Shane H.R. Ticoalu
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Gambaran EKG pada Individu dengan Kebiasaan Makan Ayam KFC Sijabat, Ristina R.; Ticoalu, Shane H.R.; Tanudjaja, George N.
e-Biomedik Vol 5, No 2 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i2.17735

Abstract

Abstract: Fast food contains high fat and sodium but limited or low nutrients such as calcium, riboflavin, vitamins, magnesium, vitamin C, folate, and fiber; therefore it is classified as poor-vegetable food. Excessive consumption of Kentucky fried chicken (KFC), a kind of fast food, can lead to obesity and further to various degenerative diseases such as coronary heart diseases, diabetes mellitus, and hypertension. This study was aimed to obtain the electro-cardiography profile of people who used to consume KFC. This was a descriptive study using a cross sectional study. There were 21 subjects in this study. The ECG examination showed that of the 21 subjects, 11 had abnormal ECG result. Conclusion: In this study, half of the subjects showed abnormal ECG.Keywords: fast food, KFC, ECG Abstrak: Makanan cepat saji (fast food) mempunyai kandungan lemak dan natrium yang cukup tinggi tetapi nilai zat gizinya terbatas atau rendah misalnya: kalsium, riboflavin, vitamin A, magnesium, vitamin C, folat, dan serat; oleh karena itu makanan cepat saji tergolong miskin sayur. Kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji, antara lain Kentucky fried chicken (KFC) secara berlebihan dapat menimbulkan masalah kegemukan yang berkelanjutan akan menimbulkan berbagai macam penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran elektrokardiografi (EKG) pada individu dengan kebiasaan mengonsumsi KFC. Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Hasil pemeriksaan EKG memperlihatkan dari 21 subyek penelitian didapatkan 11 orang dengan hasil EKG tidak normal. Simpulan: Separuh dari subyek penelitian memperlihatkan gambaran EKG yang abnormal.Kata kunci: makanan cepat saji, KFC, EKG
Gambaran empati pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2011 Runtuwarow, Stardia; Pasiak, Taufiq F.; Ticoalu, Shane H.R.
eBiomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.5.1.2017.15630

Abstract

Abstract: Empathy is a potential psychological motivator for helping others in distress. Empathy can be defined as the ability to feel or imagine another person’s emotional experience. The ability to empathize is an important part of social and emotional development, affecting an individual’s behavior toward others and the quality of social relationships. This was a descriptive quantitative study using cross sectional design. Empathy scale questionnaires were filled in by 76 students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado who were active as co-assisants at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. The results showed that the majority had high empathy, with an average overall score of empathy of female co-assistants was higher than of male co-assistants. Conclusion: Empathy of students of Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi batch 2011 was categorized as high.Keywords: emphaty, medical students Abstrak:. Empati adalah motivator potensi psikologis untuk membantu orang lain yang dalam kesulitan. Empati dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk merasakan atau membayangkan pengalaman emosional orang lain. Kemampuan untuk berempati merupakan bagian penting dari perkembangan sosial dan emosional, memengaruhi perilaku individu terhadap orang lain dan kualitas hubungan sosial. Jenis penelitian ini ialah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan desain potong lintang. Angket skala empati diisi oleh 76 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado yang sedang aktif menjalankan tugas sebagai co-assisant di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian menunjukkan hasil empati mayoritas tinggi, dengan rerata keseluruhan skor empati perempuan lebih tinggi dibandingkan dari laki-laki. Simpulan: Gambaran empati mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011 tergolong tinggi.Kata kunci: empati, mahasiswa Kedokteran
Indikator yang Membedakan Gejala Psikotik dengan Pengalaman Spiritual dalam Perspektif Neurosains (Neuro-Anatomi) Lumingkewas, Priscilla E.; Pasiak, Taufiq F.; Ticoalu, Shane H.R.
e-Biomedik Vol 5, No 2 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i2.18515

