Djoko Wahyono
Department Pharmacology and Clinical Pharmacy, Faculty of Pharmacy, Gadjah Mada University, Yogyakarta Indonesia

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT DALAM DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO DENGAN METODE OBSERVASIONAL RETROSPEKTIF PERIODE NOVEMBER 2009 - JANUARI 2010 Sari, Andriana; Wahyono, Djoko; Raharjo, Budi
PHARMACIANA Vol 2, No 2: November 2012
Publisher : PHARMACIANA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.03 KB)

Abstract

Potensi interaksi obat adalah potensi aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Interaksi obat didefinisikan sebagai fenomena yang terjadi ketika efek farmakodinamik dan farmakokinetik dari suatu obat berubah karena adanya pemberian obat yang lain. Interaksi obat dapat menyebabkan advers drug reaction apabila potensi terjadinya interaksi tersebut tidak diketahui sebelumnya upaya optimalisasi tidak dapat dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi interaksi obat pada pasien rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Metode penelitian adalah observasional retrospektif (November 2009 - Januari 2010) dengan menggunakan metoda deskriptif untuk analisa data. Hasil penelitian menunjukkan potensi interaksi obat pada pasien rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebesar 56,76% (n = 259). Berdasarkan kategori signifikansi yang dikemukakan Tatro (2006), terdapat potensi interaksi obat kategori signifikansi 1 pada pasien rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebesar 16,60%. Penggunaan obat berpotensi interaksi yang masuk kategori signifikansi 1 sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pasien akan obat, risk and benefit serta dilakukan upaya optimalisasi.
THE USE OF GENERIC DRUGS IN PHARMACY IN THE MUNICIPALITY OF YOGYAKARTA DURING MONETARY CRISIS (OBSERVATION ON MARCH 1997 - MARCH 1998) Andari, Irin Dwi; Wahyono, Djoko
INDONESIAN JOURNAL OF PHARMACY Vol 12 No 4, 2001
Publisher : Faculty of Pharmacy Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Skip Utara, 55281, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.501 KB) | DOI: 10.14499/indonesianjpharm0iss0pp12-20

Abstract

Monetary crisis that strike Indonesia had also impacts on health services either private or public services, including pharmaceutical industries. The industries had difficulty to find raw materials for production which in turn resulting in scarce and the rise of drug price. The situation could urged the patients to shift of using the patented medicines into generic ones which are relatively cheaper. The present study has therefore aimed to observe the usage of generic products before (March 1997 - August 1997) and during (September 1997 - March 1998) the monetary crisis periods in five pharmacies of Yogyakarta Municipality. The data were taken from the stocks units and from doctor’s prescriptions, which were then analyzed by ANAVA (p=0,5). Other data were also collected and analyzed descriptively from questionnaires requested to the a hundred of pharmacy’s visitors at the same periods as above.The results have shown that the number of generic product usage was not different between the two periods, except amoxycillin 500 mg, antalgin, dextrometorphan, captopril 25 mg, and glibenclamide tablets. The respondents have revealed that they have information on generic products (91%) from mostly mass media (44%). As many as 39 % of them assume that the generic products are cheaper than of patented products and it has the same effect.Key words : monetary crisis, generic product, pharmacies
A BIOEQUIVALENCE STUDY OF AMPICILLIN (GENERIC PRODUCTS) IN RABBITS Wahyono, Djoko; ., Nurlaila
INDONESIAN JOURNAL OF PHARMACY Vol 12 No 4, 2001
Publisher : Faculty of Pharmacy Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Skip Utara, 55281, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.809 KB) | DOI: 10.14499/indonesianjpharm0iss0pp198-204

