Noor Wahyuningsih
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Prov. Kaltim

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DI KOTA SAMARINDA Fajar Febrian Putranto; Zhikry Fitrian; Bramantyo Adi Nugroho; Eka Nor Santi; Noor Wahyuningsih; Puput Wahyu Budiman; Adi Hendro Purnomo
Jurnal Riset Inossa Vol. 1 No. 1 (2019): Juni
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.562 KB)

Abstract

Hasil Sensus Ekonomi 2016 menunjukkan bahwa Kota Samarinda memiliki jumlah unit usaha terbanyak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebanyak 83.713 unit usaha dimana 96% dari angka tersebut merupakan usaha berskala mikro kecil. Namun perkembangan usaha kecil dan menengah diberbagai daerah termasuk Kota Samarinda, tidak lepas dari berbagai macam masalah seperti keterbatasan dalam hal permodalan, kemampuan produksi dan manajemen, pemasaran dan sumber daya manusia. Penelitian ini dilakukan untuk menyusun alternatif strategi bagi para pemangku kebijakan dalam mengembangkan sektor usaha mikro di Kota Samarinda guna mendukung program Pemerintah Kota Samarinda melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan.Perumusan strategi dilakukan dengan menggunakan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) yang dilanjutkan dengan menyusun Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM) untuk menentukan urutan strategi yang paling prioritas untuk diimplementasikan. Strategi yang menempati prioritas pertama dalam pengembangan usaha mikro di Kota Samarinda yaitu melakukan promosi produk usaha mikro secara terencana dan berkelanjutan. Kedua, melakukan pemasaran produk usaha mikro melalui e-commerce lokal dan nasional. Ketiga, mendirikan inkubator bisnis teknologi. Keempat, mendorong pihak swasta untuk berperan aktif dalam pemberdayaan usaha mikro. Prioritas strategi kelima yaitu melakukan penguatan regulasi daerah untuk pemanfaatan produk usaha mikro lokal dan perencanaan tata ruang sentra usaha mikro.
PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KALIMANTAN TIMUR Noor Wahyuningsih
Jurnal Riset Inossa Vol. 1 No. 1 (2019): Juni
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.845 KB)

Abstract

Sumberdaya batubara di Kaltim yang cukup besar membuat perekonomian Kaltim bertumpu pada sektorpertambangan dan penggalian. Dari data BPS, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian dalam PDRBKaltim tahun 2017 adalah sebesar 46,31%, naik 3,14% dari tahun 2016. Namun, dari total angkatan kerja diKaltim pada tahun 2016 hanya sekitar 8,16% yang bekerja di sektor pertambangan dan penggalian. Padahal salahsatu indikator terpenting dalam menilai perkembangan ekonomi adalah struktur tenaga kerja menurutsektor.Melihat gambaran perekonomian di Kaltim tersebut, maka perlu dilakukan kajian untuk menganalisisbagaimana peranan sektor pertambangan dan penggalian bagi perekonomian Kaltim dilihat dari indikatorpendapatan dan tenaga kerja.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatankuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari BPS Indonesia dan dari BPS Kaltimselama tahun 2010-2016 kemudian dianalisis menggunakan Metode Location Quitient (LQ), Multiplier Effect,Elastisitas Tenaga Kerja, dan Trend Linier. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa walaupun kontribusi sektorpertambangan dan penggalian menurun, namun berdasarkan hasil analisis LQ dengan PDRB dan tenaga kerja,menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian Kaltim masih menjadi sektor basis (LQ>1), dengantrend LQ yang cenderung meningkat. Namun sebagai sektor basis, sektor ini malah berbanding terbalik denganmemberikan dampak negatif dan cenderung menurun terhadap pembangunan wilayah Kaltim berdasarkananalisis Multifplier Efekbaik indikator PDRB maupun indikator tenaga kerja sertaberbanding terbalik denganpenyerapan tenang kerja yang memberikan indikasi bahwa sektor ini tergolong sektor yang capital intensive dankurang mampu menyerap tenaga kerja secara optimal.