Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Perlakuan Fraksinasi Terhadap Kandungan ?-Karotene Pada Minyak Merah (Red palm olein) Syafnil, Syafnil
GRADIEN : Jurnal Ilmiah MIPA Vol 2, No 2 (2006): (Juli 2006)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.781 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan fraksinasi terhadap kandungan ?-karotenepada minyak sawit merah atau Red palm olein (RPO). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pertanian,Universitas Bengkulu selama 5 bulan, dari bulan Juni – November 2004. Parameter yang diamati adalahmenganalisis konsentrasi senyawa karotene yang telah dilakukan fraksinasi pada suhu 4oC dengan lamapenyimpanan selama 3, 6 dan 9 hari dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama masa penyimpanan (fraksinasi) semakin sedikit fraksi cair terbentuk tetapi konsentrasi karotennya semakin tinggi.   
Mereduksi Kandungan Fe (Besi) Dengan Metode Multi Soil Layering Syafnil, Syafnil
GRADIEN : Jurnal Ilmiah MIPA Vol 4, No 2 (2008): (Juli 2008)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.874 KB)

Abstract

Kandungan maksimum Fe (besi) yang ditoleransi dalam air minum adalah 0,3 mg/L, sedangkan untuk kriteria airbersih 1 mg/L. Jika di dalam suatu perairan mengandung zat besi yang berlebih, maka harus diusahakan agar kandungan besi jadi memenuhi syarat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi sistem multi soil layering dalam mereduksi kandungan Fe dalam air gambut. Perlakuan yang diberikan adalah memberikan 6 variasi kecepatan aliran atau loading yaitu 300 mL/jam; 600 mL/jam; 900 mL/jam; 1200 mL/jam dan 1500 mL/jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem MSL dapat mereduksi kadar Fe dari 1,86 mg/L menjadi 0,15 mg/L – 0,33 mg/L dengan tingkat efisiensi antara 82,26 % - 91,94 %. Tingkat efisiensi berkurang dengan bertambahnya kecepatan aliran. Kadar Fe setelah pengolahan telah memenuhi syarat sebagai air baku untuk air minum, kecuali untuk perlakuan loading 1800 mL/jam hanya memenuhi kriteria sebagai air bersih.   
Karakteristik Tapai Ketan Hitam Hasil Teknik Pemasakan yang Berbeda Marniza Marniza; Syafnil Syafnil; Sari Safitri
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 7 No 2 (2020): Jurnal Teknologi Agro-Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/jtai.v7i2.124

Abstract

Tapai ketan hitam is Indonesian traditional food that fermented glutinous rice. In Bengkulu City, the tapai ketan hitam is sole at Lingkar Barat, Bengkulu City. The production of the tapai ketan hitam different on cooking methods, which boiling or steaming method. The aim of research was to obtain the characteristic of fermented glutinous rice that cooked with boilling or steaming. Characteristic of the tapai ketan hitam was relatively not different for boiling and steaming methods. The characteristics of black tapai were pH 4.8, ethanol content 1.5%, reduced sugar 10.97 and 11.54 %, red purple colour, soft texture and tapai specific aroma.
PENGARUH KONSENTRASI NaCHO3 DAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP SIFAT FISIK, KANDUNGAN KALSIUM OKSALAT DAN NILAI TAMBAH TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus) Ulfah Anis; Hidayat Koto; Syafnil Syafnil
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol 9 No 1 (2022): Jurnal Teknologi Agro-Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/jtai.v9i1.154

Abstract

Suweg tubers can be found in the Empat Lawang area, South Sumatra. The local community has not used the suweg tubers to be processed into food products because people only know them as wild plants that can cause itching. Suweg tubers also contain nutrients such as protein, carbohydrates, fats, minerals, vitamins, and a low glycemic index. The itching effect on the skin is due to calcium oxalate in the suweg tuber. Therefore, it is necessary to reduce the calcium oxalate content in suweg tuber flour. This study aims to determine the effect of boiling time and the addition of NaCHO3 with various concentrations on the water content, color, calcium oxalate content, and added value of the resulting suweg flour. This study used a completely randomized design with two factors: the concentration of NaCHO3 (6%, 8%, and 10%) and boiling time (10 minutes, 20 minutes, and 30 minutes). The results showed that the concentration of added NaCHO3 affected the calcium oxalate content of suweg flour. Boiling time affected the water content and calcium oxalate content of suweg flour. The greater the concentration of NaCHO3 added and the longer the boiling time affected the color of the suweg flour becomes medium brown. Suweg flour has an added value of Rp. 10.070,- /kg.
PETANI Vs PENGUASA (Penyerobotan Tanah Dan Perlawanan Petani Di Kabupaten Pasaman Barat) Syafnil Syafnil; Zainal Arifin; Maskota Delfi
Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Vol 9, No 2 (2022): Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/sosial.v9i2.4166

