Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Simulasi Graphical User Interface Analisis Termodinamika Mesin Turboprop Menggunakan Perangkat Lunak Matlab R2020a Bismil Rabeta; Mohammad A.F Ulhaq; Aswan Tajuddin; Agus Sugiharto
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 6 No 2 (2021): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5304.514 KB) | DOI: 10.35894/jtk.v6i2.44

Abstract

A turboprop engine is a hybrid engine that delivers thrust or jet thrust and also drives the propeller. This is basically similar to a turbojet except the turbine works through the main shaft which is connected to the reduction gear to rotate the propeller in front of the engine. This research was conducted to determine the development of engine performance in thermodynamic analysis so as to know the value of each parameter on a engine that has been developing for 20 to 50 years with different engine manufacturing. So that in this study a comparison of the thermodynamic analysis of the TPE-331, PT6A-42 and H85-200 engines was carried out. In the TPE331-10, PT6A-42, and H85-200 turboprop engines the value of fuel to air ratio and shaft work increases with increasing altitude while compressor work, fuel flow rate, shaft power, propeller thrust, jet thrust, total thrust, equivalent engine power and ESFC decrease with increasing altitude. Furthermore, the turbine's working value is relatively stable as the altitude increases. After that, the value of compressor work and turbine work on the PT6A-42 engine was greater than that of the TPE331-10, and H85-200 engines. However, the value of the fuel to air ratio, fuel flow rate, shaft power, jet thrust, equivalent engine power and ESFC on the H85-200 engine was greater than the TPE331-10 and PT6A engines. Furthermore, at sea level, the value of the axle, propeller thrust, and total thrust on the H85-200 engine is greater than that of the TPE331-10 and PT6A-42 engines but at an altitude of 25,000 ft, the PT6A-4 engine has a greater value than that of the TPE331-10 and PT6A-42 engines. TPE331-10, and H85-200 engines.
ANALISIS PEMILIHAN TYPE MOTOR AXIAL DIRECT FAN DAN PERHITUNGAN DAYA MOTOR PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL Aswan Tajuddin; A. Huzaeni Fadillah; Tri Susilo; Freddy Franciscus
JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI Vol 12, No 1 (2023): JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI
Publisher : JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/jti.v12i1.1042

Abstract

Wind Tunnel adalah alat yang digunakan dalam penelitian aerodinamika untuk mempelajari karakteristik aliran udara. Wind Tunnel digunakan untuk mensimulasikan keadaan sebenarnya pada suatu benda yang berada dalam pengaruh gaya-gaya aerodinamika dalam bidang aeronautika, untuk menganalisis kinerja mekanika terbang (flight mechanic) dari suatu benda terbang (aerial vehicle). Wind Tunnel juga banyak digunakan dalam pengujian berbagai kondisi benda dalam aliran udara seperti konstruksi gedung pencakar langit, lingkungan perkotaan dan lain-lain. Tipe fan yang di gunakan adalah axial fan direct dengan ukuran 40 inch (101,6 cm) dimana nilai minimal air volume yang diperlukan pada bagian test section minimum sebesar 38986.36 CMH dan di butuhkan daya sebesar 13,18 KW. Kata kunci : Wind Tunnel, Motor ADF, Text Section, fan.
Analisis Performa Terbang Meluncur (Glide Flight) Pada Pesawat Glider F1H Dengan Variasi Parameter Ketinggian Terbang Aswan Tajuddin; Freddy Franciscus; Budi Saprudin
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 1 No. 2 (2023): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aeromodelling dapat didefinisikan sebagai kegiatan olah raga dirgantara yang terkait dengan perencanaan, perancangan pembuatan, pengujian serta penerbangan pesawat model itu sendiri. Glider (F1H) adalah jenis pesawat layang model yang menerbangkannya dengan cara ditarik dengan tali yang panjangnya tertentu. Didalam FAI (Federation Aeronautique International) sporting code, perlombaan glider A1 diberi kode internasional F1H yang dimasukkan ke dalam kategori terbang bebas yang tidak dikendalikan. Pesawat model ini masih boleh diperlengkapi degan berbagai perangkat pengendalian otomatis ataupun manual. Dalam tugas akhir ini mencoba menganalisis performa tebang meluncur dengan parameter variasi ketinggian terbang serta untuk mengetahui karakteristik prestasi terbang pesawat dan hasil percobaan guna memberikan alternative baru dalam hal manufacture. performa tebang meluncur dengan mengetahui karakteristik prestasi terbang pesawat dimana menghasilkan Lift 1,75N, Drag 0,093N, serta menghasilkan kecepatan jelajah sebesar 4,6 m/det. Prestasi terbang dan stabilitas terbang pesawat glider A1 (F1H) ini sangat baik karena pesawat glider ini mampu melayang diudara dengan waktu diatas 2 menit.
