Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

KARAKTERISTIK FISIK MAKANAN PENDAMPING ASI TERFORTIFIKASI PREBIOTIK DARI TEPUNG UMBI PORANG (AMORPHOPHALLUS ONCOPHYLLUS) TERFERMENTASI Wardhani, Dyah Hesti; FIrfandy, Fauzan; Meiliana, Winda Tria
METANA Vol 11, No 01 (2015): Juli 2015
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.796 KB) | DOI: 10.14710/metana.v11i01.12576

Abstract

Abstrak Pemberian asupan gizi yang baik sangat vital bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi umur 4 sampai 24 bulan. Prebiotik memiliki fungsi penting bagi kesehatan bayi antara lain meningkatkan jumlah bifidobacteria dan lactobacilli yang mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen, meningkatkan daya tahan, dan membantu penyerapan makanan menjadi lebih baik. Salah satu sumber prebiotik yang berpotensi diproduksi di Indonesia adalah manooligosakariada (MOS). MOS didapatkan melalui fermentasi glukomannan yang banyak terkandung pada umbi porang (Amorphophallus oncophyllus). Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari efek penambahan tepung porang hasil fermentasi terhadap karakteristik MP-ASI. Hasil penelitian menunjukan penambahan tepung porang terfermentasi meningkatkan densitas kamba, daya serap air, viskositas, dan swelling power bubuk bubur bayi. Waktu fermentasi berpengaruh positif terhadap densitas kamba dan daya serap air namun menurunkan viskositas dan swelling power. Nilai proksimat tepung bubur bayi yang memiliki sifat fisik paling mendekati tepung bubur bayi komersial (rasio 60% tepung porang terfermentasi 3 hari dan 10% tepung beras merah) belum memenuhi KepMenKesRI no. 224/Menkes/SK/II/2007. Bubuk bubur bayi rasio ini mempunyai kadar protein 2.24%, lemak 0.67%, air 13.13%, karbohidrat 66,82 %, dengan nilai energi sebesar 536 kkal. Hasil ini menunjukan bubuk bubur hasil masih perlu dimodifikasi agar memenuhi standar. Kata kunci: fermentasi, glukomannan, MP-ASI, porang, prebiotik, sifat fisik Abstract Providing an excellent nutrition is very cruisial for the growth and development of children. Weaning foods are given to infants aged 4 to 24 months. Prebiotics have important functions for the health of infants, including increasing the number of bifidobacteria and lactobacilli which suppress the growth of pathogenic bacteria, increasing immun system, and helps better food absorption. One potential source of prebiotic which is anable to be produced in Indonesia is manooligosakariada (MOS). MOS has potential to be produced in Indonesia through fermentation of glucomannan, a major compound of porang tuber (Amorphophallus Spp). Hence, the objective of this research was to study the physical characteristisc of weaning foods fortified with fermented porang flour. The fortification improved bulk density, water absorption, viscosity and swelling power of the weaning foods. Fermentation period had a positive impact on bulk density dan water absorption, however, reduced viscosity and swelling power. The proximat of the weaning food at ratio 60% of 3-day fermented porang and 10% brown rice had not met KepMenKesRI no. 224/Menkes/SK/II/2007 yet. This weaning food which contained 2.24% protein, 0.67% fat, 13.13% water, 66,82% carbohydrate, 536 kkal was still required further composition modification. Keywords: fermentation, glucomannan, weaning food, porang, prebiotic, physical properties   
Karakterisasi Katalis CaO dan Uji Aktivitas pada Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Kedelai Pratigto, Setiarto; Istadi, Istadi; Wardhani, Dyah Hesti
METANA Vol 15, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1178.735 KB) | DOI: 10.14710/metana.v15i2.25106