Abstract

The use of generic medicine in health services has strongly been suggested by government. Production of those type of medicine by government appointed pharmaceutical manufacturers has shown a good progress. However, monitoring to those products in the market, based on the bioequivalence quality, still need to be improved. An example of medicine produced in generic form is Ampicillin, one of the broad spectrum antibiotic effective to treat upper respiratory tract infections. The aim of this research was to evaluate the bioavailability of generic ampicillin capsules (500 mg) compared to the patented product. The research was carried out as follow: six male rabbits weighing 2.0 - 2.5 kg were assigned to a cross - over design to receive both products orally after 24 hour fasting. The generic and patented products were given to the rabbits with a week wash-out period. Following drug administration, the blood samples (11 samples) were drawn from the marginal ear vein at designated time (5-330 minutes) to analyse unmetabolized ampicillin fluorometrically. Detection of the ampicillin was recorded at maximum excitation (350 nm) and maximum emission (420 nm) wavelengths. The result showed that the AUC value of the generic product (3,211.25 ± 635.23 g hour/ml) was significantly higher than that of patented product (2,425.68 ± 895.26 g hour/ml) (p<0.05). The peak level of ampicillin (Cmax) was significantly higher for the generic (17.00 ± 5.10 g/ml) than patented product (11.25 ± 2.75 g/ml), while time to reach Cmax was not significantly different between the two products, ie. 77.34 ± 16.70 minutes (generic) and 82.48 ± 13.57 minutes (patented). The study concluded that the ampicillin capsules in generic form had a better biovailability than patented product. Key words: ampicillin, generic product, bioequivalence
Peningkatan Peran Apoteker dan Outcome Pasien Tuberkulosis Melalui Uji Coba Model Training-Education-Monitoring-Adherence-Networking (TEMAN) Apoteker Yasin, Nanang M.; Wahyono, Djoko; Riyanto, Bambang S.; Sari, Ika P.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 6, No 4 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1204.251 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2017.6.4.247

Abstract

Model Training-Education-Monitoring-Adherence-Networking (TEMAN) Apoteker memberikan ruang bagi apoteker yang telah mendapatkan pelatihan untuk melakukan intervensi melalui edukasi pasien tuberkulosis (TB), monitoring terapi, asesmen kepatuhan pasien dan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak uji coba model TEMAN Apoteker terhadap peran apoteker dan outcome pasien TB. Penelitian terdiri atas 2 tahap yaitu pelatihan dan intervensi apoteker dengan jenis penelitian quasi experimental study dengan rancangan one group pretest-posttest design. Setelah mendapatkan pelatihan, apoteker melakukan intervensi pada saat kunjungan rutin pasien TB di puskesmas dan Rumah Sakit Khusus Paru Respira di DIY. Subjek penelitian yang dilibatkan meliputi petugas TB (apoteker dan programmer TB) dan pasien dengan diagnosis baru TB yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu usia lebih dari 15 tahun, mendapatkan terapi obat anti tuberkulosis (OAT), bersedia mengisi kuesioner dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusinya adalah pasien multi drug resistance (MDR) TB; memiliki penyakit hepatik, psikiatrik (mental) dan disfungsi kognitif. Instrumen yang dikembangkan peneliti adalah kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan petugas TB dan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kepatuhan pasien TB. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan uji Wilcoxon sign rank. Adanya pelatihan efektif meningkatkan pengetahuan 37 petugas TB secara bermakna p=0,000 dari rerata 11,3±3,00 (kategori menengah) menjadi 16,3±2,31 (kategori tinggi). Sebanyak 40 (81,6%) pasien meningkat pengetahuannya secara bermakna (p=0,000) dan sebanyak 5 (10,2%) pasien meningkat kepatuhannya secara bermakna (p=0,034) setelah intervensi apoteker. Di sisi lain, dari total 49 pasien TB, sebanyak 29 (59,2%) pasien bertambah berat badannya, 100% konversi sputum, 33 (67,3%) kejadian adverse drug reactions (ADR), dan 8 (16,3%) potensi interaksi obat menjadi terdokumentasi melalui monitoring apoteker. Intervensi model TEMAN Apoteker meningkatkan peran apoteker dan outcome pasien TB.Kata kunci: Anti-tuberkulosis, apoteker, kepatuhan, edukasi, intervensi Enhancing Pharmacist’s Role and Tuberculosis Patient Outcomes Through Training-Education-Monitoring-Adherence-Networking (TEMAN) Pharmacist Model InterventionTraining-Education-Monitoring-Adherence-Networking (TEMAN) Pharmacist model provides opportunities for trained pharmacist to intervene through education of tuberculosis (TB) patient, therapy monitoring, assessment of patient’s adherence, and collaboration with other health professionals. The study aimed to determine the impact of TEMAN Pharmacist model intervention against the role of pharmacist and TB patient outcomes. The study design was a quasi-experimental study with one group pretest-posttest consisted of two phases: training and pharmacist intervention. After training, pharmacists intervene during regular visits TB patients in primary health care and Special Hospital Lung Respira in Yogyakarta. The research subjects were TB officer (pharmacist and TB programmers) and patients with newly TB diagnostic who met the inclusion criteria, i.e. patients aged 15 years or older, receiving antituberculosis therapy, and willing to fill out given questionnaires and signing a letter of approval for the study (informed consent). Meanwhile, the exclusion criteria were patients with multi-drug resistance (MDR) TB; have hepatic disease, psychiatry (mental), and cognitive dysfunction. The instrument developed was a questionnaire to measure the level of knowledge of TB officers and questionnaires to measure the level of knowledge and adherence of TB patients. The data were analyzed descriptively and by using Wilcoxon test. The training effectively improved the knowledge of participants significantly (p=0,000) on average 11.3±3.00 (intermediate category) to 16.3±2.31 (high category). A total of 40 (81.6%) TB patients increased their knowledge significantly (p=0,000) and 5 (10.2%) increased their adherence significantly (p=0,034) after the pharmacist’s intervention. Additionally, out of 49 patients, 29 (59.2%) patients increased body weight, 100% sputum smear conversion, 33 (67.3%) incidence of ADR, and 8 (16.3%) potential drug interactions were documented by the pharmacist monitoring. Intervention of TEMAN Pharmacist model improves the role of the pharmacist and the outcome of TB patients.Keywords: Adherence, antituberculosis, education, pharmacists, intervention
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI RAWAT INAP Purwaningsih, Avianti Eka Dewi Aditya; Rahmawati, Fita; Wahyono, Djoko
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.150

