Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Semiotika Roland Barthes Dalam Film "Eight Below" Deavvy M.R.Y Johassan
Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Komunikasi dan Bisnis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Film Eight Below menceritakan kisah dramatis perjuangan hidup anjing penarik kereta salju dengan peneliti yang sedang melakukan penelitian di kutub selatan (antartika). Fillm ini sendiri merupakan adaptasi fiksi dari sebuah kisah nyata sehingga sekalipun terinspirasi dari kisah nyata, tapi tidak semua berdasarkan kisah nyata yang terjadi. Analisis Semiotika Roland Barthes, penanda dan petanda baik pada tataran denotatif dan tataran konotatif peneliti menggambarkan bagaimana konstruksi realitas interaksi antara manusia dengan hewan anjing dalam media film dan bagaimana realitas interaksi yang terjadi dalam hidup sehari-hari. Dari aspek-aspek penanda dan petanda itu peneliti melihat realitas interaksi manusia dengan hewan anjing dalam film ini tidak sebagai hewan peliharaan dan sebagai sahabat. Berdasarkan aspek-aspek penanda dan petanda tersebut realitas interaksi yang terdapat dalam film dapat dikategorikan yaitu anjing tidak hanya sebagai hewan peliharaan dan anjing sebagai hewan peliharaan. Berdasarkan Analisis Tataran Pertama dan Analisis Tataran Kedua dari Semiotika Barthes, mitos yang disampaikan dalam film Eight Below adalah anjing yang dianggap sebagai penyelamat manusia dan sebagai sahabat manusia. Realitas yang dibangun dalam film merupakan representasi dari penghargaan masyarakat di daerah kutub terhadap keberadaan anjing. Kedekatan secara emosional antara Jerry dengan anjing-anjingnya digambarkan secara natural dalam film Eight Below. Akting dari anjing-anjing juga terkesan alami tidak melalui teknik animasi atau dengan efek tertentu.
PENERAPAN KANON RETORIKA DALAM UNMASKED POETRY OPEN MIC PERIODE FEBRUARI 2018 Olga Koswanurfan Dianka; Deavvy M.R.Y Johassan
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol. 8 No. 1 Tahun 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46806/jkb.v8i1.644

Abstract

Pada era modern, setiap penyair memiliki kebebasan menampilkan puisi apapun menjadi suatu aksi panggung. Bahkan puisi-puisi yang memuat kritik sosial sekalipun, selama puisi tersebut adalah karya yang baik, dan dapat dipertanggung-jawabkan secara originalitas. Namun, ungkapan perasaan penyair tak jarang sukar dipahami, dan gagal memperoleh simpati penonton. Pesan yang ditangkap oleh khalayak kerap menyimpang dari apa yang sejatinya diutarakan. Jika merujuk pada permasalahan ini, peneliti melihat, pentingnya kemampuan menguasai tahapan berbicara di depan umum (public speaking) sebagai sebuah hal yang harus dipertimbangkan oleh penyair ketika ia hendak mementaskan puisinya di hadapan publik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, serta triangulasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis Miles, dan Huberman yang terbagi atas pengumpulan data, serta informasi, reduksi data, penyajian data, juga kesimpulan. Pada dasarnya, penerapan lima kanon retorika dalam acara pembacaan puisi oleh empat pendiri Unmasked Poetry Open Mic bertujuan untuk menyempurnakan proses berbicara kepada audiens dengan maksud menginformasikan, mempersuasi, mengedukasi, menghibur, serta mendeskripsikan suatu hal yang penting diketahui oleh khalayak. Kata Kunci: Kanon Retorika, Penyair, Speech, Puisi
CULTURAL HEGEMONY OF VOICE OF AMERICA (VOA) IN PROGRAM VOA GONDANGDIA (THANKSGIVING EPISODE) ON INDONESIAN DANGDUT RADIO Revi Swandarini; Deavvy M.R.Y Johassan
JURNAL KOMUNIKASI DAN BISNIS Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol. 9 No. 2 Tahun 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46806/jkb.v9i2.771

Abstract

Radio is one form of mass media that is quite easily accessible by anyone. The broadcast programs owned by Radio Dangdut Indonesia are quite diverse. Radio Dangdut Indonesia believes that all its programs are prime time. However, there is one program that according to the author is quite unique, namely VOA GONDANGDIA which incidentally is an acronym for "Goyang Dangdut in Abroad". The practice of hegemony takes place very smoothly, as if the hegemonic group can enter and mingle with the hegemonic group and acculturation occurs as well as the common vision, mission, and needs in these two groups. Through text elements, the practice of cultural hegemony through text dimensions is carried out by VOA (Voice of America) in the Thanksgiving episode of VOA GONDANGDIA program. The hegemony stems from the choice of theme and the many uses of English terms and the atmosphere that is formed so that it can play the audience's theater of mind and form its own opinion about Thanksgiving. Based on the production process of cultural hegemony, it can be seen from the conceptor of the Thanksgiving episode VOA GONDANDIA program regarding his perspective which has already been hegemoned by American culture. In the dimension of social context, America's great power and great access to it through VOA (Voice of America), makes a practice of cultural hegemony contained in the Thanksgiving episode of VOA GONDANGDIA program. Keywords: Radio, Cultural Hegemony, Thanksgiving, Voice of America, Dangdut, Indonesia