Abstract

Penelitian ini akan mengkaji kinetika reaksi transesterifikasi minyak kedelai dengan metanol menggunakan katalis CaO dengan parameter rasio mol reaktan terhadap konversi metil ester yang digunakan untuk menentukan persamaan kecepatan reaksi. Katalis CaO digunakan untuk reaksi transesterifikasi karena memiliki kekuatan basa yang tinggi, ramah lingkungan, kelarutan yang rendah dalam metanol. Kinetika reaksi untuk reaktor batch dihitung saat reaksi berlangsung berdasarkan rejim surface area limited yang menentukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk persamaan kecepatan reaksi transesterifikasi minyak kedelai dan metanol menggunakan katalis CaO menurut metode differential reactor. Penelitian dilakukan dengan reaksi transesterifikasi minyak kedelai dan metanol dengan katalis CaO dengan variabel bebas perbandingan mol reaktan. Hasil penelitian mengemukakan metanol teradsorpsi di permukaan katalis dan trigliserida tidak teradsorpsi di permukaan katalis menunjukkan mekanisme reaksi katalitik Eley-Rideal. Persamaan kecepatan reaksi dapat digunakan dalam perancangan reaktor, sehingga hubungan antara konversi trigliserida menjadi biodiesel dengan kebutuhan berat katalis dan volume reaktor yang diperlukan dapat diprediksi. This study will examine the kinetics of the transesterification reaction of soybean oil with methanol using a CaO catalyst with the parameters of the mole ratio of reactants to the conversion of methyl esters used to determine the reaction velocity equation. CaO catalyst is used for transesterification reaction because it has high base strength, environmentally friendly, low solubility in methanol. The reaction kinetics for a batch reactor are calculated when the reaction takes place based on a decisive surface area limited regime. The purpose of this study was to determine the shape of the speed equation for the transesterification of soybean oil and methanol using a CaO catalyst according to the differential reactor method. The research was carried out with the transesterification reaction of soybean oil and methanol with a CaO catalyst with a free variable ratio of reactant moles. The results of the study revealed that methanol adsorbed on the surface of the catalyst and triglycerides not adsorbed on the surface of the catalyst showed an Eley-Rideal catalytic reaction mechanism. The reaction speed equation can be used in reactor design, so the relationship between the conversion of triglycerides to biodiesel with the required catalyst weight and the reactor volume required can be predicted.
Analisis Pengaturan Temperatur, Konsentrasi, dan Waktu Pengadukan pada Tekanan Atmosferik untuk Meningkatkan Kepresisian Densitas Larutan Alginat Permanadewi, Indrasukma; Kumoro, Andri Cahyo; Wardhani, Dyah Hesti; Aryanti, Nita
TEKNIK In Press
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/teknik.v42i1.35994

Abstract

Alginat merupakan polimer polisakarida linier yang sangat mudah larut dalam air dengan densitas dan viskositas yang dapat diatur sesuai keperluan. Sifat khas ini membuat alginat banyak digunakan dalam industri pangan maupun non pangan. Seperti pada kebanyakan bahan alam lainnya, densitas larutan alginat pada umumnya juga dipengaruhi oleh temperatur, konsentrasi dan waktu pengadukan. Karenanya, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kepresisian densitas larutan alginat dengan pengaturan temperatur (30, 45, 60 dan 75°C), konsentrasi alginat (1, 2, 3, 4 dan 5% massa) dan waktu pengadukan (15, 30, 45 dan 60 menit) menggunakan metode piknometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur maka densitas akan semakin rendah, sebaliknya semakin tinggi konsentrasi dan waktu pengadukan maka densitas larutan alginat akan semakin meningkat. Dengan demikian, dapat disimpulkan apabila menginginkan densitas larutan alginat 0,9228 g/ml maka konsentrasi alginat yang digunakan 2% dengan suhu 30°C dan waktu pengadukan 30 menit.
Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Produk UKM Wingko Babat di Kota Semarang dengan “Modified Oven” Luqman Buchori; Didi Dwi Anggoro; Dyah Hesti Wardhani
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" 2016: Prosiding SNTKK 2016
Publisher : Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wingko babat merupakan makanan oleh-oleh khas Kota Semarang yang banyak diminati oleh para wisatawan. Proses pembuatan wingko babat meliputi beberapa tahap yaitu tahap pencampuran bahan baku, pencetakan, pemasakan, pendinginan dan pengemasan. Namunpada proses pemasakan, bahan yang dimasak tidak bisa merata. Hal ini disebabkan distribusi api atau panas tidak merata sehingga produk yang dihasilkan terkadang ada yang gosong. Kuantitas produk atau jumlah bahan yang dimasak tidak bisa maksimal karena proses pemasakan lama. Akibatnyasulit memenuhi permintaan pasar. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dilakukan perbaikan sistem pemasakan bahan wingko babatdengan cara mendesain ulang peralatan masaknya yaitu dengan rancang bangun alat masak bahan wingko babat.Alat ini dinamakan modified oven. Alat ini terdiri dari lima bagian utama yaitu (1) saluran pipa, (2) modified oven, (3)lubangtempat keluarnya api, (4) lubang sirkulasi udara, dan (5) penyangga. Hasil aplikasi alat ini menunjukkan peningkatan kuantitas dan kualitas produk. Kapasitas produksi meningkat 75% per harinya.Penggunaan bahan bakar untuk sekali masak menurun 50%. Omset produksi naik menjadi hampir 75% dan keuntungan UKM meningkat 2 kali lipat. Hasil pemasakan dapat seragam sehingga produk wingko yang dihasilkan tidak sampai gosong. Tekstur produk lembut dan proses pemasakan menjadi lebih cepat. Kualitas produk wingko menjadi lebih terjaga dan dapat memenuhi permintaan pasar khususnya pada musim wisatawan.
PENCEGAHAN PENCOKLATAN ENZIMATIK PADA PORANG KUNING (Amorphophallus oncophyllus) Dyah Hesti Wardhani; Ariel Arif Atmadja; Christo Rinaldy Nugraha
Reaktor Volume 17 No. 2 Juni 2017
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.111 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.17.2.104-110

