Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) Wibowo, Mardi
Jurnal Hidrosfir Indonesia Vol 3, No 1 (2008)
Publisher : Jurnal Hidrosfir Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.164 KB)

Abstract

Final Waste Disposal Facilities (FWDF) often pollute the environment,especially in city that have limited area. Groundwater pollution is one of negative impact that is caused FWDF. For minimized the environmental pollution, FWDF should located at area that geologically appropriate. Regional feasibility analysis for FWDF especially from geohydrological aspect is the best first selection step for determine location of FWDF. Geohydrologival aspect include lithology, groundwater water table, slope, rainfall intensity, distance to river, distance to shoreline, distance to fault, volcano eruption, flood and conservation zone.
PEMETAAN TINGKAT KEPEKAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KOTA SEMARANG Wibowo, Mardi
Jurnal Hidrosfir Indonesia Vol 4, No 1 (2009)
Publisher : Jurnal Hidrosfir Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.356 KB)

Abstract

Coastal zone of Semarang area has big potencial in fishery, tourism, industrial and service activities. In development of Semarang’s coastal zone, is met much of environmental problems such as abration, land subsidence, sedimentation, water and land pollution and seawater intrusion. On the other hand, this area has limited carrying capacity and very sensitive to oil spill pollution and sedimentation. Therefore it is need index environmental sensitivity assessment/mapping with Geographical Information System (GIS) technology in Semarang’s coastal zone. For Semarang’s coastal zone development plan, should be: western part of Semarang’s coastal zone is developed as fishery cultivation; central part as industrial, residential area activity and eastern part as fishery activity with special treatment and protection.
Kajian Dampak Rencana Pembangunan Kawasan Wisata Marina di Pesisir Kabupaten Belitung terhadap Kualitas Lingkungan Sekitarnya Wibowo, Mardi
Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan Vol 15, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1189.787 KB) | DOI: 10.14710/presipitasi.v15i1.11-24

Abstract

Pada dasarnya semua kegiatan pembangunan khususnya di kawasan pesisir akan menimbulkan perubahan terhadap lingkungan sekitarnya baik yang positif maupun negatif. Tidak terkecuali rencana pembangunan kawasan marina di pantai Tanjungpendam Kabupaten Belitung pasti akan menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan perairan di sekitarnya. Metode yang dipakai dalam kajian ini adalah kompilasi dan analisis data sekunder, melakukan tinjauan dan observasi lapangan, analisis data sekunder yang ada, analisis desain kawasan marina yang akan dibangun, memperkirakan dampak  lingkungan serta menyusun usulan untuk pengelolaan dan pemantauan dampak yang mungkin terjadi. Pada tahap konstruksi dan operasional kawasan marina, dampak terhadap lingkungan yang mungkin terjadi adalah menurunnya kualitas perairan laut, kualitas udara, terjadinya perubahan pola arus, abrasi dan sedimentasi serta terganggunya kehidupan biota yang ada di sekitar dermaga. Dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkan umumnya dikategorikan sebagai dampak negatif dan bersifat terus menerus. Untuk meminimalisir dampak negatif yang mungkin timbul diperlukan adanya upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
KAJIAN KUALITAS AIR DAN SEDIMEN DASAR SUNGAI KUTAI LAMA-KAB. KUTAI KARTANEGARA SEBAGAI PERTIMBANGAN AWAL RENCANA PENGERUKAN Wibowo, Mardi
Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan Vol 14, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.553 KB) | DOI: 10.14710/presipitasi.v14i1.24-29

Abstract

Rona lingkungan awal kualitas air sungai dan sedimen dasar sangat diperlukan sebelum dilakukan pengerukan sebagai bahan untuk memperkirakan dampak lingkungan yang muncul akibat kegiatan pengerukan. Pengambilan sampel air dilakukan dengan mengikuti Standard Method dari APHA-AWWA (1995) dan dianalisis di laboratorium dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Berdasarkan hasil analisis dan kajian ini diketahui bahwa kualitas air sungai di Kutai Lama masih tergolong baik (berdasarkan baku mutu air Kelas I PeraturanPemerintah No. 82 Tahun 2001). Beberapa parameter yang melebihi baku mutu air Kelas I PP No. 82 Tahun 2001 adalah BOD, COD, DO, Besi (Fe), deterjen sebagai MBAS. Khusus untuk kandungan logam berat semuanya masih memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Kualitas sedimen dasar: konsentrasi logam mangan (Mn) sangat tinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi logam-logam lainnya. Konsentrasi logam berat yang ditemukan dalam jumlah besar berikutnya adalah besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu) dan yang terkecil adalah timbal (Pb).Berdasarkan standar baku mutu sedimen yang dibuat oleh United State Environmental Protection Agency (USEPA) dan Kementerian Lingkungan Kanada, semua konsentrasi logam-logam berat di daerah kajian termasuk dalam kategori tercemar berat.
KAJIAN ATAS HASIL-HASIL PENELITIAN KAWASAN KONSERVASI DAERAH RESAPAN AIR DI CEKUNGAN BANDUNG Wibowo, Mardi
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 6 No. 3 (2005): JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.706 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v6i3.354

