Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Komposisi Nutrien dan Mineral Silase Sabut Kelapa Muda pada Berbagai Level Penambahan Dedak Padi Narek, Emilia Martha; Un, Floriana Petrosa; Koten, Bernadete Barek; Wea, Redempta; Aoetpah, Aholiab
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol 11 No 1 (2021): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Vete
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v11i1.154

Abstract

Abstract The objective of this study was to evaluate minerals and nutrient composition of young coconut husk silage fermented with rice bran at different concentrations. The study was conducted for seven months in the Laboratory of Feed Technology of State Agricultural Polytechnic of Kupang. A completely randomised design was employed with four treatments and five replicates. The treatments were young coconut husk without rice bran (P0) or the husk plus 4% (P1), 8% (P2) or 12% (P3) of rice bran out of the silage total weight. Variables measured were dry matter, ash, crude protein, crude lipid, crude fibre, Calcium, Potassium and Phosphorus. Analysis of variance showed that rice bran significantly (P<0.01) affects all variables measured. The Duncan’s range multiple test showed that 12% and 4% were the best rice bran concentrations to increase nutrient content and minerals of the silage, respectively. It can be concluded that adding 12% of rice bran to young coconut husk silage increased dry matter, ash, crude protein and crude lipid but reduced Calcium and Potassium. Crude fibre and Phosphorus increased at the inclusion of 8% rice bran. Key words: Nutrient; Minerals; Rice bran; Silage; Young coconut husk. Abstrak Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi komposisi nutrien dan mineral silase sabut kelapa muda pada berbagai level penambahan dedak padi, telah dilaksanakan selama 7 bulan di Laboratorium Teknologi Pakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang, dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan yang terdiri dari P0 : sabut kelapa muda tanpa dedak padi, P1 : sabut kelapa muda + 4% dedak padi, P2 : sabut kelapa muda + 8% dedak padi, P3 : sabut kelapa muda + 12% dedak padi dengan 5 kali ulangan. Variabel yang diukur adalah kadar bahan kering (BK), kadar abu, kadar protein kasar (PK), kadar lemak kasar (LK), kadar serat kasar (SK), kadar kalsium (Ca), kadar kalium, dan kadar fosfor. Analisis ragam menunjukkan bahwa level dedak padi yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar BK, kadar abu, kadar PK, kadar LK, kadar SK, kadar Ca, kadar K, dan kadar P. Uji Duncan memperlihatkan level dedak 12% menghasilkan nutrien terbaik dan level 4% menghasilkan kadar mineral terbaik. Disimpulkan bahwa penambahan level dedak padi hingga 12% dapat meningkatkan kadar BK, kadar abu, kadar PK, dan kadar LK. tetapi menurunkan kadar Ca dan kadar K. Kadar SK dan P meningkat hingga penambahan level dedak padi 8%. Kata kunci : Dedak padi; Kadar nutrient; Kadar mineral; Silase; Sabut kelapa muda.
Kandungan Energi Bruto, Energi Tercerna dan Energi Metabolis Pakan Cair Fermentasi Berbahan Biji Asam Utuh pada Babi Grower Wea, Redempta; Koten, Bernadete Barek; Morelaka, Christian Abimayu
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol 11 No 2 (2021): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Vete
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v11i2.156

Abstract

Tamarind seeds have a high energy content but have limited use for pigs because the seed coat is tough and contains anti-nutrient tannins. Therefore, liquid feed fermentation technology is carried out. The aim of this research was to assess the gross energy, digestible energy, and metabolic energy content of liquid feed fermentation (Lff) with different fermentation times in growing pigs. The research materials were whole tamarind seeds, bran, corn, meat and bone meal, and soybean meal. The study used a completely randomized design and consisted of 5 treatments and 5 replications. Treatment = Lf0: Lff time 0 days; Lf1: Lff for 7 days, Lf2: Lff for 14 days, Lf3: Lff for 21days, Lf4: Lff for 28 days fermentation. The research variables were the energy content of the ration and the prediction of digestible energy and metabolic energy value. Data were analyzed using analysis of variance and Duncan's advanced test. The results showed that the Lff with different fermentation time had a significant effect (P <0,05) on gross energy, digestible energy, and metabolic energy value. The best value of energy is Lff for 21 days. It was concluded that the time for fermentation of liquid feed made from tamarind seeds which can produce good energy content, digestibility, and metabolic energy is 21 days.
Komposisi Tubuh Babi Lokal Jantan Grower yang Mengonsumsi Fermentasi dan Aras Penggunaan Biji Asam dalam Ransum (Body Composition of Body Carcass of Local Male Pig Grower that Concumption of Fermented and Level Tamarind Seed in Ration) Redempta Wea
Jurnal Ilmu Ternak Vol 13, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jit.v13i1.5114