Abstract

Meluasnya penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan isu besar dalam kesehatan masyarakat dan keamanan pasien. Masalah utama pemakaian antibiotik pada anak adalah penentuan jenis antibiotik, dosis, interval, dan rute pemberian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase antibiotik yang rasional (kategori 0) dan apa saja jenis ketidakrasionalan (kategori II-V), serta untuk mengetahui hubungan rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi yang di capai. Penelitian merupakan penelitian observasional menggunakan metode cohort. Pengambilan data pada penelitian dilakukan secara retrospektif dan prospektif selama periode November 2014 sampai Februari 2015. Sampel penelitian adalah pasien pediatri di bangsal rawat inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, yang memenuhi kriteria inklusi. Evaluasi rasionalitas antibiotik menggunakan metode Van der Meer dan Gyssens kemudian dianalisis secara deskriptif. Hubungan antara rasionalitas antibiotik dengan luaran terapi dianalisis menggunakan Chi-square dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil evaluasi terhadap penggunaan antibiotik pada 385 regimen menunjukkan 23,9% penggunaan antibiotik rasional. Jenis ketidakrasionalan, yaitu kategori V (8,6%); kategori IV A (22,3%); kategori IV C (20%); kategori IV D (1,6%); kategori II A (44,4%); kategori IV B (37,7%). Hasil analisis hubungan rasionalitas dengan luaran terapi menunjukkan tidak ada hubungan antara rasionalitas penggunaan antibiotik dengan luaran terapi (p>0,05).
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS TERHADAP KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI PADA OPERASI SECTIO CAESAREA Oktaviani, Fifin; Wahyono, Djoko; Yuniarti, Endang
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 4
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.156

Abstract

Infeksi nosokomial merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Pada tahun 2002 CDC memperkirakan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit 1,7 juta orang dan sekitar 99.000 orang meninggal karena infeksi ini.Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu dari infeksi nosokomial mayoritas yang terjadi di rumah sakit. Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai dapat mengurangi kejadian infeksi luka operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya angka kejadian infeksi luka operasi pada operasi sectio caesarea, mengetahui pola dan kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien sectio caesare adengan Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik (PPAB) 2011, American Society of Health System Pharmacist (ASHP) Therapeutic Guideline 2012, Drug Information Handbook 22ndEdition. Metoda penelitian menggunakan metoda cross sectional melalui penelusuran data secara retrospektif terhadap rekam medik pasien yang menjalani tindakan operasi sectio caesarea di salah satu rumah sakit BUMN Kepulauan Riau periode Maret 2014 – Februari 2015. Analisis data berupa deskripsi angka kejadian infeksi luka operasi, pola dan kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien sectio caesareadengan pedoman. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya angka kejadian ILO akibat tindakan sectio caesarea sebanyak 9 pasien (6,4%) dari jumlah total 140 pasien. Pola penggunaan antibiotik profilaksis menunjukkan bahwa penggunaan ceftriaxon sebanyak 55,7%, cefuroxim sebanyak 34,3%, kombinasi ceftriaxon dan metronidazol sebanyak 10%. Kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis menunjukkan bahwa rute dan interval pemberian sebesar 100% (140 pasien) sesuai dengan pedoman, sedangkan jenis obat yang digunakan, dosis, dan waktu pemberian masing-masing 34,3%, 65,7%, dan 72,9% yang sesuai dengan pedoman.
COST OF ILLNESS DARI CHRONIC KIDNEY DISEASE DENGAN TINDAKAN HEMODIALISIS Fauziah, Fauziah; Wahyono, Djoko; Budiarti, L Endang
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.143