Abstract

Abstract: Psychotic disorder is a mental disorder characterized by hallucinations, delusions, catatonic behavior, chaotic behavior, chaotic speaking and are generally accompanied by poor performance. Spirituality is a belief related to the Almighty and the Creator. Current neuroscience approaches have touched the spiritual dimension, well-known as spiritual neuroscience. This term is used to describe human spirituality in terms of health and medicine perspectives. People with advanced spiritual personality are often regarded as those who have mental illness by the people around them. This study was aimed to determine the difference between psychotic symptoms and spiritual experience in the perspective of neuroscience. This was a descriptive study with a retrospective approach. We used research articles in journals pertaining to psychotic symptoms, spiritual experiences, and neuroscience, in addition searching for indicators that could help to differentiate the psychotic symptoms and spiritual experiences using a systematic review technique. Conclusion: There is a difference in brain activity between people who had spiritual experiences and those with psychotic symptoms.Keywords: neuroscience, spiritual, psychotic Abstrak: Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya halusinasi, waham, perilaku kataton, perilaku kacau, pembicaraan kacau yang pada umumnya disertai tilikan yang buruk. Spiritualitas merupakan keyakinan yang berkaitan dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Saat ini pendekatan neurosains telah menyentuh dimensi spiritual, yang lebih dikenal dengan istilah neurosains spiritual. Istilah ini dipakai untuk menjelaskan spiritualitas manusia dipandang dari sisi perspektif kesehatan dan kedokteran. Orang dengan kepribadian spiritual yang maju sering dianggap memiliki penyakit mental oleh orang-orang di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara gejala psikotik dengan pengalaman spiritual dalam perspektif neurosains. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan cara mempelajari penelitian-penelitian yang telah dimuat dalam jurnal-jurnal yang membahas tentang gejala psikotik, pengalaman spiritual, dan neurosains serta mencari indikator yang dapat membedakan, dengan teknik telaah sistematik. Simpulan: Terdapat perbedaan aktivitas otak pada orang yang sementara mengalami pengalaman spiritual dengan orang yang mengalami gejala psikotik.Kata kunci: neurosains, spiritual, psikotik
PENGARUH SENAM POCO-POCO TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH Rachmat, Chytra; Ticoalu, Shane H.R.; Wongkar, Djon
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6639

Abstract

Abstract: A common form of dyslipidemia is often associated with cardiovascular disease which is hypertriglyceridemia. Triglycerides in the body is mainly used as energy storage for a variety of metabolic processes. Poco-poco gymnastics from North Sulawesi. The purpose of this study is to find out the influence of poco-poco gymnastics to triglyceride blood levels. Methods: This study is experimental using one group pre and post test design, the subjects were 25 female students year 2013 Science and Mathematic Faculty of Pharmacyof Sam Ratulangi University Manado who met the inclusion criterias. Data was analyzed using paired t test. Results: Based on the research that has done from 25 subjects it was obtained that there was a decrease in mean triglyceride levels before and after poco-poco gymnastics for four weeks. However, this decrease was not significant (p=0,366). Conclusion: There was a decrease in triglyceride levels after poco-poco exercises for four weeks but this is not significant.Keywords : poco-poco gymnastics, triglycerideAbstrak: Bentuk umum dislipidemia yang sering dikaitkan dengan penyakit kardiovaskuler yaitu hipertrigliseridemia. Trigliserida dalam tubuh terutama dipakai untuk menyediakan energi berbagai proses metabolik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida yaitu olahraga. Senam poco-poco merupakan senam yang berasal dari Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam poco-poco terhadap kadar trigliserida darah. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan one group pre and post test dengan jumlah subjek penelitian 25 mahasiswi Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado yang memenuhi kriteria. Data dianalisis dengan uji t berpasangan. Hasil: Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 25 subjek penelitian diperoleh hasil yaitu terjadi penurunan rata-rata kadar trigliserida sebelum dan sesudah senam poco-poco selama empat minggu. Namun penurunan ini secara statistik tidak bermakna (p=0,366). Simpulan: Terjadi penurunan kadar trigliserida setelah latihan senam poco-poco selama empat minggu namun penurunan ini secara statistik tidak bermakna.Kata Kunci: senam poco-poco, trigliserida
Gambaran kebersihan gigi dan mulut pada siswa berkebutuhan khusus di SLB YPAC Manado Motto, Christavia J.; Mintjelungan, Christy N.; Ticoalu, Shane H.R.
e-GiGi Vol 5, No 1 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.1.2017.15632