Abstract

Sebuah penelitian telah dilakukan dengan tujuan     mengkaji respon ternak babi lokal jantan terhadap penggunaan biji asam fermentasi dengan ragi tempe (Rhyzopus oliogosporus) dalam ransum terhadap komposisi tubuh ternak babi lokal jantan fase grower yang dipelihara secara ekstensif. Penelitian ini telah berlangsung sejak bulan April  sampai  September    2012. Jenis penelitian  adalah  eksperimen  dengan  menggunakan  rancangan  acak  lengkap.  Bahan  yangdigunakan berupa babi lokal jantan  grower 12 ekor berumur 3-4 bulan (rata-rata bobot badan 5,57 kg),  biji  asam,  kacang tunggak (Vigna unguiculata), vitamin  mineral  premix,  minyak nabati (bimoli), ragi tempe (Rhyzopus oligosporus), dedak, jagung kuning, dan tepung tulang dan daging (Meat Bone Meal). Variabel penelitian adalah komposisi tubuh dan bagian-bagian karkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan fermentasi dan aras penggunaan biji asam dalam ransum tidak berpengaruh terhadap komposisi tubuh ternak babi lokal jantan grower dan   perlakuan terbaik ditunjukkan pada aras   20% biji asam baik fermentasi maupun tidak difermentasi serta penggunaan diatas 20% menyebabkan penurunan komposisi tubuh.Kata kunci : babi lokal jantan, biji asam, komposisi tubuh
Perubahan Kadar Kalsium, Fosfor, dan Kalium Biji Asam yang Diperam Dengan Nira Lontar pada Level yang Berbeda (Changing on the Level of Calcium, Phosphorus, and Potassium of The Fermented Tamarind Seeds Using Different Levels of Palm Sap) Maria Goreti Wunu; Johanis A Jermias; Bernadete B Koten; Redempta Wea
Jurnal Ilmu Ternak Vol 16, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.421 KB) | DOI: 10.24198/jit.v16i2.11570

Abstract

Penelitian yang bertujuan  untuk mengetahui perubahan kadar kalsium (Ca), fosfor (P), danKalium  (K)  biji  asam  berkulit  yang  diperam  dengan  nira  lontar  pada  level  yang  berbeda  serta mengetahui level penggunaan nira lontar yang terbaik  telah  dilaksanakan selama enam bulan mulaidari Agustus 2015- Februari 2016 di Unit Pelaksana Teknis Produksi Oesao dan Laboratorium UmumPoliteknik  Pertanian  Negeri  Kupang.  Analisis  mineral  di  Laboratorium  Kimia  Makanan  TernakJurusan  Nutrisi  dan  Makanan  Ternak  Fakultas  Peternakan  Universitas  Hasanuddin  Makassar.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan  rancangan  acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5Kata Kunci : pemeraman biji asam, nira lontar, kadar kalsium, kadar fosfor, kadar kalium
Kadar Tanin, Kalsium (Ca), dan Fosfor (P) Tepung Kulit Pisang Fermentasi dengan Cairan Rumen Kambing Maryati Namah; Redempta Wea; Theresia Nur Indah Koni
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 8, No 1 (2021): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (666.53 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v8i1.15294

