Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

BIOAKUMULASI TOTAL MERKURI, ARSEN, KROMIUM, CADMIUM, TIMBAL DI TELUK TOTOK DAN TELUK BUYAT, SULAWESI UTARA Rumampuk, Natalie D.C.; Warouw, Veibe
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kajian ilmiah berbagai aspek yang terkait dengan dugaan adanya pencemaran logam berat di Teluk Buyat dan Teluk Totok sedang marak dilakukan, sebagian telah dipaparkan dalam berbagai temu ilmiah. Penelitian ini memberikan informasi seberapa jauh terjadi bioakumulasi dan biomagnifikasi dari logam-logam seperti merkuri, arsen, kromium, cadmium dan timbal dalam ekosistem perairan setempat. Sampel biota laut yang telah diidentifikasi, kemudian dipreparasi dan dianalisa kandungan logam beratnya. Pada penelitian ini didapatkan telah terjadi biomagnifikasi minimal pada kedua logam, yaitu merkuri dan timbal di Teluk Totok, karena sudah terdeteksi pada plankton. Secara umum dapat disimpulkan bahwa akumulasi logam pada biota di Teluk Totok lebih tinggi dari yang terakumulasi pada biota di Teluk Buyat. Logam-logam berat dalam gastropoda lebih tinggi dari pada ikan, kecuali kadar merkuri pada gastropoda di Teluk Buyat yang tidak terdeteksi. Merkuri total (Hg) pada ikan dan gastropoda dari Teluk Totok masing-masing 0,804 dan 1,02 mg/Kg , lebih tinggi dari yang terdeteksi di Teluk Buyat melampaui batas maksimum yang ditetapkan dengan SNI 7387:2009. Kadar total arsen dalam gastropoda di Teluk Totok tujuh kali kadar maksimum menurut SNI 7387:2009. Kadar logam ini dalam gastropoda di Teluk Buyat juga sudah hampir mencapai batas maksimum. Kadar logam cadmium (Cd) dan timbal (Pb), walaupun belum terdeteksi pada ikan, namun pada gastropoda di Teluk Totok sudah mengandung logam Pb dalam kadar yang sudah melampaui batas maksium menurut SNI 7387:2009. Sedangkan untuk tembaga, ditemukan pada Gastropoda dalam kadar yang sangat tinggi di Teluk Buyat dan Teluk Totok, masing-masing 124 mg/Kg dan 116 mg/Kg.
POTENSI SUBSTANS ANTI-UV DARI SERANGGA LAUT FAMILY GERRIDAE DI TASIK RIA MOKUPA MANADO, SULAWESI UTARA Warouw, Veibe; Losung, Fitje F.
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyak organisme baik yang hidup di air maupun darat mempunyai kemampuan untuk dapat melindungi diri terhadap paparan radiasi sinar UV, adaptasi yang dilakukan dapat secara fisik maupun kimiawi. Senyawa yang dihasilkan dari proses adaptasi secara kimiawi dari organisme saat ini sedang banyak di teliti seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia untuk dapat melindungi kulit terhadap radiasi UV karena adanya global warming. Hasil penelitian lainnya mendapatkan adanya suatu senyawa yaitu Mycosporine yang dihasilkan oleh beberapa organisme laut, mempunyai kemampuan untuk menjadi penghalang terhadap radiasi sinar matahari. Gerridae merupakan salah satu family dalam ordo Hemiptera , biasanya disebut sea skeater, mempunyai kemampuan untuk berjalan di permukaan air. Serangga ini selalu terpapar dengan sinar matahari sehingga layak untuk diteliti bagaimana serangga ini dapat melindungi diri dari paparan sinar matahari. Penelitian ini akan diawali dengan mengoleksi serangga family Gerridae yang ditemukan pada perairan Pantai Manado, Serangga yang dikumpulkan akan diekstrak untuk kemudian diujikan kemampuan anti-UV pada spektorfotometer UV-VIS. Hasil yang diperoleh, serangga family Gerridae yang ditemukan pada perairan Pantai Manado mampu menghasilkan substans anti-UV karena mampu mengabsorbsi UV pada panjang gelombang 300-350 dengan nilai absorban mencapai 3-3,5.
Komunitas ikan karang di Pantai Malalayang dan Pantai Meras Teluk Manado Sumual, Sarah S.; Kusen, Janny D.; Warouw, Veibe; Paruntu, Carolus P.; Roeroe, Kakaskasen A.; Boneka, Farnis B.
e-Journal BUDIDAYA PERAIRAN Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/bdp.6.2.2018.20633