Abstract

Abstract: Oral health is an important part of the overall body health. Children with special needs are at risk or have chronic physical, developmental, behavioral, or emotional condition, therefore, they commonly require some assistance in maintaining their cleanliness, especially the oral hygiene. The indicator degree of oral hygiene in Indonesia is the status of oral hygiene degree with an average of Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) <1.2 obtained from summing the number debris index and calculus index. This study was aimed to describe the dental and oral hygiene in students with special needs at SLB YPAC Manado. This was a descriptive study with a cross sectional design. Subjects were 36 students, aged 10-28 years, cooperative, and had letters of consent signed by their parents or proxy parents, obtained by using total sampling method. Data were analyzed manually and presented in tables, figures, and percentages, grouped based on their characteristics. The results showed that the students with special needs in SLB YPAC Manado had an average score of OHI-S of 1.3 with a total scores of Simplified Debris Index (DI-S) 0.9 and Simplified Calculus Index (CI-S) 0.4 which belonged to the moderate category.Keywords: oral hygiene, students with special needs Abstrak: Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu bagian penting dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Anak berkebutuhan khusus (ABK) berisiko tinggi atau mempunyai kondisi kronis secara fisik, perkembangan, perilaku atau emosi sehingga memerlukan bantuan dalam menjaga kebersihan diri sendiri khususnya kebersihan gigi dan mulut. Indikator derajat kebersihan gigi dan mulut di Indonesia ialah status derajat kebersihan gigi dan mulut dengan rerata Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) <1,2 yang didapatkan dari menjumlahkan angka debris indeks dan kalkulus indeks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebersihan gigi dan mulut pada siswa berkebutuhan khusus di SLB YPAC Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Subyek penelitian sebanyak 36 siswa berusia 10-28 tahun, kooperatif, serta bersedia menjadi responden berdasarkan surat persetujuan yang ditandatangani oleh orang tua atau wali, diperoleh dengan metode total sampling. Data diolah secara manual dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar, dan persentase yang dikelompokkan berdasarkan karakteristiknya. Hasil penelitian menunjukkan dari 36 siswa berkebutuhan khusus di SLB YPAC Manado didapatkan rerata skor OHI-S 1,3 dengan jumlah skor Debris Index Simplified (DI-S) 0,9 dan skor Calculus Index Simplified (CI-S) 0,4 yang tergolong pada status kebersihan gigi dan mulut sedang.Kata kunci: kebersihan gigi dan mulut, siswa berkebutuhan khusus
Gambaran status karies gigi pada mahasiswa asal Kabupaten Mimika yang mempunyai kebiasaan menyirih di Manado Uamang, Sarlota; Leman, Michael A.; Ticoalu, Shane H.R.
e-GiGi Vol 5, No 1 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.1.2017.15153

Abstract

Abstract: Caries is one of the dentine diseases which causes tooth cavity. In people with chewing betel habit, caries occurs due to less of oral hygiene. Chewing betel habit is inherited from generation to generation to prevent tooth decay, albeit, this habit can cause caries as an impact of chewing betel inappropriately including the frequency, duration, and number of betles consumed. This study was aimed to obtain the caries status of students from Mimika who had chewing betel habit in Manado. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Subjects were 45 students from Mimika that had chewing betel habit obtained by using total sampling method. The results showed that the average of DMF-T index of subjects was 5,9 (D/Decay 222, M/Missing 30, F/Filling 15). The majority of subjects had that habit for >5 years, 1-5 times of chewing per day, and less than 5 betels consumed per day. Conclusion: Status of caries in students of Mimika who had chewing betel habit in Manado was classified in high category.Keywords: caries status, chewing betel habit Abstrak: Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang menyebabkan kavitas pada gigi. Karies gigi pada penyirih terjadi karena kurangnya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut. Kebiasaan menyirih merupakan kebiasaan masyarakat peramu yang diturunkan dari generasi ke generasi untuk merawat gigi namun dapat menyebabkan karies gigi pada penyirih akibat pola menyirih yang tidak teratur seperti frekuensi menyirih, lamanya menyirih dan jumlah pinang yang dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status karies gigi pada mahasiswa asal Kabupaten Mimika yang mempunyai kebiasaan menyirih di Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Subyek penelitian berjumlah 45 mahasiswa dengan kebiasaan menyirih berasal dari Kabupaten Mimika, diperoleh dengan metode total sampling. Hasil penelitian menunjukkan rerata indeks DMF-T pada subyek penelitian yaitu 5,9 dengan nilai D (Decay) 222, M (Missing)30, F (Filling) 15. Mayoritas subyek peneltian telah menyirih >5 tahun, frekuensi menyirih 1-5 kali sehari, dan jumlah pinang yang dikonsumsi sehari <5 buah. Simpulan: Status karies pada mahasiswa asal Kabupaten Mimika yang mempunyai kebiasaan menyirih di Manado tergolong kategori tinggi. Kata kunci: status karies, kebiasaan menyirih
Hubungan lingkar lengan atas dengan obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Uuniversitas Sam Ratulangi Kumesan, Okky; Ticoalu, Shane H.R.; Pasiak, Taufiq F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14619

