Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Uji Potensi Epigallocatechin Gallate Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca var. Raja) terhadap Caspase 3 melalui Granzyme B Pathway pada Mencit (Mus musculus) Model Sepsis Berbasis in Silico Lisa Savitri; Elfred Rinaldo Kasimo; Lian Pandu Farendra; Iza Dwi Muslikha
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 20, No 3 (2020): Oktober
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jiubj.v20i3.1023

Abstract

Yellow ripe banana skin is rich in flavonoid compounds, and contains other phenolic compounds. The presence of flavonoids and other phenolic compounds in banana peels needs to be identified and tested for their activities, so as to increase the utilization of banana waste more optimally. Besides bananas also contain high epigallocatechin gallate (EGCG). EGCG is well known for its wide spectrum of biological activity as an anti-oxidative, anti-inflammatory and anti-tumor agent. The purpose of this study was to determine the potential of EGCG of plantain (Musa paradisiaca var. Raja) peel against caspase 3 through granzyme B pathway in mice (Mus musculus) sepsis model based on silico. Analysis of the potential of EGCG on mice was carried out using the application http://stitch.embl.de/. STITCH is a database of known and predicted interactions between chemicals and proteins. Interactions include direct (physical) and indirect (functional) associations, STITCH data derived from computational predictions, from the transfer of knowledge between organisms, and from interactions collected from other (primary) databases. Analysis of the mechanism of epigallocatechin gallate of plantain peel against capase 3 in sepsis mice using bioinformatics application https://www.kegg.jp/. Based on the results of the analysis it can be seen that EGCG can be used as a promising target agent candidate for plasma membrane proteins, such as epidermal growth factor receptors. In addition, action mechanisms have been demonstrated that rely on inhibition of ERK1 / 2, p38 MAPK, NF-κB, and vascular endothelial growth factors. Furthermore, EGCG and its derivatives are used in proteasome inhibition and they are involved in epigenetic mechanisms.
Uji Potensi Triterpenoid dari Kulit Batang Waru Jawa (Hibiscus tiliaceus L.) sebagai Kandidat Antiinflamasi pada Mencit (Mus musculus) Model Rheumatoid Arthritis Berbasis in Silico Lisa Savitri; Elfred Rinaldo Kasimo; Datin An Nisa Sukmawati; Syntia Tanu Juwita; Eka Wahyuningtiyas; Ana Retnowati
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 21, No 3 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jiubj.v21i3.1619

Abstract

Waru jawa (Hibiscus tiliaceus L.) is a plant that functions as an anti-inflammatory. Compounds from the waru jawa plant, especially the bark can be grouped into alkaloids, flavonoids, triterpenoids, and steroids. The content of triterpenoids from the waru jawa stem bark was tested for their biochemical activity, so that it is expected that the bark of Javanese waru stems can be used optimally. This study aims to determine the potential of triterpenoids from waru jawa stem bark as anti-inflammatory candidates in mice (Mus musculus) rheumatoid arthritis model in silico-based. Potential analysis of triterpenoids in mice was carried out using the STITCH, which is a database of known and predicted interactions between chemicals and proteins found in living things. Interactions in question are physical and functional associations, the data contained in STITCH comes from computational predictions, transfer of knowledge between organisms, and from interactions collected from other databases. Analysis of the triterpenoid mechanism of waru jawa stem bark against rheumatoid arthritis model mice in silico-based using the bioinformatics application Kegg. Based on the results of the analysis, it can be seen that triterpenoids derived from waru jawa stem bark sources play an important role in reducing inflammation. The triterpenoids target NF-κB, leading to its downregulation. Triterpenoids have been found to have many functions, although their effective concentrations for various cellular effects may vary widely. Depending upon the dose administered, triterpenoids can induce anti-inflammatory, proliferation-arresting, apoptotic effects, cytoprotective, and tumor-differentiating.
Gambaran Basofil, TNF-α, dan IL-9 Pada Petani Terinfeksi STH di kabupaten Kediri Elfred Rinaldo Kasimo
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 No. 3 (2016): JURNAL BIOSAINS PASCASARJANA
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (883.944 KB) | DOI: 10.20473/jbp.v18i3.2016.230-254