Abstract

Development of city and population in Bandung Basin cause the need ofclean water is increasing too. The increasement of groundwater abstraction andthe decreasement of recharge area will disturb the natural water balance in the Bandung Basin. Therefore, recharge area of the Bandung Basin must be protected and conserved. The efforts to protected this area is done with make some regulation and policy to protect and conserved the recharge area and mapping (delineation) recharge area. Generally the regulation is good enough, but this isn’t detail; and monitoring and inforcement in field is still very weak. From the results of the research that were done, the recharge area in Bandung basin is in the northen and southern part of Bandung Basin with elevation more than 750 m. Detil mapping and delineation of recharge area with scale 1 : 100.000 or 1 : 5.000 must be done as soon as possible.
SISTEM JARINGAN KELEMBAGAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN PANTAI Wibowo, Mardi
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 3 No. 3 (2002): JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.687 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v3i3.258

Abstract

Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamik, memiliki kekayaan habitat yang beragam di darat maupun di laut. Luas lahan kawasan pantai sangat terbatas padahal pemanfaatannya semakin lama semakin meningkat sehingga sering terjadi konflik kepentingan antar sektor yang membutuhkannya. Di lain pihak belum ada dukungan data, informasi dan koordinasi antar instansi yang sistematis, efektif dan efisien dalam masalah pengelolaan lingkungan pantai. Selama ini pengumpulan, penyimpanan, pengolahan data dan informasi serta penentuan kebijakan dilakukan secara sektoral oleh berbagai instansi yang terkait dan sering tidak terjadi koordinasi dan keterpaduan program dan kebijakan. Ditambah lagi masih belum ada kepastian siapa yang berwenang dalam perencanaan dan pengelolaan lingkungan pantai (belum ada sistem atau model jaringan kelembagaan yang baik). Untuk itu dibutuhkan komitmen dan peran sertastakeholders di daerah baik di tingkat propinsi, kabupaten/kota, dan desa-desa, untuk bersama-sama aktif dalam pengelolaan sumberdaya pantai, yang kemudian dituangkan dalam peraturan perundangan yang mengatur kewenangan masing-masing. Selain itu diperlukan mekanisme koordinasi yang jelas dan tegas baik koordinasi horisontal maupun vertikal serta melibatkan peran aktif masyarakat luas dalam mekanisme pengawasan.
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) UNTUK PENATAAN KAWASAN PANTAI Wibowo, Mardi
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 2 No. 2 (2001): JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.868 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v2i2.209

Abstract

Kawasan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamik, unik dansangat kaya akan habitat baik laut maupun darat. Kawasan ini banyak sekali manfaatnya baik bagi masyarakat, swasta maupun pemerintah dan semakin lama semakin banyak yang membutuhkan padahal luasnya sangat terbatas, sehingga di kawasan ini sering terjadi konflik kepntingan antar sector seperti yang terjadi di Pantai Parangtritis dan sekitarnya. Oleh karena itulah perlu adanya penataan ruang yang baik di kawasan Pantai Parangtritis dan sekitarnya.Suatu perencanaan, penataan dan pengembangan wilayah yang baik memerlukan data spasial dan jnon-spasial yang kompleks dan sanga banyak, sehingga perlu adanya alat yang dapat menghubungkan, mengelola, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data serta informasi secara baik. Salah satu alat tersebut adalah Teknologi SIG yang saat ini telah berkembang dengan sangat pesat.Penataan kawasan Pantai Parangtritis dapat dilihat pada Gambar 4 dan Tabel 3.Berdasarkan hal diatas maka pemanfaatan lahan di Pantai Parang tritis dansekitarnya adalah : untuk kawasan lindung hutan wisata (1,234 km2), kawasan lindung budaya (0,659 km2), hutan pantai (0,623 km2), kawasan lindung gumuk pasir (1,311 km2), sempadan pantai (1,533 km2), pertanian lahan basah (13,141 km2), pertanian lahan kering (7,563 km2), perikanan darat (1,272 km2), perikanan laut (0,652 km2) dan untuk pengembangan kawasan pemukiman (11,882 km2) serta pengembangan fasilitas wisata (1,006 km2).
IDENTIFIKASI AKUIFER AIR TANAH DI KEC. MANGKUBUMI, KOTA TASIKMALAYA DENGAN METODE GEOLISTRIK Wibowo, Mardi
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 6 No. 2 (2005): JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.979 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v6i2.337

