Yovianus Epan
Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Adaptasi Pelayanan Gereja Masa Pandemi Yovianus Epan
Teokristi: Jurnal Teologi Kontekstual dan Pelayanan Kristiani Vol 1, No 2 (2021): November 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.462 KB)

Abstract

Pada masa pandemi saat ini ada banyak peraturan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menanggulangi meluasnya persebaran virus covid-19, adapun kebijakan-kebijakan yang diambil adalah dengan dilakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Dengan di terapkannya pembatasan masyarakat ini diharapkan bisa menanggulangi penularan virus, meskipun kegiatan perekonomian tidak berjalan normal seperti pada umumnya. Protokol kesehatan juga telah memberi dampak pada tatanan sosial masyarakat yang mengalami perubahan mulai dengan kebiasaan baru yaitu bermasker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas atau bekerja di rumah, belajar daring, dan sosial distancing. Tidak bisa dipungkiri itu juga berdampak kepada seluruh rumah ibadah yang ada, termasuk juga gereja harus beradaptasi dengan keadaan yang ada dengan menjalankan protokol kesehatan yang ketat ketika melaksanakan ibadah. Bahkan pada saat pembatasan sosial berlangsung gereja harus sebijaksana mungkin untuk terus melaksanakan hakikatnya sebagai gereja dengan melaksanakan tritugas panggilan gereja. Melihat keadaan ini gereja harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada dan mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sebagai adaptasi dari pelayanan gereja di masa pandemi. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi akan sangat membantu dalam pelayanan gerejawi baik itu untuk koinonia, marturia, dan diakonia.
Dampak Pluralisme terhadap Penyampaian Amanat Agung di Era Digital Yovianus Epan; Sandi Naftali; Yulius Subari Putra; Prananto Prananto; Fransiskus Irwan Widjaja
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.293

Abstract

Dalam dunia pluralis, kekristenan dihadapkan pada tantangan yang serius, pluralis menerapkan keharmonisan dalam keberagaman untuk menciptakan kedamaian. Setiap orang merasa perlu terbuka terhadap agama, suku, dan budaya. Hal ini juga berarti bahwa setiap orang juga bebas menjalankan kebenaran yang diyakininya. Dampaknya setiap orang bebas menjalankan agamanya masing-masing tanpa ada intervensi dari agama maupun kelompok lain, dan ini menyebabkan setiap agama tidak dapat menjalankan ekspansi jiwa-jiwa dengan bebas untuk menjadi pengikutnya meskipun pluralisme memiliki cara untuk membicarakan agama melalui cara berdialog. Hal ini juga berdampak bagi penyampaian amanat agung yang menjadi terbatas sehingga orang percaya tidak termotivasi lagi dalam menyampaiakn kabar baik karena adanya dampak pluralisme. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi dan komunikasi juga memberikan peluang bagi pemberitaan kabar baik di tengah masyarakat pluralis (sosial media). Adapun kebaruan yang ditawaran dalam penelitian ini juga berpangakal dari penelitan sebelumnya, seperti yang dikemukakan oleh Fransiskus Irwan Widjaja menandaskan bahwa kelompok agama perlu melihat kambali tanggung jawabnya agar dapat berkerja sama, dan bertindak sebagai distributor rahmat Tuhan dalam eskalasi keharmonisan dan kedamaian agama-agama. Selaras juga dengan apa yang ditulis oleh Y. Hariprabowo dalam kesimpulan yang paparkan dalam penelitiannya bahwa dialog merupakan unsur dasar dalam misi evangelikal, yang memperkenalkan nilai-nilai dari Injil. Kedua penelitian tersebut sudah mengemukakan dampak pluralisme dan penyampaian amanat agung sehingga penulisan ini menawarkan dampak plurlisme terhadap penyampaian amanat agung era digital. Data-data yang diperoleh diharapkan dapat membantu orang percaya untuk mengambil celah pemberitaan injil di era digital.Kata Kunci: Pluralisme; Amanat Agung; dan Era Digital
Metode Pemberitaan Kabar Baik Tuhan Yesus Dalam Matius 4:23-25 Dan Aplikasinya Bagi Pemberitaan Kabar Baik Di Era Revolusi Industri 4.0 Yovianus Epan; Paulus Purwoto
Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 1, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.968 KB)

