Serangan juga dijumpai pada klon PB 330, PB 340, RRIM 712, RRIM 911, dan RRIM 937.  Penurunan produksi sebesar 1,3% dijumpai pada serangan Colletotrichum dan 2,7% akibat Fusicoccum. Penurunan produksi tertinggi terjadi pada PB 330 (14,4%) kemudian disusul berturut-turut pada klon klon BPM 1 (14,0%), PB 340 (10,8%), RRIM 712 (9,9%), dan RRIM 937 (1,5%). Teknis pencegahan dan penanggulangan serangan penyakit gugur daun mendesak untuk disosialisasikan kepada pekebun. Di samping itu, penelitian mengenai spesies dan ras baru patogen gugur daun perlu dilakukan terutama Fusicoccum mengingat penyakit ini tergolong baru di Indonesia dan belum banyak terpublikasi.