Abstract

Abstract: Obesity is defined as abnormal or excessive fat accumulation which detrimental to health. In 2014, more than 1.9 billion adults are overweight and over 600 million of them are obese. Various methods of anthropometry can be used to determine the occurrence of obesity, these methods include measurement of body mass index (BMI), waist circumference, hip circumference, arm circumference and neck circumference, body mass index mostly used as an indicator of obesity to estimate the body fat composition. Based on research conducted by Lu et al in China, upper arm circumference has been one of the indicators to identify overweight and obesity in children aged 7-12 years. Objective: To determine the relation between upper arms circumference with obesity of students in Faculty of Medicine, Universitas Sam Ratulangi. Method: This research is descriptive analytic observational study conducted in February 2016. The samples were students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi, class 2013, 2014, 2015, who were eligible. The data was obtained by the measurement of upper arm circumference, weight, and height that used in the method of body mass index. Result: The samples in this research were 63 people consisting of 35 men and 28 women with an average age is 19 years old. On BMI measurements obtained an average male’s BMI is 29.8 kg/m2 and women’s BMI is 28.6 kg/m2. On the measurements of upper arm, the average male’s upper arm is 33,6cm and women’s upper arm is 30,7cm. Spearman correlation values between the Upper Arm Circumference and BMI for the all sample is 0,711. Conclusion: There is strong correlations between the Upper Arm Circumference (MUAC) with obesity that were measured with Body Mass Index (BMI).Keywords: obesity, body mass index, upper arm circumference, student Abstrak: Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat menggangu kesehatan. Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan dan lebih dari 600 juta orang diantaranya mengalami obesitas. Berbagai macam metode antropometri dapat digunakan untuk mengetahui terjadinya obesitas, metode-metode tersebut antara lain pengukuran indeks masa tubuh (IMT), lingkar pinggang, lingkar pinggul, lingkar lengan, serta lingkar leher, indeks masa tubuh merupakan indikator kegemukan yang banyak dilakukan untuk memperkirakan komposisi lemak tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lu dkk di Cina, lingkar lengan atas telah merupakan salah satu indikator untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas pada anak-anak usia 7-12 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lingkar lengan atas dengan terjadinya obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional analitik yang dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, angkatan 2013, 2014, 2015 yang memenuhi kriteria. Data penelitian didapatkan melalui pengukuran lingkar lengan atas, berat badan, serta tinggi badan yang digunakan dalam metode indeks masa tubuh. Pada penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 63 orang yang terdiri dari 35 orang laki-laki dan 28 orang perempuan dengan rata-rata umur sampel 19 tahun. Pada pengukuran IMT didapatkan rata-rata IMT laki-laki 29,8 kg/m2 dan IMT Perempuan 28,6 kg/m2. Pada pengukuran LiLA didapatkan rata-rata LiLA laki-laki 33,6 cm dan LiLA perempuan 30,7 cm. Nilai korelasi Spearman antara Lingkar Lengan Atas dan IMT untuk seluruh sampel sebesar 0,711. Simpulan: Didapatkan hubungan yang kuat antara Lingkar Lengan Atas (LiLA) dengan obesitas yang diukur meggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)Kata kunci: obesitas, indeks masa tubuh, lingkar lengan atas, mahasiwa
STATUS GINGIVA PADA PASIEN PENGGUNA GIGI TIRUAN CEKAT DI RSGM PSPDG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Laoh, Melinda H.; Siagian, Krista V.; Ticoalu, Shane H.R.
e-GiGi Vol 4, No 2 (2016): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.4.2.2016.13927