Abstract

Abstract ENZYMATIC BROWNING INHIBITION OF YELLOW PORANG (Amorphophallus oncophyllus). Glucomannan is widely used in the cosmetics, food and health industry due to its high viscosity. One sources of local glucomannan is yellow porang tuber (Amorphophallus oncophyllus). Unfortunately, the content of carotenoids, polyphenoloxidases and tannins of the tuber is high enough and causing brownish color of the flour. Sodium acid pyrophosphat (Na2H2P2O7) or SAPP is a safe whitening agent used as an food additive and categorized as generally recognized as safe (GRAS). The purpose of this work was to study the enzymatic browning inhibition of yellow porang using SAPP as well as its effect on glucomannan content. Extended maceration time up to 3 h did not increase the degree of whiteness and glucomannan levels significantly. 2% of Na2H2P2O7 increased the degrees of whiteness into 50,33. Higher degree of whiteness was obtained in maseration of the flour than that of slurry, wet chips and dried chips. In these three variables, increasing degree of whiteness was in line with the glucomannan content. SAPP provided the highest degree of whiteness (61.48), however, the highest glucomannan samples (75.08%) was obtained at maceration using NaHSO3. Keywords: Amorphophallus oncophyllus; degree of whiteness; glucomannan; yellow porang  Abstrak Glukomanan banyak digunakan di industri kosmetik, makanan dan kesehatan karena viskositas yang tinggi. Salah satu sumber glukomanan lokal adalah umbi porang kuning (Amorphophallus oncophyllus). Sayangnya, kandungan karoten, polyphenoloxidases dan tannins pada umbi ini cukup tinggi menyebabkan tepung yang dihasilkan berwarna kecoklatan yang tidak diinginkan oleh pengguna. Sodium acid pyrophosphat (Na2H2P2O7) atau SAPP merupakan bahan pemutih yang aman digunakan sebagai zat additif dan dikategorikan dan termasuk ”generally recognized as safe” (GRAS). Tujuan penelitian ini yaitu mempelajari pencegahan pencoklatan pada porang kuning menggunakan SAPP serta efeknya terhadap kadar glukomanan. Peningkatan waktu maserasi hingga 3 jam tidak meningkatkan derajat putih dan kadar glukomanan secara signifikan. Konsentrasi SAPP 2% memberikan derajat putih 50,33. Maserasi tepung porang memberikan derajat putih tertinggi dibanding maserasi slurry, chips basah maupun chips kering. Pada ketiga variabel tersebut, kenaikan kadar glukomanan sejalan dengan derajat putihnya. Penggunaan SAPP pada tepung menghasilkan derajat putih tertinggi yaitu 61,48 namun kadar glukomanan tertinggi (75,08%) dicapai pada sampel yang dimaserasi menggunakan NaHSO3. Kata kunci: Amorphophallus oncophyllus; derajat putih; glukomanan; porang kuning
KINERJA MEMBRAN ULTRAFILTRASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH EMULSI MINYAK-AIR SINTETIS Nita Aryanti; Indah Prihatiningtyas; Diyono Ikhsan; Dyah Hesti Wardhani
Reaktor Volume 14, No. 4, OKTOBER 2013
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.678 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.14.4.277-283

