Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pelatihan Pembuatan Trichokompos untuk Mengendalikan Penyakit Tanaman di Desa Banua Supanggal Mariana Mariana; Ismed Setya Budi; Yusriadi Marsuni; Muhammad Indar Pramudi; Salamiah Salamiah; Ismed Fachruzi
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (810.359 KB) | DOI: 10.20527/ilung.v1i1.3618

Abstract

Upaya pengendalian penyakit tanaman sampai saat ini oleh petani di desa Banua Supanggal Kecamatan Pandawa masih bertumpu pada penggunaan pestisida sintetik. Akibatnya jumlah konsumsi penggunaan pestisida terus meningkat.  Alternatif pengendalian yang aman dan ramah lingkungan  adalah penggunaan agensia hayati spesifik lokasi. Sudah banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa penggunaan Trichokompos efektif untuk pengendalian penyakit tanaman pertanian, dan perlu disosialisasikan ke petani di desa. Pengendalian hayati menggunakan Trichokompos  hasil dari campuran jamur antagonis Trichoderma sp spesifik lokasi dengan kotoran ternak sebagai media formulasi perbanyakan masih belum dikenal petani di desa Banua Supanggal. Kegiatan ini diawali pertemuan diskusi dengan ketua kelompok tani untuk melihat permasalahan di pertanaman petani dan dilanjutkan pengamatan penyakit utama yang ada. Tahap kedua penyuluhan kepada anggota kelompok tani dan dilanjutkan dengan praktek pembuatan Trichokompos. Hasil kegiatan ini menunjukkan petani sangat antusias mengikuti semua kegiatan mulai pembuatan sampai aplikasi di lahan. Pada kegiatan pendampingan lanjutan sudah menunjukkan petani mempraktekkan cara pembuatan di kelompok masing-masing. Hasil monitoring dan evaluasi sudah membuktikan bahwa  Trichokompos sudah berhasil diproduksi oleh petani secara mandiri.
Cara Menanam Bawang Merah Dengan Mudah Dan Praktis Dalam Polibag Ismed Fachruzi Antar Sofyan
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2128.019 KB) | DOI: 10.20527/ilung.v1i2.3851

Abstract

Bawang Merah (Allium  cepa L.) adalah tanaman semusim, dan   sebagai bumbu memasak, hampir semua masakan memerlukannya. Nilai ekonominya Rp 25.000-95.000 per kilogram.. Ketika harganya mahal, saat inilah dikeluhkan oleh kebanyakan ibu rumah tangga.Pertanaman Bawang Merah dengan media tanam tanah berwadahkan kantong plastik (polibag), satu siung Bawang Merah yang ditanam dapat menghasilkan 10 kali lipat (sesiung menjadi 10 siung bahkan lebih).Desa Pantai Harapan Kecamatan Bumi Makmur Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan, adalah wilayah Lahan Basah Pasang Surut Tipe-A (langsung). Sebagai media tanam bawang merah diperlukan pengolahan, dengan menambah kapur dan bahan organik. Dosis kapur 10 ton/ha (35 g/10 kg tanah/polibag) dan pupuk kandang 30 ton/ha (100 g/10 kg/polibag), dan ditanam satu siung bawah per polibag.Penyuluhan ini dilakukan dengan metode tatap muka langsung dan tanya jawab pada tempat di mana masyarakat saat itu berkumpul. Setelah itu penyuluh berkeliling lokasi untuk jumpa masyarakat di ruang terbuka (di teras rumah, atau di warung, dsb).
Transfer Teknologi pengolahan Media Tanam Berbasis Mikroba Indigenous dan Gulma Air Kepada Petani Kelurahan Bangkal Ismed Setya Budi; Ismed Fachruzi; Mariana Mariana; Yusriadi Yusriadi; Muhammad Indar Pramudi; Helda Orbani Rossa
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i3.6458