Abstract

Peningkatan ekonomi melalui penanaman modal asing di sektor perkebunan misalnya meningkatkan kapitalisasi dan ekspansi perkebunan yang terus menggerus tanah ulayat. Penyerobotan tanah ulayat menjadi isu yang sering menempel pada perluasan perkebunan kelapa sawit. Mekanisme penyelesaian konflik tanah yang tidak baik menimbulkan perlawanan yang berkepanjangan antara Petani dengan penguasa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi etnografi, khususnya etnografi kritis. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi partisipatif, studi pustaka dan dokumentasi untuk mendukung data-data yang diperoleh dari lapangan. Pemilihan informan menggunakan cara snowball sampling. Kasus yang terjadi di Nagari Lingkuang Aua dilihat dari sudut pandangan politik ekologi dan Perlawanan Petani. Temuan penelitian menunjukkan bahwa konflik tanah antara petani dengan perusahaan sudah lama terjadi. Tuntutan masyarakat peti tidak ditanggapi serius oleh perusahaan. perusahaan mengulur-ulur waktu dengan berlindung dibalik izin HGU yang mereka miliki. Kondisi demikian juga di dukung oleh lemahnya nalar kritis pemerintah daerah. Mereka cenderung melindungi perusahaan dan tidak mengusut lebih jauh karena perusahaan sudah memiliki HGU. Kekecewaan masyarakat petani membuat mereka terus melanjutkan aksi perlawanan mereka hingga saat ini
PETANI Vs PENGUASA (Penyerobotan Tanah Dan Perlawanan Petani Di Kabupaten Pasaman Barat) Syafnil Syafnil; Zainal Arifin; Maskota Delfi
Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 9 No. 2 (2022): Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/sosial.v9i2.4166

Abstract

Peningkatan ekonomi melalui penanaman modal asing di sektor perkebunan misalnya meningkatkan kapitalisasi dan ekspansi perkebunan yang terus menggerus tanah ulayat. Penyerobotan tanah ulayat menjadi isu yang sering menempel pada perluasan perkebunan kelapa sawit. Mekanisme penyelesaian konflik tanah yang tidak baik menimbulkan perlawanan yang berkepanjangan antara Petani dengan penguasa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi etnografi, khususnya etnografi kritis. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi partisipatif, studi pustaka dan dokumentasi untuk mendukung data-data yang diperoleh dari lapangan. Pemilihan informan menggunakan cara snowball sampling. Kasus yang terjadi di Nagari Lingkuang Aua dilihat dari sudut pandangan politik ekologi dan Perlawanan Petani. Temuan penelitian menunjukkan bahwa konflik tanah antara petani dengan perusahaan sudah lama terjadi. Tuntutan masyarakat peti tidak ditanggapi serius oleh perusahaan. perusahaan mengulur-ulur waktu dengan berlindung dibalik izin HGU yang mereka miliki. Kondisi demikian juga di dukung oleh lemahnya nalar kritis pemerintah daerah. Mereka cenderung melindungi perusahaan dan tidak mengusut lebih jauh karena perusahaan sudah memiliki HGU. Kekecewaan masyarakat petani membuat mereka terus melanjutkan aksi perlawanan mereka hingga saat ini
Energi Baru Terbarukan Sebagai Suatu Pembenaran Syafnil Syafnil
Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 10 No. 2 (2023): Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/sosial.v10i2.5759

Abstract

Persoalan ketahanan energi selalu menjadi isu penting di banyak negara karena energi sangat di butuhkan untuk pembangunan guna mencapai kesejahteraan. Persoalan dari sumber energi fosil yang umum dipakai sekarang ini banyak di perdebatkan oleh para ahli karena mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Perdebatan itu memunculkan wacana untuk beralih sumber energi baru, khususnya energi yang bisa terbarukan. Energi terbarukan sangat di perlukan untuk bisa memenuhi kebutuhan manusia, menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan. Persoalan itu akhirnya ditindaklanjuti melalui berbagai aktivitas, program dan kebijakan yang dilakukan oleh NGO maupun pemerintah. Tindakan, program atau kebijakan, tidak semua upaya tersebut mampu untuk membawa dampak yang berarti dalam mengatasi persoalan lingkungan, apalagi mencapai kesejahteraan masyarakat. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa aktivitas, program dan kebijakan yang diambil hanyalah wacana yang dikembangkan untuk mencapai kepentingan dari kelompok tertentu. Tulisan ini ingin menyampaikan tentang berkembangnya wacana tentang energi baru terbarukan sebagai suatu pembenaran. Pembenaran yang mengatasnamakan kesejahteraan dan pelestarian lingkungan yang muncul akhir-akhir ini dalam kehidupan masyarakat, serta dampaknya bagi kehidupan sosial masyarakat