Abstract

Kegiatan pengilangan minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar menghasilkan limbah cair emulsi minyak-air. Pengolahan limbah emulsi minyak-air dengan metode konvensional belum mampu untuk menerapkan prinsip reuse dan recycle karena hasil pengolahan limbah hanya dibuang ke perairan. Selain itu, proses konvensional menimbulkan produk samping berupa sludge yang tidak diinginkan.Membran ultrafiltrasi telah banyak digunakan untuk pengolahan limbah berminyak. Pada penelitian ini digunakan umpan model limbah emulsi minyak dengan fasa terdispersi berupa minyak pelumas, bensin dan solar.Fasa kontinu adalah air, sedangkan surfaktan adalah sebagai mediator.Minyak pelumas, bensin dan solar digunakan untuk mewakili limbah kilang minyak bumi yang berasal dari kolom-kolom distilasi serta limbah yang berasal dari utility plant, misalnya limbah bahan bakar solar.Penggunaan model limbah pengilangan bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih detail tentang kinerja membran ultrafiltrasi untuk pengolahan limbah emulsi minyak bumi. Pengujian kinerja membran ultrafiltrasi dilakukan dengan mengetahui profil fluks dan rejeksi. Karakterisasi membran menunjukkan bahwa membran polyethersulfone yang digunakan merupakan membran ultrafiltrasi asimetrik dengan permeabilitas 17,32 (l/m2.jam.bar). Profil fluks emulsi bensin, minyak pelumas dan solar menunjukkan bahwa penurunan fluks bensin yang tertinggi. Selain itu dapat dilihat bahwa membran polyethersulfone yang digunakan mampu merejeksi COD sebesar 98% dan minyak sebesar 98% untuk umpan emulsi bensin. Untuk emulsi minyak pelumas, 94% COD dan 99% minyak dapat direjeksi, sedangkan untuk umpan emulsi minyak solar, rejeksi COD sebesar 90% dan rejeksi minyak sebesar 98%.
Purification of Glucomannan of Porang (Amorphophallus oncophyllus) Flour using Combination of Isopropyl Alcohol and Ultrasound-Assisted Extraction Dyah Hesti Wardhani; Lucia H Rahayu; Heri Cahyono; Hana L Ulya
Reaktor Volume 20 No.4 December 2020
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.195 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.20.4.203-209

Abstract

Porang tuber is rich of glucomannan content but contained irritable compounds to be consumed. Ultrasound-assisted extraction (UAE) using isoprophyl alcohol (IPA) was developed as a purification method for glucomannan. This study aimed to determine the effects of UAE conditions (IPA concentrations, ratios of solvent-solid, and number of extraction stages) on the characteristics of purified glucomannan (PG) from porang flour (PF). Single-stage UAE using 80% IPA concentration and ratio of solvent-solid of 8:1 (ml/g) for 10 min gave the highest glucomannan content (76.10%). At this condition, the PG viscosity and yield were 12,800 cP and 96.10%, respectively. Furthermore, the three-stage UAE using 80% IPA concentration in each stage improved the glucomannan content to 83.26% with 15,960 cP and 90.02% of yield. The morphology showed that the purified glucomannan powders had smoother surface and less crump after the purification. Both carbonyl and acetyl groups were observed on PF and PG in different intensities. Keywords: glucomannan, isopropanol, Amorphophallus oncophyllus, ultrasound-assisted extraction
ULTRASONIC-ASSISTED EXTRACTION OF ANTIOXIDANT PHENOLIC COUMPOUNDS FROM EUCHEUMA COTTONII Dyah Hesti Wardhani; Denni Kartika Sari; Aji Prasetyaningrum
Reaktor Volume 14, No. 4, OKTOBER 2013
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.955 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.14.4.291-297