Abstract

The study aimed to identify species of reef fishes, to obtain indexes of diversity  and dominance, eveness and to analyze the comparison of communities between the two study sites by Sorensen similarity index. Data was gathered in-situ with underwater recordings at a depth of 6 meters assisted by diving apparatus, and using fish visual census method. Subsequent data were identified using  fish identifikaction guide and WoRMS (Word Register of Marine Science) online identification applications. The number of species and specimens of reef fishes from each study site after bein identified were then analyzed  the diversity, dominance and similarity of the community between the two study sites. The coral reef fishes identification results that obtained from each study site  were:  20 families, 86 spesies and 362 specimen at  Malalayang beach, and 15 families, 55 spesies and 217 specimen at Meras beach. The value of the calculated index o community structure obtained by H’ 3.42 (Malalayang) and 2.91 (meras) has been shown the ecological condition of coral reef ecosystem which is still stable even though diversity is moderate, but inversely with low dominance value (D=0.08). The coral reef fishes in both study sites were very diverse and there was no dominant species. Eveness of community between two study sites high.The result of community similarity analysis using Sorensen Index was 49 % (<50 %) indicates that there was no community similarity of coral reef fishes between Malalayang Beach and Meras Beach which was allegedly caused by natural factors and or anthropogenic one in both research sites.Keywords : coral reef fishes community, diversity, dominance, community similarity
Respon imun benih ikan mas, Cyprinus carpio, yang diberi pakan probiotik Lactobacillus sp. dengan konsentrasi berbeda Pangalila, Novelia; Manoppo, Henky; Tumbol, Reiny A.; Lumenta, Cyska; Kreckhoff, Reni L.; Warouw, Veibe
e-Journal BUDIDAYA PERAIRAN Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/bdp.8.1.2020.27492

Abstract

The research aimed to isolate probiotic bacteria from catfish intestine and assign the concentration of probiotic bacteria which effectively increase the activity of phagocytosis and total leukocytes of carp fingerlings. The fish was taken from Balai Pengembangan dan Pembinaan Pembudidayaan Ikan (BP3I) Tateli. Fish (average initial weight of 2.27 g) were acclimated for one week in 15 aquaria with a density of 25 fish/aquarium. One week after acclimatization, fish were fed with food added with probiotics with different concentrations, namely 1x106, 1x107, 1x108, 1x109 cfu/mL for four weeks. The dose of feed was 5% /body weight/day and feeding time was at 08.00 and 17.00. Data collected were phagocytosis and total leukocyte count. The results showed that supplementation of probiotic significantly increased phagocytic activity and total leukocytes (p<0.01). The best phagocytic activity and total leukocytes were achived in fish fed diet added with probiotics 1x108 cfu/mL. It can be concluded that supplementation of  probiotic onto feed can increase phagocytic activity and total leukocytes of carp.
The size variation of rotifer Brachionus rotundiformis cultivated with different feed at 40 ppt salinity Rimper, Joice R.T.S.L; Harikedua, Silvana D; Warouw, Veibe
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 7, No 1 (2019): APRIL
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.7.1.2019.25043