Abstract

Abstract: The use of fixed denture aims to preserve and maintain the remained teeth and the whole mastication system properly. The use of fixed denture can be perceived as original teeth because it cannot be removed by the patient. However, fixed denture can also have an impact on periodontal tissues, such as gingivitis. This can probably occur due to the inappropriate process of the fixed denture that does not meet the requirements. This study was aimed to determine the gingival status of fixed denture users at RSGM PSPDG University of Sam Ratulangi Manado. This was a descriptive study with a cross sectional design. Population was all patients who used fixed denture made at RSGM PSPDG University of Sam Ratulangi Manado. Respondents were 31 people obtained by using total sampling method. Data consisted of checking sheets of gingival status with gingival index. The results showed that gingival status of 29 fixed denture users (93.6%) was in mild inflammation category (gingival index 0.7). Conclusion: In this study, most fixed denture users had gingival status of mild inflammation category.Keywords: gingival status, fixed denture Abstrak: Penggunaan gigi tiruan cekat (GTC) dimaksudkan untuk mempertahankan dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem penguyahan supaya dapat berfungsi dengan baik. Penggunaan GTC dapat dirasakan seperti gigi asli karena tidak dapat dilepas oleh pasien. Penggunaan GTC juga dapat berdampak pada jaringan periodontal seperti gingivitis. Hal tersebut dapat terjadi bila dalam pembuatannya tidak memenuhi syarat-syarat pembuatan gigi tiruan cekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gingiva pada pasien pengguna GTC di RSGM PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ialah seluruh pasien yang menggunakan GTC yang dibuat di RSGM PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jumlah responden sebanyak 31 orang yang diambil dengan metode total sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar pemeriksaan status gingiva dengan indeks gingiva. Hasil penelitian menunjukkan status gingiva pada 29 pasien (93,6%) pengguna GTC termasuk kategori peradangan ringan (indeks gingiva 0,7). Simpulan: Status gingiva pada sebagian besar pasien pengguna gigi tiruan cekat di RSGM PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado termasuk dalam kategori peradangan ringan. Kata kunci: status gingiva, gigi tiruan cekat
Gambaran makroskopik dan mikroskopik pankreas pada hewan coba postmortem Goni, Livya R.; Wongkar, Djon; Ticoalu, Shane H.R.
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.14850

Abstract

Abstract: Medicolegal examination is beneficial in police investigation inter alia to determine the time of death and causes as well as mechanisms of death. Postmortem macroscopic and microscopic changes could be alternatives to estimate the time of death. This study was aimed to obtain the microscopic and macroscopic postmortem changes in pancreas based on the variation of time up to 48 hours. This was a descriptive observational study using two domestic pigs as animal model. Pancreas samples were obtained at time intervals as follows: 0 hour, 1 hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, 5 hours, 6 hours, 8 hours, 10 hours, 12 hours, 14 hours, 16 hours, 18 hours, 20 hours, 22 hours, 24 hours, 26 hours, 28 hours, 30 hours, 33 hours, 36 hours, 39 hours, 42 hours, and 48 hours postmortem. The macroscopic examination showed changes in its consistency at 8 hours postmortem, followed by changes in color, consistency, and length during 39 hours postmortem. Microscopic changes of pancreas occurred at 2 hours postmortem as congestion of the acini. At 5 hours postmortem, the acinar cells were difficult to be identified; most of their nuclei were distributed out of the cells. At 8 hours postmortem the structures of acini could not be identified and the cells had undergone karyolysis. At 10 hours postmortem the structures of all acini could not be identified. Conclusion: Postmortem macroscopic changes of pancreas began at 8 hours postmortem meanwhile microscopic changes began at 2 hours postmortem as acinar congestion. At 8 hours postmortem most acini’s structures could not be identified and their cells’ nuclei underwent karyolysis.Keywords: macroscopic and microscopic changes, postmortem, pancreas Abstrak: Pemeriksaan medikolegal sangat bermanfaat bagi bidang pnyidikan untuk menentukan lama kematian, penyebab kematian, serta mekanisme kematian suatu individu. Perubahan makroskopik dan mikroskopik postmortem dari organ tubuh dapat dijadikan sebagai alternatif untuk memperkiraan waktu kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran makroskopik dan mikroskopik organ pankreas postmortem berdasarkan variasi waktu sampai 48 jam. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan menggunakan dua ekor babi domestik sebagai hewan coba. Sampel pankreas diambil pada interval waktu 0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam, 12 jam, 14 jam, 16 jam, 18 jam, 20 jam, 22 jam, 24 jam, 26 jam, 27 jam, 30 jam, 33 jam, 36 jam, 39 jam, 42 jam, 45 jam, dan 48 jam postmortem. Hasil penelitian menunjukkan perubahan makroskopik pankreas pada hewan coba dimulai pada 8 jam postmortem berupa perubahan konsistensi, diikuti perubahan warna, konsistensi, dan panjang pankreas pada 39 jam postmortem. Perubahan mikroskopik pankreas dimulai pada 2 jam postmortem berupa kongesti asini pankreas. Pada 5 jam postmortem sel-sel asini telah sulit diidentifikasi; sebagian besar inti sel sudah tersebar di luar sel. Pada 8 jam postmortem struktur sebagian besar asini sudah tidak jelas dengan sel-sel yang mengalami kariolisis. Pada 10 jam postmortem struktur seluruh asini pankreas tidak dapat diidentifikasi. Simpulan: Perubahan makroskopik pankreas dimulai pada 8 jam postmortem. Perubahan mikroskopik dimulai pada 2 jam postmortem berupa kongesti asini; dan sejak 8 jam postmortem struktur asini sudah tidak jelas dengan sel-sel yang mengalami kariolisis. Kata kunci: perubahan makroskopik dan mikroskopik, postmortem, pankreas
Gambaran makroskopik dan mikroskopik ureter pada hewan coba postmortem Savalina, Dinda N.S.; Ticoalu, Shane H.R.; Wangko, Sunny
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14725