Abstract

Humans are constantly facing the times. Preaching the good news requires contextualization over time. To see the relevance of God's Word in every era which is increasingly changing and at any time can change the human paradigm about God, a transformation of the method that the Lord Jesus has done is needed. Believers must be able to take advantage of advances in information technology and communication media by utilizing the internet and social media to preach the gospel to many people, although this research tends to those who are technology literate. This study describes the method of preaching the good news in the Industrial Revolution 4.0 Era. With a descriptive qualitative approach, it is concluded that the method of evangelizing Jesus is the basis of the innovations applied in the Industrial Revolution 4.0 Era: Going around is applied by utilizing network connectivity; teaching and preaching are applied through social media platforms; healing of all disease is practiced through the ministry of healing.Manusia terus-menerus diperhadapkan pada perkembangan zaman. Pemberitaan kabar baik memerlukan kontekstualisasi seiring perkembangan zaman. Untuk bisa melihat relevansi Firman Tuhan dalam setiap masa dan zaman yang semakin hari semakin mengalami perubahan dan sewaktu-waktu bisa saja mengubah paradigma manusia tentang Tuhan, diperlukan transformasi metode yang pernah dilakukan Tuhan Yesus. Orang-orang percaya harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi dengan memanfaatkan internet dan sosial media untuk memberitakan Injil kepada banyak orang meskipun penelitian ini cenderung kepada mereka yang melek teknologi. Penelitian ini mendeskripsikan metode pemberitaan kabar baik di Era Revolusi Industri 4.0. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif disimpulkan bahwa metode penginjilan Yesus merupakan dasar dari inovasi yang diterapkan di Era Revolusi Industri 4.0: Berkeliling diterapkan dengan memanfaatkan konektivitas jaringan; mengajar dan memberitakan diterapkan melalui platform media sosial; melenyapkan segala penyakit diterapkan melalui pelayanan kesembuhan.
Peran Roh Kudus Dalam Pertumbuhan Gereja Menurut Kitab Kisah Para Rasul Yovianus Epan; Asih Rachmani Endang Sumiwi
SANCTUM DOMINE: JURNAL TEOLOGI Vol 12 No 1 (2022): SANCTUM DOMINE Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Nazarene Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46495/sdjt.v12i1.134

Abstract

The new testament history of the apostles records that it is after Pentecost. The Lord's church is organism forged through the preaching of the apostles and the believers and then formed a fellowship within it. The bible records the early appearance of communion on ACTS 2:41-47 as a result of experiencing repentance from the apostle Peter's talk after Pentecost received by the apostles in Jerusalem's attic. The growth of the church at that time was based on the work of the holy ghost through the apostles and believers through the preaching being preached there were many converts and then in forming communities of believers. Such communion results from the work of the holy ghost in the lives of believers, so the role of the holy ghost has the effect of growth in the church both organisms are capable of forming a vast communion of the Lord's congregation.
Dampak Pluralisme terhadap Penyampaian Amanat Agung di Era Digital Yovianus Epan; Sandi Naftali; Yulius Subari Putra; Prananto Prananto; Fransiskus Irwan Widjaja
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.293

Abstract

Dalam dunia pluralis, kekristenan dihadapkan pada tantangan yang serius, pluralis menerapkan keharmonisan dalam keberagaman untuk menciptakan kedamaian. Setiap orang merasa perlu terbuka terhadap agama, suku, dan budaya. Hal ini juga berarti bahwa setiap orang juga bebas menjalankan kebenaran yang diyakininya. Dampaknya setiap orang bebas menjalankan agamanya masing-masing tanpa ada intervensi dari agama maupun kelompok lain, dan ini menyebabkan setiap agama tidak dapat menjalankan ekspansi jiwa-jiwa dengan bebas untuk menjadi pengikutnya meskipun pluralisme memiliki cara untuk membicarakan agama melalui cara berdialog. Hal ini juga berdampak bagi penyampaian amanat agung yang menjadi terbatas sehingga orang percaya tidak termotivasi lagi dalam menyampaiakn kabar baik karena adanya dampak pluralisme. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi dan komunikasi juga memberikan peluang bagi pemberitaan kabar baik di tengah masyarakat pluralis (sosial media). Adapun kebaruan yang ditawaran dalam penelitian ini juga berpangakal dari penelitan sebelumnya, seperti yang dikemukakan oleh Fransiskus Irwan Widjaja menandaskan bahwa kelompok agama perlu melihat kambali tanggung jawabnya agar dapat berkerja sama, dan bertindak sebagai distributor rahmat Tuhan dalam eskalasi keharmonisan dan kedamaian agama-agama. Selaras juga dengan apa yang ditulis oleh Y. Hariprabowo dalam kesimpulan yang paparkan dalam penelitiannya bahwa dialog merupakan unsur dasar dalam misi evangelikal, yang memperkenalkan nilai-nilai dari Injil. Kedua penelitian tersebut sudah mengemukakan dampak pluralisme dan penyampaian amanat agung sehingga penulisan ini menawarkan dampak plurlisme terhadap penyampaian amanat agung era digital. Data-data yang diperoleh diharapkan dapat membantu orang percaya untuk mengambil celah pemberitaan injil di era digital.Kata Kunci: Pluralisme; Amanat Agung; dan Era Digital
Doktrin Keutamaan Kristus Dalam Surat Ibrani Bagi Dedikasi Iman Orang Percaya Yovianus Epan; Joseph Christ Santo
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i2.403