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Variasi ukuran rotifer Brachionus rotundiformisyang diberi pakan berbeda pada salinitas 40 ppt RotiferBrachionus rotundiformisis a group of zooplankton which is used by fish larvae for feeding to initiate their growth. This zooplankton is widely favored by marine fauna larvae because of its small size can fits well with various larval mouth; thus, it is easily preyed by larvae. This study aimed to determine the variation of rotifer B. rotundiformismorphometry if cultured with different feed at 40 ppt. The use of 40 ppt salinity is expected to provide a variable morphometric size because B. rotundiformishas a polymorphism property. Microalgae used as feed for rotifer B. rotundiformiswere Prochloronsp. and Nanochloropsis oculata. Microalgae were cultured with Hirata medium. In the early stages, B. rotundiformiswas cultured at optimum temperature (28 ºC) and salinity 20 ppt, then it was cultured at salinity 40 ppt. Salinity adaptation was done by raising the salinity of the medium by 2 ppt every two days in a 10 ml reaction tube containing 10 individuals. After adaptation, B. rotundiformiswas transferred in a 1000 ml container with a density of 50 individuals. For the morphometric aspect, the total length, the length of the lorica, the width of the lorica and the anterior width were measured. The result showed the morphometric of rotiferB. rotundiformisfed with microalgae Prochloronsp. at 40 ppt salinity was smaller than that of the rotifer fed with N. oculata. Based on that finding it can be concluded that B. rotundiformis fed with Prochloronsp. at a salinity of 40 ppt has the potential to be developed as feed for fish larvae. Further investigations on how to accelerate the cultivation of microalgae Prochloronsp. as feeding for B. rotundiformisare needed.RotiferBrachionus rotundiformismerupakan golongan zooplankton yang digunakan sebagai makanan bagi larva ikan. Zooplankton ini banyak disukai oleh larva fauna laut, karena ukurannya kecil yang cocok dengan berbagai bukaan mulut larva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometri rotifer B. rotundiformis, jika dikultur pada salinitas yang tinggi (40 ppt) dengan pemberian pakan berbeda. Penggunaan salinitas 40 ppt diharapkan bisa memberikan ukuran morfometrik yang bervariasi, karena rotifer jenis ini memiliki sifat polimorfisme. Alga mikro yang digunakan sebagai pakan adalah Prochloronsp. Dan Nanochloropsis oculata.Alga mikro tersebut dikultur dalam media Hirata. Pada tahap awal, B. rotundiformisdikultur pada suhu optimum (28 ºC) dengan salinitas 20 ppt; kemudian, dikultur pada salinitas 40 ppt. Adaptasi salinitas dilakukan dengan menaikkan salinitas medium sebanyak 2 ppt setiap dua hari dalam tabung reaksi berukuran 10 ml, yang berisi 10 individu. Setelah diadaptasikan, rotifer dipindahkan ke wadah berukuran 1000 ml dengan kepadatan sebanyak 50 individu dan dikultur pada salinitas 40 ppt. Aspek morfometri berupa panjang total, panjang lorica, lebar lorica, dan lebar anterior diukur. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa panjang total rotifer B. rotundiformis, yang diberi pakan Prochloronsp. berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rotifer yang diberi pakan N. oculata. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa B. rotundiformisyang diberi pakan Prochloronsp. pada salinitas 40 ppt memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pakan bagi larva ikan. Penelitian lebih lanjut tentang cara mempercepat budidaya microalgae Prochloronsp. sebagai makan untuk B. rotundiformis diperlukan.
KAJIAN KESESUAIAN LAHAN EKOWISATA MANGROVE DIMENSI EKOLOGI ( KASUS PADA PULAU BUNAKEN BAGIAN TIMUR, KELURAHAN ALUNG BANUA, KECAMATAN BUNAKEN KEPULAUAN, KOTA MANADO) Bacmid, Kiki Nadila; Schaduw, Joshian N W; Warouw, Veibe; Darwisito, Surya; Kaligis, Erly Y; Wantasen, Adnan
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 7, No 3 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.7.3.2019.24257