Abstract

ABSTRAK Kulit pisang merupakan hasil samping pengolahan makanan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Kadar tanin yang tinggi pada kulit pisang membatasi penggunaannya sebagai pakan monogastrik. Kandungan tanin dalam bahan pakan dapat dikurangi dengan teknologi fermentasi. Mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi dapat diperoleh dari cairan rumen hewan ruminansia seperti kambing. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kadar cairan rumen kambing terhadap kadar tanin, kalsium (Ca), dan fosfor (P) tepung kulit pisang kepok. Rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan lima ulangan digunakan dalam penelitian ini. Perlakuannya adalah R0: tepung kulit pisang kepok + cairan rumen 0% (kontrol), R1: tepung kulit pisang kepok + cairan rumen 30%, R2: tepung kulit pisang kepok + cairan rumen 40%, R3: tepung kulit pisang kepok + 50 % cairan rumen. Proses fermentasi dilakukan selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar cairan rumen kambing memiliki kandungan tanin dan kalsium yang lebih rendah secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol. Kadar cairan rumen kambing tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar fosfor pada tepung kulit pisang. Disimpulkan bahwa penggunaan cairan rumen kambing hingga 40% dapat menurunkan kandungan tanin dan kalsium pada tepung kulit pisang.Kata kunci: cairan rumen, fermentasi, tepung kulit pisang kepokTannin, Calcium (Ca), and Phosphorus (P)Content of Banana Peel Flour Fermented by Goat Rumen FluABSTRACTBanana peel is a food processing by-product that can be used as animal feed. High tannin levels of banana peels restrict its use as monogastric animals feed. The tannin content of feed ingredients can be reduced by fermentation technology. Microorganisms that play a role in the fermentation process can be obtained from the rumen fluid of ruminants like a goat. The objective of this research was to determine the effect of goat rumen fluid levels on the content of tannins, calcium (Ca), and phosphorus (P) of Kepok banana peel flour. A completely randomized design with four treatments and five replicates was used in this study. The treatments were R0: banana peel flour + 0% rumen fluid (control), R1: banana peel flour + 30% rumen fluid, R2: banana peel flour + 40% rumen fluid, R3: banana peel flour + 50% rumen fluid. The fermentation process was carried out for 7 days. The results showed that goat rumen fluid levels had significantly (P<0.05) lower tannins and calcium when compared to control, but goat rumen fluid levels had no significant effect (P>0.05) on phosphorus level in banana peel flour. In conclusion, the use of goat rumen fluid up to 40 % can reduce the content of tannins and calcium of banana peel flour.Keywords: rumen fluid, fermentation, kepok banana peel flour
Produksi Jerami Arbila (Phaseolus Lunatus L) Pascapanen Akibat Penambahan Level Bokashi Feses Sapi dan Chromolaena yang Berbeda Bernadete Barek Koten; Yukendi A Sufmera; Agustinus Semang; Redempta Wea; Melkianus Dedimus Same Randu; Aholiab Aoetpah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 3 (2020): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.13 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i3.11304

Abstract

ABSTRAKArbila merupakan legume pakan yang jeraminya merupakan pakan hijauan yang berkualitas bagi ruminansia, dan produksi jeraminya ditentukan oleh kualitas tanah. Level bokashi yang ditambahkan mempengaruhi kualitas tanah, yang tentu berdampak pada produksi jerami arbila. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi produksi jerami arbila pasca panen akibat pemberian level bokashi yang berbeda. Penelitian tersebut telah dilaksanakan selama 5 bulan di Desa Noelbaki. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, terdiri atas P0 = tanpa bokashi (kontrol), P10 = penambahan bokashi 10 ton/ha, P20 = bokashi 20 ton/ha, P30 = bokashi 30 ton/ha, P40 = bokashi 40 ton/ha. Variabel yang diamati adalah  produksi bahan segar jerami (PBSJ) (ton/ha), produksi bahan kering jerami (PBKJ), produksi bahan organik jerami  (PBOJ) arbila. Data yang diperoleh dianalisis varians dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil analisis varians menunjukkan bahwa level pemberian pupuk bokashi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap PBSJ arbila serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PBKJ dan PBOJ arbila. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rataan PBSJ arbila berkisar 0,46-2,52 ton/ha, PBKJ arbila berkisar 0,07-0,18 ton/ha, dan PBOJ arbila berkisar 0,04-0,16 ton/ha. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa nilai PBSJ, PBKJ dan PBOJ arbila tertinggi terdapat pada perlakuan P40. Disimpulkan bahwa semakin meningkatnya level bokashi Chromolaena dan feses sapi, produksi jerami arbila semakin tinggi. Level bokashi feses sapi dan Chromolaena terbaik adalah 40 ton/ha.Kata kunci: arbila, bokashi, jerami, hijauan ABSTRACTArbila’s straw is a quality feed for ruminants. Production of these straw is determined by soil quality. The level of bokashi added influences the quality of the soil and therefore influences the straw production. This research aimed to evaluate arbila’s straw production post-harvest in different levels of bokashi. This research was carried out for 5 months at Noelbaki. The experimental design used was a randomized block design (RBD) with 5 treatments and 4 replications consisting of P0 = without bokashi (control), P10 = addition of 10 tons of bokashi / ha, P20 = 20 tons of bokashi / ha, P30 = 30 tons of bokashi / ha, P40 = bokashi 40 tons / ha. The observed variables were the straw fresh weight production (SFW) (tons/ha), straw dry matter production (SDM) (tons/ha), straw organik matter production (SOM) (tons/ha). Data were analyzed for variance and continued with Duncan test. Analysis of variance showed that the level of bokashi fertilizer had a very significant effect (P <0.01) on SFW and significantly affected (P <0.05) SDM and SOM. The average SFW in this study ranged from 0.46 to 2.52 tons/ha, HDM ranges from 0.07 to 0.18 tons/ha, and SOM ranges from 0.04 to 0.16 tons/ha. Duncan's test shows that the highest SFW, SDM and SOM are found in P40. It was concluded that arbila’s straw production increases with the level of Chromolaena and cattle manure bokashi added. Highest production was shown in group with 40 ton/ha bokashi.Keywords: bokashi, forage, Phaseolus lunatus L, straw
Respon Kacang Tunggak dan Rumput Sudan sebagai Sumber Pakan Melalui Pola Tanam Tumpangsari dengan Berbagai Proporsi Tanaman di Lahan Kering Bernadete B. Koten; Redempta Wea; Agustinus Paga
Buletin Peternakan Vol 31, No 3 (2007): Buletin Peternakan Vol. 31 (3) Agustus 2007
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v31i3.1226