Abstract

Abstrak Infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) adalah salah satu infeksi cacing paling umum Hal ini ditemukan dalam hubungan dengan kebersihan pribadi yang buruk, sanitasi yang buruk, dan di daerah-daerah yang menggunakan kotoran cacing ini sebagai pupuk. Salah satu pekerjaan yang sangat erat kaitannya dengan infeksi STH adalah pekerjaan yang berhubungan dengan tanah yaitu bertani. Infeksi A. lumbricoides mengaktifasi respon sel Th2 yang kemudian melepaskan sitokin IL-4, IL-9 dan IL-13 untuk merespon antigen parasit yang kemudian bersama produk sel lain akan mengeluarkan cacing dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran basofil, TNF-α dan IL-9 pada infeksi STH. Total Subyek penelitian ini adalah  40 orang petani, yang terdiri dari 20 orang terinfeksi dan 20 orang tidak terinfeksi di dusun Sumberagung dan Janti di Kabupaten Kediri kemudian. Hasil : Terdapat perbedaan kadar TNF-α pada petani terinfeksi STH dan tidak terinfeksi sedangkan jumlah basofil dan kadar IL-9 tidak terdapat perbedaan. Kesimpulan : ada perbedaan TNF-α pada petani terinfeksi STH dan tidak terinfeksi sedangkan jumlah basofil dan kadar IL-9 tidak terdapat perbedaan. Kata kunci : STH, basofil, TNF-α, IL-9
Perbedaan Glukosa Serum dan Plasma NaF Dengan Penundaan 12 Jam Pada Pasien Diabetes Melitus Elfred Rinaldo Kasimo
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 16, No 1 (2020): JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
Publisher : Faculty of Public Health, Faculty of Medicine and Health, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.787 KB) | DOI: 10.24853/jkk.16.1.20-24

Abstract

Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif, dengan ciri hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan glukosa serum dan plasma NaF dengan penundaan 12 jam pada pasien diabetes melitus. Metode yang digunakan cross-sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden, diambil secara purposive sampling. Kadar glukosa serum dan plasma NaF dengan penundaan 12 jam diperiksa dengan metode GOP-PAP dan sebagai pembanding adalah glukosa serum  segera diperiksa.  Darah dimasukkan dalam 3 tabung berbeda, darah segera diperiksa, glukosa serum dan plasma NaF dengan penundaan 12 jam. Hasil penelitian ditemukan perbedaan glukosa serum dan plasma NaF dengan penundaan 12 jam pada pasien diabetes melitus  p > 0,05(p = 0,000 dan 0,118). Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan perbedaan bermakna antara glukosa serum dan plasma NaF dengan penundaan 12 jam pada pasien diabetes melitus.
PELATIHAN PEMBUATAN JAMU INSTAN UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS TUBUH DI DESA KEMADUH, NGANJUK Mujtahid Bin Abd. Kadir; Arif Nurma Etika; Elfred Rinaldo Kasimo; Moh Alimansyur; Tontowi Jauhari; Erik Irham Lutfi; Evi Husniati Sya'idah; Bella Ainun Eka Wardani
Jurnal Abdi Masyarakat Vol 5, No 2 (2022): Jurnal Abdi Masyarakat Mei 2022
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jaim.v5i2.2658