Abstract

The influences of ultrasonic-assisted extraction (UAE) conditions on phenolic compounds of Eucheuma cottonii seaweeed were investigated. The effects of temperature, time and liquid-solid ratio were evaluated based on the total phenolic content (TPC). The result showed a significant variability of effect of temperature, time, and liquid-solid ratio on TPC. Application of ultrasound reduced the optimum temperature, time and liquid-solid ratio of the extraction when compared to the conventional extraction. The highest phenolic content (4.44 mg gallic acid equivalent/g dry weight) was obtained at 3:1(v/w) of liquid-solid ratio, 55oC of temperature and 35 min of extraction time. At this condition, the extract showed ability to scavenging 91% of 1,1-diphenyl 2 picrylhydrazyl (DPPH radical) and 10.9% of H2O2. High ability of the extract to scavenge DPPH radical but low in scavenging H2O2 indicated that the extract dominated by primary antioxidant compounds which work by donating hydrogen atoms to bind free radical.
KAJIAN PENGARUH CARA PEMBUATAN SUSU JAGUNG, RASIO DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK YOGHURT JAGUNG MANIS Dyah Hesti Wardhani; Diana Catur Maharani; Eko Agus Prasetyo
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v11i1.1075

Abstract

Jagung manis merupakan salah satu tanaman pangan yang mudah ditemukan, akan tetapi pemanfaatan pengolahan jagung manis belum optimal. Salah satu cara untuk mengoptimalkan pemanfaatan jagung manis adalah sebagai subtrat yoghurt. Dalam 100 gram jagung manis memiliki karbohidrat sebesar 22.8 gram, protein 3,5% gram, lemak 1 gram dan air 72,7 g  yang membuatnya berpotensi digunakan sebagai bahan yoghurt. Penelitian ini bertujuan mengkaji proses pembuatan susu jagung, penambahan ratio air dan jagung serta lama waktu fermentasi terhadap karakteristik yoghurt jagung meliputi pH, kadar asam laktat, gula total, lemak, protein dan viskositas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perebusan susu merupakan langkah penting dalam pembuatan yoghurt sehingga memberikan karakteristik yoghurt yang berwarna lebih cerah, homogen dan lebih kental. Pembuatan yoghurt dengan rasio air dan jagung 1:1 (v/w) yang difermentasi selama 15 jam menurunkan nilai  pH menjadi 4 dan gula total menjadi 1%. Di sisi lain,  fermentasi meningkatkan kadar asam laktat menjadi 0,72%, kadar lemak 1,89%, kadar protein 2,96% dan viskositas 1,0015 cp. Yoghurt yang dihasilkan termasuk rendah lemak dan sesuai untuk produk minuman yoghurt.Selain itu, hasil yoghurt jagung pada penelitian ini sesuai dengan standar SNI 2009. Kata kunci : yoghurt, jagung manis, fermentasi
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KARAKTERISIK EDIBLE FILM PATI GANYONG (Canna edulis Kerr.) Ratna Paramitha Sari; Septia Tri Wulandari; Dyah Hesti Wardhani
JURNAL TEKNOLOGI KIMIA DAN INDUSTRI Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.599 KB)

Abstract

Canna starch (Canna edulis Kerr.) has a relatively high amylose content about 32.53% hence it could potentially be used as raw material of edible film. The addition of additives such as antimicrobials and antioxidants should improve the quality and ability of edible film to prevent damage to food materials. Garlic (Allium sativum) contains Allicin which is a  strong antioxidant and antimicrobial agent. The purpose of this research is to study the effect of the addition and the optimal composition of garlic extract edible film characteristics. Independent variables in this study were  the canna starch concentration (3% w / v) and sorbitol concentration ( 2% w / w). The addition of variables of extract  garlic acid of 0%, 5%, 10% and 15% (v / v solution). Film  characterizing in thickness, tensile strength and percent elongation ,and Scanning Electron Microscopy (SEM). The results of this study indicate that the addition of garlic extract affects the physical and mechanical characteristics of the edible film impairment tensile strength, percent elongation and increased thickness of the edible film. The best result observed at edible films with 5% concentration of garlic extract which has a value of 2.03 kgf/cm2 tensile strength, percent elongation of 20.62%, and thickness of 0.04 mm. Whereas the SEM analysis, surface edible films with 0% concentration of garlic extract looks more refined than the edible film with  5% concentration of garlic extract.