Abstract

Ecotourism as a form of tourism that emphasizes responsibility for nature conservation, provides economic benefits and maintains cultural needs for the local community. Mangrove forests with their uniqueness are natural resources that have the potential to be used as tourist attractions. The purpose of this study was to determine community structure, mangrove canopy cover and suitability of mangrove ecotourism land. This study used the line transect method for mangrove community structure, and hemispherical photography for the percentage of mangrove cover. The results of the study of the mangrove community structure were the highest density value, namely at station 1 on the transect 2 types of S.alba 0.16 ind / m2 relative 88.89% and the lowest density value in the type R. mucronata and R.apiculata 0.01 ind / m2 relatively 5.56% on transect 2 at station 1. The highest frequency type value at station 1 on the transect 1 type S. alba which is 1.00 relative 100% and the lowest frequency at station 1 transect 2 types R, piculate which is relative 0.50 33.33. The highest closing value of type on transect 2 standard 1 type S. alba 10.26 relative value 92.63%. Whereas the lowest type 3 transect closure is type R. piculate 0.49 the relative is 7.86%. The highest Important Value Index is at station 1 on transect 1, namely type S. alba 300 and lowest at station 1 on transect 2 types R. mucronata 30.55. The highest diversity value on transect 2, 0.43. Evenness index value (E) at station 1 on transect 1 is 0 and transect 2 is 0.39. While station 2 on transect 1 0 and transect 2 0.51. regarding the criteria for mangrove damage, at 2 stations included in the rare category with inya 50% canopy cover. The overall results of land suitability for coastal tourism in the Bunaken Island mangrove tourism category fall into the very appropriate category.Keywords: Mangrove, Ecotourism, Bunaken IslandEkowisata sebagai suatu bentuk wisata yang menekankan tanggung jawab terhadap kelestarian alam, memberikan manfaat secara ekonomi dan mempertahankan kebutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Hutan mangrove dengan keunikan yang dimilikinya, merupakan sumberdaya alam yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat kunjungan wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas, tutupan kanopi mangrove dan kesesuaian lahan ekowisata mangrove. Penelitian ini menggunakan metode line transek terhadap struktur komunitas mangrove, dan hemispherical photography untuk persentase tutupan mangrove. Hasil penelitian struktur komonitas mangrove yaitu Nilai kerapatan tertinggi yaitu pada stasiun 1 di transek 2 jenis S.alba  0.16 ind/m2 relatifnya 88.89% dan nilai kerapatan terendah pada jenis R. mucronata dan R.apiculata 0.01 ind/m2 relatifnya 5.56% di transek 2 pada stasiun 1 .Nilai frekuensi jenis tertinggi pada stasiun 1 di transek 1 jenis S.alba yaitu 1.00 relatifnya 100% dan frekuensi terendah pada stasiun 1 transek 2 jenis R, piculate yaitu  0.50 relatifnya  33.33. Nilai penutupan jenis tertinggi pada transek 2 stasun 1 jenis S. alba 10.26 nilai relatifnya 92.63 %. Sedangkan penutupan jenis terendah transek 3 jenisR.  piculate  0.49 relatifnya 7.86%. Indeks Nilai Penting tertinggi yaitu pada stasiun 1 di transek 1 yaitu jenis S.alba 300 dan terendah pada stasiun 1 di transek 2 jenis R.mucronata 30.55.Nilai keanekaragaman tertinggi pada transek 2, 0.43. Nilai indeks kemerataan (E) pada stasiun 1 di transek 1 yaitu 0 dan transek 2 0,39.  Sedangkan stasiun 2 pada transek 1 0 dan transek 2 0.51. tentang kriteria kerusakan mangrove, pada ke 2 stasiun termasuk pada kategori jarang dengan tutupan kanopinya ≤ 50% . Hasil keseluruhan kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori wisata mangrove Pulau Bunaken masuk pada kategori sangat sesuai.Kata kunci: Mangrove, Ekowisata, Pulau Bunaken
KOMUNITAS ASCIDIA DI PESISIR MALALAYANG DUA, TELUK MANADO, SULAWESI UTARA Malintoi, Adrianus; Rumengan, Inneke F M; Roeroe, Kakaskasen A; Warouw, Veibe; Rondonuwu, Ari B; Ompi, Medy
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 8, No 1 (2020): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.8.1.2020.27403