Abstract

The COVID-19 pandemic has had a huge impact on the way people live. Efforts that can be made to prevent the transmission of COVID-19 include increasing the body's immune system by consuming herbs from a mixture of ginger and turmeric. The chemical content of herbs and turmeric is believed to be able to increase the body's immune system and have the same efficacy when consuming vitamin C. To facilitate the presentation process, these ginger and turmeric rhizomes need to be made in instant herbal preparations. For this reason, this community service activity was carried out to provide knowledge on the processing of ginger and turmeric into instant herbal medicine so that they could provide added value to the residents of Kemaduh village, Nganjuk. This activity was carried out by providing training to 8 residents who were willing and then the results of the instant herbal medicine were distributed to the residents to get an assessment both in terms of appearance and taste. Of the 8 participants who took part in the training on processing ginger and turmeric instant herbs, it was found that 100% were very knowledgeable about processing ginger and turmeric instant herbs. And for the assessment of taste, from 14 respondents 64.29% answered good and 35.71% answered very well. And in terms of appearance, 21.43% answered well and 78.57% answered very well. Based on the results above, it is known that the training participants understand the method of making ginger and turmeric instant herbal medicine and the public likes the results of this instant herbal medicine.Pandemi covid-19 memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pola hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan covid-19 ini diantaranya meningkatkan sistem imun tubuh dengan mengkonsumsi jamu dari campuran jahe dan kunyit. Kandungan kimia pada jamu dan kunyit diyakini dapat meningkatkan sistem imun tubuh dan khasiatnya sama saat mengkonsumsi vitamin C. untuk memberi mempermudah dalam proses penyajian maka rimpang jahe dan kunyit ini perlu dibuat dalam sediaan jamu instan. Karena inilah kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk memberi pengetahuan terhadap pengolahan jahe dan kunyit menjadi jamu instan sehingga dapat memberi nilai guna lebih terhadap warga desa Kemaduh, Nganjuk. Kegiatan ini dilakukan dengan memberi pelatihan kepada 8 orang warga yang bersedia dan selanjutnya hasil dari jamu instannya di bagikan kewarga untuk mendapatkan penilaian baik dari segi penampilan maupun rasanya. Dari  8 peserta yang ikut pelatihan pengolahan jamu instan jahe dan kunyit didapatkan 100% sangat paham dalam hal pengolahan jamu instan jahe dan kunyit. Dan untuk penilaian terhadap rasa, dari 14 responden 64,29% menjawab baik dan 35,71% menjawab sangat baik. Dan untuk dari segi penampilan 21,43% menjawab baik dan 78,57% menjawab sangat baik. Berdasarkan hasil diatas diketahui, peserta pelatihan sangat memahami metode pembuatan jamu instan jahe dan kunyit dan masyarakat suka dengan hasil olahan jamu instan ini.
PELATIHAN PEMBUATAN JAMU INSTAN UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS TUBUH DI DESA KEMADUH, NGANJUK Mujtahid Bin Abd. Kadir; Arif Nurma Etika; Elfred Rinaldo Kasimo; Moh Alimansyur; Tontowi Jauhari; Erik Irham Lutfi; Evi Husniati Sya'idah; Bella Ainun Eka Wardani
Jurnal Abdi Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2022): Jurnal Abdi Masyarakat Mei 2022
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jaim.v5i2.2658