Abstract

Kristologi merupakan doktrin yang secara khusus mempelajari mengenai Kristus. Kitab Ibrani juga secara utuh memotret Kristus yang paling utama di antara segala yang dibandingkan dengan-Nya, bahwasanya Ia lebih unggul dari nabi-nabi, malaikat, imam-imam, ritual, dan korban. Kristologi dalam bingkai biblikal ini memiliki tiga nilai paling penting, yaitu hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kekuasaan tertinggi Kristus, dan signifikansi pragmatik. Secara umum surat Ibrani memiliki nilai Kristologi yang kental dan sangat tinggi sehingga menjadi keutamaan bagi isi surat. Doktrin ini merupakan dasar yang paling fundamental dalam ajaran kekristenan, dan begitu penting bagi iman Kristen. Pemahaman doktrin Kristologi berperan penting dalam membangun dedikasi iman, dan kontribusi doktrin tersebut secara pragmatis dalam kehidupan orang percaya memberikan pemahaman iman yang berdedikasi dalam pengorbanan, pikiran, tenaga, dan waktu yang tertuju kepada Kristus.
Optimalisasi Pelayanan Digital dalam Misi Penjangkauan Homo Digitalis Yovianus Epan; Pebri Hariawan
TEMISIEN: Jurnal Teologi, Misi, dan Entrepreneurship Vol 3, No 1: Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9876/temisien.v3i1.58

Abstract

The 21st century places digital technology as a basic need and lifestyle for today's society. Discussing technology cannot be separated from the industrial revolution 4.0, and the three main icons are IoT (Internet of Things), e-commerce, and social media. In these three icons, technology plays a significant role in creating the era of social society 5.0 and creating a communication society or homo digitalis, people who always project themselves in digital media to show their existence. This research aims to stimulate the church to adapt to technology to carry out Christian missions through digital and digital-based services. This aims to reach homo digitalis. The qualitative method used in this paper describes and analyzes and describes the results of the topic mapping. AbstrakAbad ke-21 menempatkan teknologi digital menjadi kebutuhan yang mendasar dan gaya hidup masyarakat saat ini. Membahas teknologi tentu tidak dapat dilepaskan dari revolusi industri 4.0 dan tiga ikon utama di dalamnya ialah IoT (internet of things), e-commerce, dan sosial media. Pada ketiga ikon tersebut teknologi sangat berperan besar sehingga terciptanya era social society 5.0 dan terciptalah masyarakat komunikasi atau homo digitalis orang-orang yang selalu memperoyeksikan dirinya dalam media digital untuk menunjukan eksistensinya. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menstimulasi gereja secara umum untuk mampu beradaptasi dengan teknologi, sehingga dalam pemanfaatannya gereja mampu menjalankan misi Kristen dalam bentuk misi digital dan pelayanan yang berbasis digital. Hal ini bertujuan untuk menjangkau homo digitalis. Metode kualitatif yang digunakan dalam penulisan ini mendeskripsikan dan menganalisis serta menguraikannya hasil peme-taan topik bahasan. 
Kesabaran Dalam Penderitaan Perspektif Kemiskinan Di Indonesia Yovianus Epan
Alucio Dei Vol 7 No 2 (2023): Alucio Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam kehidupan manusia tentu tidak pernah lepas dari penderitaan, dan itu terbagi menjadi penderitaan yang dialami perindividu ataupun masal. Yakobus dengan telak menyatakan bahwa bersabar dalam penderitaan merupakan kunci untuk menghadapinya. Dari hasil analisis teks didapati bahwa kesabaran, keteguhan hati, ketekunan, daya tahan, dan ketabahan merupakan faktor yang harus dimiliki oleh orang percaya dalam menghadapi penderitaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukan bahwa sikap hati dan tindakan orang percaya dalam menghadapi penderitaan yang terjadi sebagai rumpun ilmu teologi praktika, sebagai urgenisnya bahwa penderitaan tidak dapat dihindari dalam kehidupan orang-orang percaya dan memahami makna dari penderitaan kemiskinan di Indonesia. Apapun penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif dengan cara kerja analisis hermeneutik pada teks, dan hasil observasi tersebut dibagi kedalam sub bab serta dideskripsikan sebagai hasil temuan dari Yakobus 5:7-11.