Abstract

Field survey on ascidian community was conducted along the coastal area of Malalayang Dua in order to find out species of ascidia, species abundance, and ascidian substrates. A survey method and quadrant transects were applied. Pictures were taken, while species and their substrates were sampled.  Species identification was based on morphological characteristics, while substrate type identification was based on ascidian species attachment.  The results shows that 21 ascidian species were found in the the coastal of Malalayang Dua.  Didemnum molle was the highest abundant species in the area, followed by Polycarpa aurata, Polycarpa sp.4. and Polycarpa sp.2.. Dead coral algaes (DCA) were found to be the most preferred  substrates by ascidians in the area. Keywords : ascidia, species, substrate, distribution, and abundance Survei lapangan terhadap komunitas ascidia dilakukan  di pesisir Malalayang Dua untuk mendapatkan data jenis, kelimpahan, dan substrat ascidia.  Metode yang digunakan yaitu metode survei jelajah dan transek kuadran. Identifikasi jenis ascidia dilakukan berdasarkan karakteristik morfologi.  Hasil penelitian ditemukan ada 21 jenis ascidia.  Substrat jenis death coral algae (DCA) merupakan substrat yang paling banyak ditempati ascidia. Kelimpahan ascidia tertinggi adalah Didemnum molle di pesisir Malalayang Dua, diikuti oleh Polycarpa aurata,   Polycarpa sp.4. dan Polycarpa sp.2. Death coral alga (DCA) ditemukan sebagai substrat yang paling disukai oleh ascidia di daerah itu. Kata Kunci : ascidia, spesies, substrat, distribusi, dan kelimpahan  
Penapisan (skrining) aktivitas antibakteri beberapa ekstrak spons dari Teluk Manado Nowin, Edgar; Warouw, Veibe; Rimper, Joice; Paulus, James; Pangkey, Henneke; Sumilat, Deiske
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 6, No 1 (2018): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.6.1.2018.20198

Abstract

Spons merupakan salah satu biota laut yang sangat prospektif sebagai sumber senyawa bahan-bahan alami seperti peptida, terpenoid, steroid, asetogenin, alkaloid, halida siklik, dan senyawa nitrogen lainnya. Senyawa-senyawa ini memiliki aktivitas farmakologis seperti antifouling, antitumor, antiinflamasi, antivirus, antibakteri, antijamur, antimalaria. Telah diekstrak dua belas spons yang dikoleksi dari Teluk Manado, Sulawesi Utara. Pengujian aktivitas antibakteri dalam penelitian ini menggunakan metode Kirby-Bauer yang dimodifikasi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini  dari  koleksi beberapa ekstrak spons sebanyak 9,442 gram melalui proses maserasi dengan pelarut etanol dan evaporasi.  Kedua belas ekstrak yang diskrining didapatkan 10,6 mm (ekstrak 1), 7,4 mm (ekstrak 4) dan (10,6 mm) ekstrak 9  yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Bacillus megaterium sedangkan pada media bakteri Escherichia coli hanya ekstrak 1 (8,9 mm) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Kontrol positif sebagai pembanding memiliki aktivitas yang jauh lebih besar terhadap bakteri B. megaterium dan E.  coli sehingga senyawa antibakteri yang terdapat dalam ekstrak spons yang dikoleksi dari Teluk Manado digolongkan sebagai senyawa yang bersifat sedang/moderate.
KARAKTERISTIK MORFOLOGI BAKTERI SIMBION SPONS MENYERUPAI Cribochalina sp DARI PERAIRAN MALALAYANG SULAWESI UTARA Poluan, Gledys Giacinta; Ginting, Elvy Like; Wullur, Stenly; warouw, Veibe; Losung, Fitje Vera; Salaki, Meiske
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 7, No 3 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.7.3.2019.24452

Abstract

Bacteria are found to be highly associated with various marine organisms, such as sponges. Sponges are known as the product of bioactive compounds. However, some of the compounds produced by sponges are obtained by the simbion-bacteria. Therefore this situation enables sponges simbion bacteria to play a major role in producing bioactive compounds that have been isolated from the sponge. The purpose of this study is to isolate and determine the characteristics of morphology of spongy simbion bacteria resembling Cribochalina sp, which was taken from Malalayang waters, North Sulawesi. Sponge simbion bacteria grow on NB media. Initially, a free-breeding colony was being done before bacteria were accrued in the NA media by 2% sponge broth (patent SID201906301) by means of Strike Plate methods. Based on to this study we had isolate five spongy simbion bacteria that resembling the Cribochalina sp. All five of these isolations have different characteristics of morphology in terms of color, shape, size, and elevation.      Keywords : bacteria, isolation, simbionts, sponges 
ISOLASI PIGMEN KAROTENOID PADA KEPITING Metopograpsus sp. BETINA Manik, Franciskus K.I.; Paransa, Darus J; Mantiri, Desy MH; Ginting, Elvy L; Warouw, Veibe; Moningkey, Rudy
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 8, No 1 (2020): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.8.1.2020.27494

