Syamdidi Syamdidi
Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Quality Deterioration of Boiled Salted Carp Fish (Cyprinus carprio), Processed using Different Cooking Methods, During Chilling Storage Dwi Suryaningrum, Theresia; Syamdidi, Syamdidi
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 8, No 2 (2013): August 2013
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/squalen.v8i2.89

Abstract

Study on quality changes of boiled salted Carp  fish, processed using different cooking  methods during chilling storage has been conducted. The  study was  intended to obtain an information on  the effect of cooking method on  the shelf-life of boiled salted carp fish (Cyprinus carpio) at chilling temperatures. Fish was soaked in a 0.2% of alum solution and then marinated in condiment solution for 30 minutes. Fish were cooked for 4 h by two different methods i.e steaming and boiling,  at 98-100 oC,  and then dried  in the oven at 80-90 oC for 1 hour. Boiled salted fish  then were  stored at chilling room (2-4 oC)  and observed every 3 days for 15 days.  The quality of boiled salted  fish were analyzed  i.e proximate at the beginning and the end of storage, while moisture content, pH, TVB, total plate count, mold and sensory test were conducted  during chilling storage. The results showed that steamed boiled salted  carp  fish had higher protein content, pH and also have better product which was preferable by the panelists. Based on this result  steaming method   was recomended to be used as processing method for production  of boiled salted  carp fish from fresh water.  Sensory test found that panelists preferred steamed  product which had a good appearance, odor, taste  and texture.  However steamed product had faster increase of  moisture content, TVB, and number of  bacteria as well as the decrease of pH value and odor causing faster deterioration of product compared to boiling method. Based on microbiological  tests, the boiled salted carp fish cooked by steaming  methods  were  safe to be consumed before 6 days  and the boiling method before 9 days, since storage exceed that periods resulted in  number  of bacteria already reached the maximum number allowed  and became not suitable for human consumption.
Kajian Fisiologis Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) pada Suhu Dingin Sebagai Dasar untuk Penanganan dan Transportasi Hidup Sistem Kering Ikasari, Diah; syamdidi, syamdidi; Suryaningrum, Theresia Dwi
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 1 (2008): Juni 2008
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v3i1.9

Abstract

ABSTRAKKajian terhadap sifat fisiologis lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) pada suhu dingin telah dilakukan. Kajian ini bertujuan untuk menentukan metode dan waktu shock sebagai dasar untuk penanganan dan transportasi lobster hidup sistem kering. Penelitian dilakukan dengan menempatkan lobster pada media air yang bersuhu 12°C (shock secara langsung) dan pada media air yang suhunya diturunkan secara bertahap (shock secara bertahap) dari suhu lingkungan (28–29°C) hingga 12°C selama 30 menit. Pengamatan dilakukan setiap 15 menit selama 60 menit terhadap aktivitas dan metabolisme, dengan mengukur nilai respirasi dan produksi metabolit lobster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode shock secara langsung, aktivitas dan metabolisme lobster air tawar terendah terjadi pada menit ke-45 dengan tingkat respirasi 81,2 ppm O2/kg ikan/jam, produksi NH3 sebesar 1,29 ppm/kg ikan/jam, dan NO2 sebesar 0,036 ppm/kg ikan/jam. Adapun dengan metode shock secara bertahap, aktivitas dan metabolisme lobster air tawar terendah diperoleh pada menit ke-30 dengan tingkat respirasi 58,5 ppm O2/kg ikan/jam, produksi NH3 sebesar 0,76 ppm/kg ikan/jam, dan NO2 sebesar 0,092 ppm/kg ikan/jam. Metode shock secara langsung selama 45 menit dan metode shock secara bertahap selama 30 menit berpeluang untuk digunakan dalam penanganan dan transportasi lobster air tawar hidup.
Produksi Kitin Skala Pilot Plant dari Cangkang Rajungan (Portunus spp.) Putro, Sumpeno; Syamdidi, Syamdidi; Wibowo, Singgih
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 2, No 1 (2007): Juni 2007
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v2i1.25

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dimaksudkan untuk mencari konsentrasi NaOH teknis (technical grade) dan waktu ekstraksi optimum dalam proses pengolahan kitin dari limbah cangkang rajungan (Portunus spp.) skala pilot plant. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa NaOH merupakan bahan kimia yang efektif dalam proses deproteinasi cangkang rajungan, namun harganya cukup mahal. Untuk skala besar, maka perlu digunakan NaOH teknis yang harganya lebih murah. Karena NaOH teknis mempunyai tingkat kemurnian yang lebih rendah, maka perlu dilakukan penyesuaian konsentrasi yang diperlukan, agar tercapai efiensi usaha, dalam arti kualitas produk terjamin, tetapi biaya produksi dapat ditekan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa untuk pembuatan kitin diperlukan NaOH p.a. (pro analysis grade) sebanyak 3%, penelitian ini didesain dengan menggunakan NaOH teknis dengan konsentrasi 3,5%, 5% dan 6,5% dan waktu perendaman 2 dan 3 jam. Hasil penelitian skala pilot plant ini menunjukkan bahwa penggunaan NaOH teknis dengan konsentrasi 3,5%, 5% dan 6,5% dan waktu perendaman selama 2 dan 3 jam tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen kitin yang dihasilkan. Dari uji coba skala pilot plant ini dapat disimpulkan bahwa proses deproteinasi cangkang rajungan yang paling optimal adalah dengan menggunakan larutan NaOH teknis 3,5% selama 2 jam. Rendemen kitin yang dihasilkan cukup tinggi (13,3%) dan mutunya sesuai dengan standar yang berlaku di pasar internasional.
Studi Sifat Fisiologi Ikan Gurami (Osphronemus gourami) Pada Suhu Rendah untuk Pengembangan Teknologi Transportasi Ikan Hidup Syamdidi, Syamdidi; Ikasari, Diah; Wibowo, Singgih
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 1, No 1 (2006): Juni 2006
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v1i1.233

Abstract

Tulisan ini melaporkan tentang studi sifat fisiologi ikan gurami dalam media air yang suhunya diturunkan secara bertahap sebagai dasar penyusunan teknologi transportasi ikan gurami hidup. Metode yang dilakukan adalah dengan menurunkan suhu media air secara bertahap dengan kecepatan 5oC/jam sampai ikan gurami tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas dan metabolisme (respirasi dan produksi metabolit) ikan. Hasil studi menunjukkan bahwa respirasi dan metabolit ikan gurami cenderung menurun seiring dengan makin rendahnya suhu, terutama setelah suhu mencapai 23,6oC. Pada awal penurunan suhu terjadi sedikit peningkatan respirasi (dari 168,0 menjadi 177,6 mg O2/kg ikan/jam) kemudian turun dan mencapai titik terendah (1,6 mg O2/kg ikan/jam) pada suhu 13,6oC. Pola produksi metabolit serupa dengan pola laju respirasi, yaitu meningkat di awal penurunan suhu (NH3 dari 5,76 menjadi 11,52 mg NH3/kg ikan/jam, dan NO2 dari 0,16 menjadi 0,66 mg NO2/kg ikan/jam) kemudian turun seiring dengan penurunan suhu (1,64 mg NH3/kg ikan/jam dan 0,16 mg NO2/kg ikan/jam pada suhu 13,6oC).