Pembuatan PTTA JATAYU-01 Mochammad Haekal Farisi; Bismil Rabeta; Aswan Tajuddin
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 1 No. 2 (2023): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pesawat Terbang Tanpa Awak (UAV) atau PTTA merupakan kategori pesawat model yang tidak berpenumpang atau nirawak dan dapat dikendalikan secara manual maupun secara otomatis dengan tujuan untuk mencapai misi penerbangan tertentu. PTTA JATAYU-01 merupakan pesawat jenis flying wing dengan kategori Small UAV yang dibuat untuk pengoperasian misi foto udara dan pengiriman paket sebesar 500 gr. Penggunaan material sebagian besar menggunakan composite sebesar 57,5%, 24% material digunakan sebagai inti sandwich dan skins. 9% material merupakan penguat tambahan, dan 9% sisanya adalah material lainya yang berfungsi sebagai pelengkap tambahan. Struktur pesawat ini menggunakan konstruksi monocoque dengan model sandwich composite, Perpaduan antara struktur monocoque dengan sandwich composite ini untuk mendapatkan sebuah kombinasi struktur yang lebih optimal pada PTTA JATAYU-01. Pesawat ini memiliki massa sebesar 5.8 kg. Sayap pesawat ini memiliki sweep angle 30 ̊ dengan aspect ratio sebesar 10,44 dengan MAC 311,1 mm. Pemasangan angle of incidence 2 ̊ pada root dan -3 ̊ pada tip. Perbedaan angle of incidence ini untuk meningkatkan kestabilan longitudinal selama pesawat dalam misi penerbangan. Kemampuan sayap menahan beban dengan luas sayap 600.000 mm2 adalah 9,6 kg /m2.
Analisis Kekuatan Struktur Sayap Pesawat Udara Nir Awak Pasopati Dengan Variasi Material Dan Ketebalan Menggunakan Metode Elemen Hingga nugraha, sultan; Budi Aji Warsiyanto; Muhammad Hadi Widanto; Aswan Tajuddin
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada PUNA Pasopati, sayap merupakan bagian penting untuk menghasilkan gaya angkat. Namun, besarnya gaya angkat harus mampu ditahan oleh struktur sayap. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui material dan ketebalan struktur spar, ribs, dan front reinformence leading edge yang paling optimal pada sayap PUNA Pasopati. Penelitian ini melakukan uji statik pada struktur sayap dengan konstruksi skin, front reinforcement leading edge, ribs, dan spar menggunakan metode elemen hingga. Uji statik dilakukan dengan variasi material dan ketebalan pada struktur spar, ribs, dan front reinforcement leading edge. Pada variasi material, carbon fiber reinforced plastic lebih kuat dibandingkan plywood. Perpindahan pada sayap dengan material carbon fiber reinforced plastic lebih kecil 61,03% daripada plywood, tetapi sayap dengan material plywood mempunyai berat 68,43% lebih ringan dibandingkan carbon fiber reinforced plastic. Namun, pada material plywood mendapatkan nilai safety factor 1,15 yang berarti dibawah limit nilai safety factor yaitu 1,5. Dengan demikian, sayap dengan material carbon fiber reinforced plastic untuk PUNA Pasopati lebih optimal dibandingkan plywood. Semakin tinggi ketebalan pada struktur ribs, spar, front reinforcement leading edge, maka perpindahan dan stress pada sayap semakin kecil. Walaupun ketebalan 1 mm memiliki nilai perpindah dan stress yang paling tinggi tetapi masih mempunyai nilai safety factor diatas limit. Dengan demikian, ketebalan 1 mm merupakan yang paling optimal.   In PUNA Pasopati, the wing is an important part to generate lift. However, the magnitude of the lift force must be able to be resisted by the wing structure. Therefore, the purpose of this study is to determine the most optimal material and thickness of the spar structure, ribs, and front reinformence leading edge on the PUNA Pasopati wing. This research conducted static tests on the wing structure with skin construction, front reinforcement leading edge, ribs, and spars using the finite element method. static tests were conducted with material and thickness variations on the spar, ribs, and front reinforcement leading edge structures. In material