Abstract

File lengkap ada dalam bentuk PDF dibawah ini
RESPONSE OF ARBILA (Phaseolus lunatus L.) PLANTS TO DIFFERENT WATER VOLUMES DURING THE DRY SEASON Bernadete Barak Koten; Yeremias Lita; Redempta Wea; Twenfosel O. Dami Dato
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 10 No 1 (2020): Pastura Vol 10 No. 1 Tahun 2020
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/Pastura.2020.v10.i01.p03

Abstract

Penelitian yang bertujuan mengevaluasi respon tanaman arbila (Phaseolus lunatus L.) terhadap volumeair berbeda pada musim kemarau, telah dilaksanakan selama 5 bulan di Lahan Politani Kupang. Materipenelitian adalah polybag berukuran 20 × 40 cm, benih arbila, media tanam (tanah latosol dan kotorankambing), air bersih, pita ukur, gelas ukur kapasitas 100 ml skala terkecil 1 ml, timbangan berkapasitas 5kg berskala terkecil 1 g, dan oven. Penelitian ini didesain dengan rancangan acak lengkap 4 × 5. Perlakuanadalah K100: mendapat air 100% kapasitas lapang (KL), K75: 75% KL, K50: 50% KL, K: 25% KL. Variabelyang diamati adalah panjang akar (PA) (cm), jumlah bintil akar (JBA) (buah), pertambahan jumlah tunas(PJT) (tunas/minggu), jumlah daun yang gugur (JDG) (daun), produksi bahan segar hijauan (PBSH) (g/polybag), dan produksi bahan kering hijauan (PBKH) (g/polybag). Analisis varians menunjukkan bahwavolume air berpengaruh sangat nyata terhadap PJT, JDG, PBSH dan PBKH, tapi tidak nyata (P>0,05)terhadap PA dan JBA. Uji Duncan menunjukkan PJT tertinggi pada K100 (4,35) diikuti K (1,85),K2525 (0,90). JDG tertinggi pada K25 (16,60) yang berbeda dengan K50 (12,40), K75 (12,00) dan terendahpada K100 (10,80). PBSH tertinggi pada K100 (110,80) diikuti K75 (83,20), K5075 (57,00), K (32,60). PBKHtertinggi pada perlakuan K100 (23,86) diikuti K75 (16,95), K50 (11,50), dan K (7,75). Disimpulkan bahwapada musim kemarau, tanaman arbila masih mampu bertahan hidup hingga volume air 25% dari KL danmerespon berkurangnya air dengan meningkatkan jumlah daun yang gugur, menurunkan pertumbuhandan produksi hijauan. 25Kata kunci: arbila (Phaseolus lunatus L.), jumlah tunas, produksi hijauan, respon tanaman, volume air
PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK BABI MELALUI PENDEKATAN MODEL KEMITRAAN PROPORSIONAL (PRO MITRA) DI KELOMPOK TANI SEHATI KECAMATAN KUPANG TIMUR, KABUPATEN KUPANG. Petrus Malo Bulu; Andrijanto H. Angi; Redempta Wea; Theresia Nur Indah Koni; Abner Tonu Lema; I Ketut Jaya
Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan
Publisher : Jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (942.743 KB) | DOI: 10.35726/jpmp.v4i2.333