Abstract

Kelurahan Bangkal merupakan daerah menyangga pangan untuk Kota Banjarbaru karena  memiliki lahan pertanian yang luas sehingga sebagian besar mata pencaharian warganya adalah dari bertani di lahan. Kendala utama pertanian di daerah ini adalah lahannya yang perlu pupuk  agar tanaman tumbuh subur dan lahan yang kadang tergenang pada musim hujan. Solusi tepan yang ditawarkan adalah pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan mikroba indigenous dan gulma air sebagai bahan utama. Masalah banjir perlu bantuan pemerintah dengan membuat embung disamping pertanian memanfaatkan lahan pekarangan sesuai prinsif urban farming. Kegiatan diawali dengan pendekatan ke Pemerintah Kecamatan Cempaka dan ke Kelurahan Bangkal untuk mendapatkan gambaran awal kondisi pertanian. Tahap kedua melakukan pertemuan penyuluhan yang melibatkan Camat Cempaka, Lurah Bangkal, dan ketua Kelompok Tani yang ada beserta beberapa anggota dengan jumlah peserta mecapai 42 orang. Hasil analisis dari kuisioner menunjukkan bahwa petani masih perlu praktek langsung cara pembuatan pupuk dengan pedampingan tim dari awal mencari isolat dan mengolahan gulma air menjadi pupuk.  Hasil isolasi di lahan milik petani ditemukan mikroba Jenis Trichoderma sp dan gulma air jenis kalakai dan kayapu yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan pestisida organik. Pendampingan di lahan terus berlanjut sehingga kelompok Tani Bunga Padi milik salah satu kelompok tani berhasil membuat kemasan pupuk siap dipasarkan disamping dimanfaatkan oleh anggota kelompoknya dan petani sekitar. Diharapkan dengan pendampingan Tim  keberlanjutannya dihasilkan produk beras merah organik spesifik lahan Bangkal siap dipasarkan.
RESPON PERTUMBUHAN BAWANG MERAH (Allium Ascalonicum L) TERHADAP TINGGI KOLOM PASIR SEBAGAI SUMBU DAN MEDIA TANAM SECARA HIDROPONIK Ahmad Aulia Rahman; Ismed Fachruzi; Fakhrur Razie
Agroekotek View Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/agtview.v5i1.2877

Abstract

This study aims to see the response of the sand column as a medium and axis of hydroponic growth of Shallots (Allium ascalonicum L). This research was conducted in the Agroecotechnology Greenhouse from April 2020 to May 2020. The research method used was a one-factor completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 4 replications, so that there were 16 experimental units. The 4 treatments used were: P1 = 20 cm, P2 = 25 cm, P3 = 30 cm, P4 = 35 cm. The parameters observed were plant height, leaf number, shallot plants.                The results of the research have shown that the treatment of the height of the sand column as the axis and the hydroponic media did not significantly affect all the parameters observed, namely the number of leaves and plant height. In the study, the highest number of leaves was found in treatment p4 (3.84 cm) while for plant height in treatment p3. 
Pengaruh Abu Janjang Kosong Kelapa Sawit dengan Kompos Eceng Gondok terhadap Perubahan Sifat Kimia Tanah Lahan Pasang Surut Syifa Syifa; Meldia Septiana; Ismed Fachruzi
Acta Solum Vol 2 No 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Department of Soil, Faculty of Agriculture, Lambung Mangkurat University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/actasolum.v2i2.2441

Abstract

Marshes that are affected either directly or indirectly by the ebb and flow of seawater are known as tidal wetlands. The lack of soil nutrients like low pH, N, P, and K, as well as the high solubility of Al and Fe, which can poison plants, is the problem with tidal wetlands. The goal of the study was. to find out how the application of oil palm empty fruit bunch (EFB) ash and water hyacinth compost changed the pH, organic C, N, P, and K levels of the soil in tidal wetlands. The randomized complete design (CRD) method was used in this pot experiment, with two factors: 1) four applications of oil palm EFB ash, and 2) four applications of water hyacinth compost. Oil palm EFB ash had doses of 0 ton.ha-1, 1 ton.ha-1, 1.5 ton.ha-1, and 2 ton.ha-1, while water hyacinth compost had doses of 0 ton.ha-1, 2 ton.ha-1, 3 ton.ha-1, and 4 ton.ha-1, respectively. 32 experimental units were created when 16 treatment combinations were replicated twice. After four weeks of incubation, the soil was submerged in water to a height of 5 cm. The application of oil palm EFB ash and compost made from water hyacinths had significant effects on pH, N-NO3ˉ, available P, and K, but not organic C or N-NH4+. The findings suggest that the application of water hyacinth compost and oil palm EFB ash can raise the pH, organic C, and levels of N, P, K in the soil.