variations, carbon fiber reinforced plastic is stronger than plywood. Displacement on the wing with carbon fiber reinforced plastic material is 61.03% smaller than plywood, but the wing with plywood material weighs 68.43% lighter than carbon fiber reinforced plastic. However, the plywood material gets a safety factor value of 1.15 which means below the limit of the safety factor value of 1.5. Thus, the wing with carbon fiber reinforced plastic material for PUNA Pasopati is more optimal than plywood. The higher the thickness of the ribs, spar, front reinforcement leading edge structure, the smaller the displacement and stress on the wing. Although the 1 mm thickness has the highest displacement and stress values, it still has a safety factor value above the limit. Thus, a thickness of 1 mm is the most optimal.
Analisis Rencana Pengadaan Brake Pesawat Boeing 737-300 Menggunakan Metode Economic Order Quantity friandana, randi; Freddy Franciscus; Aswan Tajuddin
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT X merupakan perusahaan penerbangan yang banyak melayani penerbangan di Indonesia bagian Timur. Demi memperlancar jadwal penerbangan dan sistem perawatannya PT X harus mempunyai persediaan suku cadang (spare part) yang memadai, salah satu spare part yang paling penting dalam proses maintenance sebuah pesawat adalah rem (brake) pesawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian persediaan spare part brake PT X yang akan dibandingkan dengan pengendalian persediaan spare part brake jika menggunakan Economic Order Quantity. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan antara metode yang diterapkan oleh perusahaan dengan metode EOQ dapat diketahui bahwa menggunakan metode EOQ hasilnya lebih efisien. Dari hasil penelitian didapat bahwa pengadaan spare part brake jika menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) menjadi optimal, dengan total biaya inventory sebesar Rp. 605.336.000, sedangkan biaya total inventory yang dikeluarkan perusahaan menurut kebijakan perusahaan adalah sebesar Rp. 783.995.000, sehingga efesiensi penghematan yang didapat oleh perusahaan jika menggunakan metode EOQ sebesar Rp. 178.695.000 dengan frekuensi pemesanan sebanyak 6 (enam) kali dan setiap pemesanan yaitu dengan memesan 13 brake. Dengan metode EOQ ini dapat meningkatkan efisiensi pembelanjaan, menghindari keterlambatan penyediaan spare part brake dan juga menghindari kehabisan stok spare part brake, karena penyediaan spare part dapat dipastikan konstan dan sesuai dengan lead time.   PT X is an airline company that serves many flights in Eastern Indonesia. In order to expedite the flight schedule and maintenance system, PT X must have an adequate supply of spare parts, one of the most important spare parts in the aircraft maintenance process is the aircraft brakes. This research aims to determine the control of brake spare part inventory at PT X will be compared with brake spare part inventory control if using Economic Order Quantity. From the results of calculations that have been carried out between the method applied by the company and the EOQ method, it can be seen that using the EOQ method results are more efficient.From the research results it is known that the procurement of brake spare parts if using the Economic Order Quantity (EOQ) method is optimal, with a total inventory cost of Rp. 605,336,000, while the total inventory cost incurred by the company according to company policy is Rp. 783,995,000. So the efficiency of savings obtained by the company if using the EOQ method is Rp. 178,695,000 with an ordering frequency of 6 (six) times and each order is by ordering 13 brakes With this EOQ method, you can increase spending efficiency, avoid delays in providing brake spare parts and also avoid running out of stock of brake spare parts, because the supply of spare parts can be guaranteed to be constant and in accordance with lead time