Abstract

Hemodialisis (HD) atau cuci darah sangat berperan penting bagi penderita gagal ginjal. Proses hemodialisis merupakan tindakan pengobatan yang mahal dan akan menjadi beban berat bagi pasien yang melakukan tindakan hemodialisis berulang kali selama seumur hidupnya. Tujuan penelitian adalah mengetahui total biaya penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) dan untuk mengetahui perbedaan faktor pasien, faktor penyakit, dan faktor jenis pembiayaan terhadap biaya medik langsung pada pasien CKD dengan tindakan hemodialisis rawat jalan dan rawat inap. Jenis penelitian menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik menurut perspektif rumah sakit. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan melihat rekam medis pasien yang melakukan hemodialisis pada periode Januari sampai Juni 2014 di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Variabel terikat (dependent variable) adalah total biaya medik langsung pasien rawat inap dan rawat jalan yang melakukan tindakan hemodialisis di Rumah sakit Bethesda Yogyakarta, sedangkan variabel bebas (independent variable) adalah faktor pasien, faktor penyakit, dan faktor jenis pembiayaan. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif, distribusi varian, uji Mann-Whitney, dan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien CKD dengan tindakan hemodialisis yang masuk kriteria inklusi sebanyak 104 pasien dengan 1.861 episode rawat jalan dan 31 episode rawat inap. Cost of illness pasien CKD dengan tindakan hemodialisis sebesar Rp. 2.295.068.531,00. Pada pasien rawat jalan terdapat perbedaan total biaya medik langsung pada faktor jenis kelamin, usia, jenis komorbid, dan frekuensi hemodialisis. Pada pasien rawat inap, tidak ada perbedaan antara faktor tersebut terhadap total biaya medik langsung.
PENGARUH PRAPERLAKUAN BROKOLI (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) TERHADAP FARMAKOKINETIKA RIFAMPISIN PADA TIKUS Wahyono, Djoko; Hakim, Arief Rahman
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 3, No 1 (2006)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research was aimed to observe broccoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) activities to rifampicin pharmacokinetics in rats. The study was conducted using female Sprague Dawley rats which were divided  into 3 groups (6 rats for each group). The groups were given a single oral rifampicin 50,4 mg/kg BW as a control group and were confered multiple doses oral (once daily for seven days) (P-I) and single dose oral oral (P-II) broccoli 23,43 g/kg BW before treatment with rifampicin. Serial blood samples (0,2 ml) were withdrawn at various interval via the tail vein for HPLC analysis of unchanged rifampicin in blood. From the concentration of rifampicin vs time data  was determined rifampicin pharmacokinetics parameters i.e. Ka, Cmaks, tmaks, AUC0-~, Vdss, t1/2 elimination, ClT and K. The results have shown that the pharmacokinetics values of rifampicin in the animals prefed with broccoli 23,43 mg/kg bw 1 hours prior to single oral administration of the drug did not change significantly (P>0,10). Prefeeding the animals with broccoli 23,43 g/kg bw once daily for 7 consecutive days has increased the total clearance of rifampicin 46,90% (P<0,10). The increase in the total clearance rifampicin due to the compound has decreased Cmaks 36,54% (P<0,10). ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian praperlakuan brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) terhadap farmakokinetika rifampisin pada tikus. Penelitian menggunakan tikus putih betina galur Sprague Dawley yang dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 6 ekor hewan. Kelompok I (kontrol) diberikan  rifampisin secara oral dosis 50,4 mg/kg BB,   kelompok II dan III (perlakuan) diberikan brokoli secara oral dosis 23,43 g/kg BB sekali sehari selama 7 hari (P-I) dan 1 jam sebelum (P-II) diberikan rifampisin dengan dosis yang sama seperti kelompok I. Setelah seluruh hewan mendapatkan perlakuan, pada jam-jam ke- 0,25; 0,5; 1; 1,5; 2;  3; 4; 6; 8; 10; 12, dan 24  diambil cuplikan darah (0,2 ml) dari vena lateralis ekor, guna penetapan kadar rifampisin utuh secara HPLC. Kadar rifampisin utuh dalam darah dihitung berdasarkan kurva baku. Harga-harga parameter farmakokinetika rifampisin (Ka, Cmaks, tmaks, AUC0-~, Vdss, t1/2, ClT dan K) dihitung berdasarkan data kadar rifampisin utuh dalam darah terhadap waktu. Hasil penelitian menunjukkan praperlakuan brokoli satu jam sebelum pemberian rifampisin tidak mempengaruhi farmakokinetika rifampisin (P>0,10), namun pemberian brokoli sekali sehari selama 7 hari sebelum pemberian rifampisin mampu meningkatkan ClT rifampisin sebesar 46,90% (P<0,10). Akibat kenaikan ClT rifampisin tersebut, harga Cmaks mengalami penurunan sebesar 36,54% (P<0,10).
Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 Oleh Apoteker Wahyuningrum, Retno; Wahyono, Djoko; Mustofa, Mustofa; Prabandari, Yayi Suryo
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 9, No 1 (2017): Punica Granatum
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK : Diabetes Melitus (DM) tipe 2 tergolongdalam penyakit kronis yang akan diderita seumur hidup, perlu kerja sama antara dokter, perawat, ahli gizi, farmasis/apoteker, psikolog dengan pasien dan keluarganya dalam upaya pengelolaan penyakit tersebut. Peran praktisi kesehatan dalam pengelolaan penyakit DM tipe 2 adalah memberikan terapi yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasien menurut pedoman tatalaksana pengelolaan penyakit. Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2014 nomor 30, 35, dan 58 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas, apotek, dan rumah sakit menuntut apoteker untuk meningkatkan kompetensinya dalam implementasi asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Peran yang harus ditingkatkan tidak hanya terbatas pada pengelolaan obat, tetapi juga pada pemberian layanan farmasi klinik, salah satunya adalah konseling. Konseling yang dilakukan apoteker pada pasien bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
PENGARUH PRAPERLAKUAN BROKOLI (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) TERHADAP FARMAKOKINETIKA RIFAMPISIN PADA TIKUS Wahyono, Djoko; Hakim, Arief Rahman
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 3, No 1 (2006)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfi.v3i1.69