Abstract

Abstract: Postmortem changes provide a lot of valuable information about the time, causes, and mechanisms of death. This study was aimed to obtain an overview of the macroscopic and microscopic postmortem changes of ureter at several time intervals during 48 hours postmortem. This was a descriptive study using pigs as samples. The results showed that macroscopic postmortem changes of ureters began to appear at 5 hours postmortem marked by changes in color, consistency, and length of the ureters. Meanwhile, the microscopic postmortem changes of the ureters began to appear at 4 hours postmortem characterized by congestion, however, the transitional epithelial cell could be identified. At 5 hours postmortem, a number of transitional cells showed pycnotic nuclei. At 15 hous postmortem, the transitional layer began to detach from the lamina propria; cells with pycnotic nuclei increased in number. At 30 hours postmortem, the transitional layer was detached from the lamina propria and in general the structure of ureter layers could not be identified. Conclusion: Macroscopic changes in color, consistency and length of ureter could be observed the earliest at 5 hours postmortem Microscopic changes could be identified at 4 hours postmortem characterized by congestion, however, the transitional cells could be idemtified. At 5 hours postmortem, the early necrosis of transitional cells occured. At 30 hours postmortem the structure of ureter layers could not be identified.Keywords: macroscopic and microscopic description, ureter, postmortem. Abstrak: Perubahan postmortem banyak memberikan informasi baik mengenai waktu, penyebab, maupun mekanisme kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran makroskopik dan mikroskopik ureter postmortem berdasarkan variasi waktu sampai 48 jam postmortem. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan menggunakan babi sebagai hewan coba. Hasil penelitian menunjukkan perubahan makroskopik ureter hewan coba, mulai tampak pada 5 jam postmortem ditandai dengan perubahan warna, konsistensi dan panjang ureter sampai 30 jam postmortem. Perubahan mikroskopik ureter hewan coba postmortem mulai tampak pada 4 jam postmortem ditandai dengan adanya kongesti, sel epitel transisional masih dapat diidentifikasi. Pada 5 jam postmortem sebagian inti sel transisional tampak piknotik. Pada 15 jam postmortem sebagian lapisan epitel transisional telah terlepas dari lamina propia dan sel-sel dengan inti piknotik makin jelas. Pada 30 jam postmortem lapisan epitel transisional dengan inti sel piknotik telah terlepas dari lamina propria dan secara keseluruhan struktur lapisan ureter telah sulit diidentifikasi. Simpulan: Perubahan makroskopik mulai terlihat pada 5 jam postmortem ditandai dengan perubahan warna, konsistensi, dan panjang ureter. Perubahan mikroskopik dapat diidentifikasi pada 4 jam postmortem ditandai adanya kongesti, pada 5 jam postmortem dimulainya nekrosis sel epitel transisional, dan pada 30 jam struktur lapisan ureter telah sulit diidentifikasi.Kata kunci: gambaran makroskopik dan mikroskopik, ureter, postmortem