Abstract

The COVID-19 pandemic has had a huge impact on the way people live. Efforts that can be made to prevent the transmission of COVID-19 include increasing the body's immune system by consuming herbs from a mixture of ginger and turmeric. The chemical content of herbs and turmeric is believed to be able to increase the body's immune system and have the same efficacy when consuming vitamin C. To facilitate the presentation process, these ginger and turmeric rhizomes need to be made in instant herbal preparations. For this reason, this community service activity was carried out to provide knowledge on the processing of ginger and turmeric into instant herbal medicine so that they could provide added value to the residents of Kemaduh village, Nganjuk. This activity was carried out by providing training to 8 residents who were willing and then the results of the instant herbal medicine were distributed to the residents to get an assessment both in terms of appearance and taste. Of the 8 participants who took part in the training on processing ginger and turmeric instant herbs, it was found that 100% were very knowledgeable about processing ginger and turmeric instant herbs. And for the assessment of taste, from 14 respondents 64.29% answered good and 35.71% answered very well. And in terms of appearance, 21.43% answered well and 78.57% answered very well. Based on the results above, it is known that the training participants understand the method of making ginger and turmeric instant herbal medicine and the public likes the results of this instant herbal medicine.Pandemi covid-19 memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pola hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan covid-19 ini diantaranya meningkatkan sistem imun tubuh dengan mengkonsumsi jamu dari campuran jahe dan kunyit. Kandungan kimia pada jamu dan kunyit diyakini dapat meningkatkan sistem imun tubuh dan khasiatnya sama saat mengkonsumsi vitamin C. untuk memberi mempermudah dalam proses penyajian maka rimpang jahe dan kunyit ini perlu dibuat dalam sediaan jamu instan. Karena inilah kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk memberi pengetahuan terhadap pengolahan jahe dan kunyit menjadi jamu instan sehingga dapat memberi nilai guna lebih terhadap warga desa Kemaduh, Nganjuk. Kegiatan ini dilakukan dengan memberi pelatihan kepada 8 orang warga yang bersedia dan selanjutnya hasil dari jamu instannya di bagikan kewarga untuk mendapatkan penilaian baik dari segi penampilan maupun rasanya. Dari  8 peserta yang ikut pelatihan pengolahan jamu instan jahe dan kunyit didapatkan 100% sangat paham dalam hal pengolahan jamu instan jahe dan kunyit. Dan untuk penilaian terhadap rasa, dari 14 responden 64,29% menjawab baik dan 35,71% menjawab sangat baik. Dan untuk dari segi penampilan 21,43% menjawab baik dan 78,57% menjawab sangat baik. Berdasarkan hasil diatas diketahui, peserta pelatihan sangat memahami metode pembuatan jamu instan jahe dan kunyit dan masyarakat suka dengan hasil olahan jamu instan ini.
Gambaran Histopatologi Ginjal Mencit Model Sepsisyang Diberikan Efek Preventif Ciprofloxacin dan Diinduksi Escherichia coli Lisa Savitri; Elfred Rinaldo Kasimo; Datin An Nisa Sukmawati; Syntia Tanu Juwita; Ester Lianawati Antoro; Ida Septika Wulansari; Stanislaus Rachel Pringgadani; Akbar Nur Kholis
Jurnal Veteriner Vol 24 No 1 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.101

Abstract

Bakteri Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang paling sering dikaitkan dengan peningkatan insiden sepsis, yang merupakan kondisi klinis yang parah dan sering terjadi di unit perawatan intensif dengan tingkat kematian bervariasi antara 35% dan 50% pada syok septik. Respons inang/host terhadap infeksi menyebabkan kegagalan organ berfungsi pada pasien dengan sepsis. Salah satu organ yang terkena dampak parah adalah ginjal, dengan sepsis menjadi penyebab utama cedera ginjal akut pada pasien sakit kritis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengungkap perbandingan gambaran histopatologi ginjal mencit (Mus musculus) model sepsis yang diinduksi E. coli yang diberikan efek preventif ciprofloxacin. Mencit yang telah diadaptasikan diberikan perlakuan selama 14 hari dengan variasi sebagai berikut: 1) mencit normal (N), 2) mencit diinduksi dengan E. coli (dengan pemberian preventif aquades) (K-), 3) mencit diinduksi dengan E. coli (dengan pemberian preventif ciprofloxacin) (K+). Struktur histopatologi kelompok N tidak menunjukkan adanya kerusakan pada tubulus ginjal. Pada kelompok perlakuan K- ditemukan adanya perdarahan inter-tubuler yang ditandai dengan perdarahan berlebih di ruang antar tubulus. Selain itu juga ditemukan perdarahan intra-tubuler disertai terjadinya piknosis, serta karioreksis. Pada kelompok perlakuan K+ ditemukan piknosis, kongesti, kariolisis, karioreksis dan nekrosis, tetapi perdarahan intra-tubuler tidak ditemukan. Penelitian ini menguatkan temuan dari penelitian hewan dan manusia baru-baru ini yang menunjukkan bahwa sepsis dengan cedera ginjal akut tidak dapat dijelaskan hanya dengan perubahan morfologis.