Abstract

Program Kemitraan Masyarakat yang dilakukan pada Kelompok Tani Sehati di Desa Tuatuka Kabupaten Kupang merupakan Program Pengabdian Masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota mitra kelompok tani tentang model kemitraan proporsional dan manajemen penggemukan ternak babi dalam upaya meningkat produktifitas ternak babi. Kelompok tani Sehati menjadi mitra atas permintaan kelompok tani tersebut dan dengan mempertimbangkan bahwa usaha penggemukan ternak babi merupakan rutinitas yang dijalankan dalam keseharian mereka. Kegiatan beternak babi anggota kelompok tani tersebut selama ini masih bersifat tradisional dan penggunaan bibit dalam jumlah dan kualitas yang rendah, dengan menggunakan pakan limbah rumah tangga, modal yang terbatas, serta penjualan yang tidak menentu. Kondisi tersebut berdampak pada semangat beternak mereka yang pada akhirnya mempengaruhi keuntungan mereka dari ternak babi. Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui penyuluhan, diskusi, demonstrasi plot, pendampingan, serta monitoring dan evaluasi. Implementasi kegiatan dilakukan melalui diseminasi informasi model kemitraan proporsional, manajemen kesehatan, dan tata laksana penggemukan (kandang dan pakan). Hasil yang dicapai dari kegiatan adalah peningkatan pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan anggota mitra dalam menerapkan model kemitraan proporsional serta manajemen penggemukan ternak babi dalam usaha meningkatkan produktifitas ternak babi. Luaran yang dihasilkan, sexlviv.com/en/ antara lain: bibit babi penggemukan sebanyak 10 ekor, dokumen Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MOU) kemitraan selama 3 tahun pelaksanaan, dan ternak babi penggemukan layak jual pada masa pemeliharaan 5 bulan serta bobot akhir 85 – 100 kg/ekor. Kemitraan proporsional yang dilakukan berdampak terhadap peningkatan aktivitas usaha penggemukan ternak babi dan pendapatan anggota mitra Kelompok Tani Sehati.
Pengaruh Interval Waktu Pemberian Pupuk Organik Cair Berbahan Baku Keong Mas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Hijauan Pennisetum purpureum cv. Mott Silvester Muga Sada; Bernadete Barek Koten; Bernadus Ndoen; Agustinus Paga; Paskalis Toe; Redempta Wea; Ariyanto Ariyanto
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 18 No 1 (2018): April
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v18i1.846

Abstract

The research with aim to assessing the effect of giving  time interval of organic liquid fertilizer made golden snail aplle on growth and forage production Pennisetum purpureum cv. Mott, has been held for 3 months at the Kupang State Agricultural Polytechnic gardens forage at Oesao. The study was designed by Randomized Block Design, with 5 treatments and 5 block, which consists of the P0: without organic liquid fertilizer, P5: every 5 days, P7: every 7 days, P9: every 9 days , P11: every 11 days. The variables are number of shoots (number/ week), high gain (cm/ week), production of fresh weight (tons/ ha), dry matter production of forage (tons/ ha). Analysis of variance showed that the interval timing of organic liquid fertilizer made of snails  no significant  effect (P>0.05) to number of shoots, high gain,   fresh weight production of forage, and  dry matter production of forage. The average of number of shoots are 10.11/ week (P0: 10.46; P5: 11.35; P7: 10.41; P9: 9.39; P11: 8.94), the increase plant height 20.90 cm/ week (P0: 21.06; P5: 22.01; P7: 21.20; P9: 20.61; P11: 19.60), 53.32 tonnes / ha the fresh production of forage (P0: 53.62; P5: 57.71; P7: 49.39; P9: 55.18; P11: 50.71), 7.73 tonnes/ ha of dry matter of forage (P0: 7.72; P5: 8.80; P7: 7.17; P9: 7.68; P11: 7.26).  It was concluded that the growth and forage production of Pennisetum purpureum cv. Mott is not be effected of  effect of time interval of liquid organic fertilizer made from raw of golden snail.