Abstract

Metopograpsus sp is one of species of crabs usually found in indo-pacifik and lived at mangrove's trunk. The characteristic of this type of crab has type color on the carapace organ that indicate the presence of carotenoid. carotenoid pigments are natural dyes in plants and crustacea. The purpose of this study is to determined type of carotenoid pigments of metopograpsus sp by using TLC Method. The result of this study were identified three type of pigments of metopograpsus sp that are β-Karoten, Astaxanthin, dan Astacene.Key word : Metopograpsus sp, TLC, Carotenoid pigments.AbstrakMetopograpsus sp adalah kepiting mangrove yang biasanya ditemukan di Indo-Pasifik dan hidup dibatang pohon mangrove. Ciri khas dari kepiting ini memiliki corak berwarna pada karapasnya sehingga diasumsikan kepiting tersebut mengandung pigmen karotenoid. pigmen karatenoid adalah pewarna alami yang terdapat pada tanaman dan hewan krustasea. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis pigmen karotenoid pada kepiting Metopograpsus sp dengan menggunakan metode KLT. Hasil penelitian terdapat tiga jenis pigmen karotenoid yang teridentifikasi pada kepiting Metopograpsus sp yaitu : β-Karoten, Astaxanthin, dan Astacene.Kata Kunci : Metopograpsus sp, KLT, pigmen karotenoid
Co-Authors Adnan Wantasen Alfret Luasunaung Antonius Rumengan Ari B Rondonuwu, Ari B Ari Rondonuwu Bacmid, Kiki Nadila Billy Theodorus Wagey Carolus Paulus Paruntu Cyska Lumenta Dalenoh, Oktavianus Darwisito, Surya Deiske Adeliene Sumilat, Deiske Adeliene Diasasthisa, Dias Elvy L Ginting Erly Y Kaligis Farnis B. Boneka Farnis Boneka Ferdinand Frans Tilaar Fitje F. Losung, Fitje F. Fitje Losung Gabrielle, Monika Ginting, Elvy Ginting, Elvy Like Henky Manoppo Henneke Pangkey Hubu, Herlin S Inneke F. M Rumengan Iskandar, Angelitha O.T Jacobs, Reinol Janny D Kusen Janny D. Kusen Johnny Budiman Joice R.T.S.L Rimper Joshian N.W. Schaduw Kreckhoff, Reni L. Kusen, Janny Kusumaningrum, Arianda Lasut, Astrid Y. Liem, Jeksen Lindon R Pane Lohoo, Anneke V Longdong, Sammy NJ Losung, Fitje Vera Lumenta, Cysca Lumingas, Lawrence L.J. Luntungan, Aldian Hein Macpal, Yuliana Malintoi, Adrianus Mamuaja, Jane M. Mandolang, Meilisa Mangindaan, Remy Mangindaan, Remy EP Manik, Franciskus K.I. Mantiri, Desy M. H Markus T. Lasut Mberato, Shellyn Prastisia Medy Ompi Moningkey, Rudy Natalie D Rumampuk Nowin, Edgar Pangalila, Novelia Paransa, Darus J Paulus, James Paulus, James H Paulus, James J.H. Pipih Suptijah Poluan, Gledys Giacinta Pratasik, Silvester R. T. D. Maramis Ramadan, Febrian Reiny A. Tumbol Rember, Unstain NWJ Rimper, Joice R. T. S. L . Rimper, Joice RTSL Rizal W Suleman Robert A. Bara Roeroe, Kakaskasen A Roeroe, Kakaskasen A. Rumampuk, Detty N Rumampuk, Natalie D T Rumampuk, Natalie D.C Salaki, Meiske Sandra Tilaar Senduk, Anastasia V Silvana Dinaintang Harikedua Sinjal, Chatrien AC Sondak, Calvyn Sondak, Calvyn F.A Sondakh, Calvyn A. Stenly Wullur Sumual, Sarah S. Suzanne L Undap Tampi, Kezia Keren Erika Tarigan, Frista Ukar, Melania Undap, Suzanne J Wilhelmina Patty Wilmy E Pelle Winda Mingkid Wondal, Bella