Faisal Hamzah
Balai Penelitian dan Observasi Laut, Balitbang KP, KKP

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

OKSIGEN TERLARUT DI SELAT LOMBOK Faisal Hamzah; Mukti Trenggono
Jurnal Kelautan Nasional Vol 9, No 1 (2014): APRIL
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1102.107 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v9i1.6199

Abstract

Oksigen merupakan gas penting dalam perairan laut dan berperan dalam proses biogeokimia laut. Sumber oksigen berasal dari difusi dari udara melalui proses turbelensi dan hasil fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji distribusi dan pengaruh Indonesian Throughflow (ITF) terhadap konsentrasi oksigen terlarut di Selat Lombok. Sebanyak 11 stasiun (3 di utara; 6 di tengah; 2 di selatan) dianalisis kandungan oksigen terlarutnya dengan menggunakan metode modifikasi winkler. Hasil analisis menunjukan bahwa kandungan oksigen di bagian utara berkisar 2,48-7,15 mg/l, tengah 2,32-6,58 mg/l dan selatan 2,35-6,71 mg/l. Berdasarkan nilai apparent oxygen utilization (-2,70–5,64 mg/l) dan normal atmospheric equilibrium concentration (3,84-7,96 mg/l), mencerminkan kandungan oksigen yang semakin berkurang pada lapisan permukaan. AOU dan NAEC secara implisit berubah terhadap kedalaman dimana konsentrasinya akan semakin tinggi  dengan bertambahnya kedalaman. Hasil pengukuran suhu dan salinitas menunjukan bahwa Selat Lombok mempunyai suhu dan salinitas masing-masing berkisar antara 4,74-30,080C dan 33,48-34,78 psu. Analisis TS-diagram menunjukan terdapat dua massa air yang membawa kandungan oksigen di Selat Lombok yaitu Northern Subtropical Lower Water (NSLW) (salinitas=34,53-34,58 psu, suhu=13,57-15,06 0C; sigma-t (s t)=25,40-25,80)) dan Northern Pacific Intermediate Water  (NPIW) (salinitas=34,48-34,54 psu; suhu=6,30-7,90 0C; sigma-t (s t)=26,70-27,20). NSLW ditemukan pada kedalaman 100-180 (utara), 100-550 m (tengah) dan 190-220 m (selatan), sedangkan NPIW tidak terlihat dengan menggunakan pendekatan oksigen terlarut dan hanya bisa dilihat dengan pendekatan suhu dan salinitas.
PERGERAKAN ZONA KONVERGENSI DI SAMUDERA PASIFIK BAGIAN BARAT BERDASARKAN DATA INSITU DAN SATELIT Faisal Hamzah; Eko Susilo; Iis Triyulianti; Agus Setiawan
Jurnal Kelautan Nasional Vol 10, No 2 (2015): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3516.601 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v10i2.6159

Abstract

Samudera Pasifik berperan penting dalam siklus El-Nino Southern Oscillation (ENSO) dan berpengaruh signifikan pada kegiatan penangkapan tuna di Indonesia, khususnya ikan Cakalang. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola pergerakan zona konvergensi di Samudera Pasifik bagian Barat dengan mengamati pergerakan parameter oseanografi seperti suhu, salinitas, klorofil-a, dan produktivitas primer. Data parameter oseanografi tersebut terdiri dari data insitu, data satelit maupun hasil pemodelan. Hasil analisis menunjukan adanya pergerakan zona konvergensi di Barat Pasifik yang dicirikan variabel proksi yaitu isotermal 29°C, isohalin 34,6 psu, konsenrasi klorofil-a sebesar 0,1 mg/m3 dan NPP 300 mgC/m2/day. Pola pergerakan zona konvergensi baik secara horisontal maupun vertikal dipengaruhi oleh ENSO. Pada saat terjadi La-Nina massa air dengan suhu yang hangat bergeser ke arah Barat yang diikuti dengan meningkatnya kesuburan perairan. Pergerakan vertikal massa air hangat terjadi pada kedalaman 25-75 m (suhu) dan 50 m (salinitas). Namun pada saat El-Nino massa air hangat bergerak ke arah Timur Samudera Pasifik. Fluktuasi produksi tangkapan ikan Cakalang di perairan Indonesia Timur mengikuti pola pergerakan zona konvergensi tersebut. Peningkatan jumlah produksi ikan Cakalang di Kota Sorong meningkat seiring dengan keberadaan zona konvergensi di bagian Barat (La-Nina), namun di Propinsi Papua menunjukan pola sebaliknya.