Abstract

The research was aimed to observe broccoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) activities to rifampicin pharmacokinetics in rats. The study was conducted using female Sprague Dawley rats which were divided  into 3 groups (6 rats for each group). The groups were given a single oral rifampicin 50,4 mg/kg BW as a control group and were confered multiple doses oral (once daily for seven days) (P-I) and single dose oral oral (P-II) broccoli 23,43 g/kg BW before treatment with rifampicin. Serial blood samples (0,2 ml) were withdrawn at various interval via the tail vein for HPLC analysis of unchanged rifampicin in blood. From the concentration of rifampicin vs time data  was determined rifampicin pharmacokinetics parameters i.e. Ka, Cmaks, tmaks, AUC0-~, Vdss, t1/2 elimination, ClT and K. The results have shown that the pharmacokinetics values of rifampicin in the animals prefed with broccoli 23,43 mg/kg bw 1 hours prior to single oral administration of the drug did not change significantly (P>0,10). Prefeeding the animals with broccoli 23,43 g/kg bw once daily for 7 consecutive days has increased the total clearance of rifampicin 46,90% (P<0,10). The increase in the total clearance rifampicin due to the compound has decreased Cmaks 36,54% (P<0,10). ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian praperlakuan brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) terhadap farmakokinetika rifampisin pada tikus. Penelitian menggunakan tikus putih betina galur Sprague Dawley yang dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 6 ekor hewan. Kelompok I (kontrol) diberikan  rifampisin secara oral dosis 50,4 mg/kg BB,   kelompok II dan III (perlakuan) diberikan brokoli secara oral dosis 23,43 g/kg BB sekali sehari selama 7 hari (P-I) dan 1 jam sebelum (P-II) diberikan rifampisin dengan dosis yang sama seperti kelompok I. Setelah seluruh hewan mendapatkan perlakuan, pada jam-jam ke- 0,25; 0,5; 1; 1,5; 2;  3; 4; 6; 8; 10; 12, dan 24  diambil cuplikan darah (0,2 ml) dari vena lateralis ekor, guna penetapan kadar rifampisin utuh secara HPLC. Kadar rifampisin utuh dalam darah dihitung berdasarkan kurva baku. Harga-harga parameter farmakokinetika rifampisin (Ka, Cmaks, tmaks, AUC0-~, Vdss, t1/2, ClT dan K) dihitung berdasarkan data kadar rifampisin utuh dalam darah terhadap waktu. Hasil penelitian menunjukkan praperlakuan brokoli satu jam sebelum pemberian rifampisin tidak mempengaruhi farmakokinetika rifampisin (P>0,10), namun pemberian brokoli sekali sehari selama 7 hari sebelum pemberian rifampisin mampu meningkatkan ClT rifampisin sebesar 46,90% (P<0,10). Akibat kenaikan ClT rifampisin tersebut, harga Cmaks mengalami penurunan sebesar 36,54% (P<0,10).