Abstract

Along with increase in population and economic growth in Tasikmalaya Residence cause the need of water is increased too. The majority these need take from groundwater resources. Occurrence groundwater resources depends on many factor like landform (landscapes), geology, precipitation, land use, etc. Resistivity geoelectric survey can detect groundwater resources occurrence. This survey can detect geometry and distribution of groundwater reservoir (aquifer). Generally, underground condition of Mangkubumi area consist of 3 layers of lithology i.e. soil layer, sandstone and clayey sandstone and locally there are lens of pebbly sandstones. Sandstones have good potential as aquifer. Sandstone layer is evenlydistributed in Mangkubumi area at depth between 50 cm – 15 m. For shallowgroundwater resources exploitation should be directed at south east and south west part of Mangkubumi area; while for deep groundwater resources exploitation can directed anywhere at depth more than 100 m.
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT SUNGAI ( STUDI KASUS SUB-DAS CIKAPUNDUNG GANDOK, BANDUNG ) Wibowo, Mardi
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 6 No. 1 (2005): JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.505 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v6i1.328

Abstract

Now, Bandung area especially Cikapundung Catchment Area is developing rapidly. The development caused the need of area for settlement, business and other constructed area is also increasing. Increase in width of constructed area and decrease in width of forest area cause the run off coefficient is rise and the last, rate of flow the river at rain season is rise and at dry season is decreased. Result of this study are: a) daily minimu rate of flow Cikapundung Gandok Catchment area is decreased with gradient 0,004; b) daily maximum rate of flow Cikapundung Gandok is rise, with gradient 0,1682; c) annually rate of flow Cikapundung river is rise with gradient 0,5685; d) this pattern point a,b,c are caused by using of land that tend convert non-constructed area become constructed area; e) Each type of landuse have same influence on river rate of flow.
Pemodelan Sebaran Pencemaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap Wibowo, Mardi
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.295 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v19i2.2812

Abstract

ABSTRACTThe Cilacap coastal area plays an important role in recreation, transportation, energy, education or research, residential, and industry. It is also potential for development and potential for pollution especially for oil pollution. That is caused Cilacap has the refinary oil plant and the great port of oil, furthermore it has crowded traffic of ship (both big ship or fishing ships). All of which have a tremendous potential pollute the sea and the surrounding areas. Therefore, it’s needed study of oil slick spreading that caused oil spill to formulate early warning and protection action plan for Cilacap coastal area. This study use oil spill model from DHI (Danish Hydraulic Institute) and use software MIKE-21 modul Particle/Spill Analysis. At each scenario, direction and concentration of oil spill is highly varied, its depend on the hydrodynamic condition o sea water. In January the oil spill from the 70 area pier tends to spread upstream S, Donan and around P. Nusakambangan with slick thickness between 0.0001-2.1 mm and oil spill from SPM spread out south of the model domain. In September the oil spill in the 70 area dock spreads upstream of S Donan with slick thickness between 0.001-2.7 mm and oil spills in SPM spread evenly throughout Cilacap waters with slick thickness between 0.001 to 1 mm. The result of this study is very important to plan early warning system and reduce environmental impact of oil spill. Based on comparation tide model data to tide data from field measuring, its known that both of data has no significance differences.Keywords: oil spill spreading, computational modeling, hydrodynamicsABSTRAKKawasan pesisir Cilacap memiliki potensi pengembangan wilayah yang sangat besar. Namun demikian, kawasan ini juga mempunyai ancaman terhadap pencemaran tumpahan minyak, terutama disebabkan oleh aktivitas kapal, kebocoran pipa, single point mooring (SPM), dan kapal nelayan yang dapat merusak ekosistem perairan Cilacap dan sekitarnya. Karena itu, kajian persebaran minyak diperlukan untuk menyusun tindakan peringatan dini dan perlindungan kawasan pesisir Cilacap. Dalam kajian ini dilakukan pemodelan penyebaran minyak dengan menggunakan model tumpahan minyak dari DHI (Danish Hydraulic Institute) dan perangkat lunak MIKE-21 modul Particle/Spill Analysis. Berbagai parameter inputan data diperoleh dari data sekunder dan hasil survei lapangan pada 8-14 Januari dan 10 16 September 2012. Terdapat empat model skenario penyebaran disusun dan hasil akhir divalidasi dengan hasil pengukuran. Sebagai hasil, arah persebaran dan konsentrasi tumpahan minyak untuk tiap skenario sangat bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada kondisi hidrodinamika perairan yang ada. Pada bulan Januari  tumpahan minyak dari dermaga area 70 cenderung menyebar ke hulu S. Donan dan di sekitar P. Nusakambangan dengan ketebalan slick antara 0,0001-2,1 mm dan tumpahan minyak dari SPM tersebar ke selatan keluar ari domain model. Pada bulan September tumpahan minyak di dermaga area 70 tersebar ka arah hulu S Donan dengan ketebalan slick antara 0,001-2,7 mm dan tumpahan minyak di SPM tersebar merata ke seluruh wialayah perairan Cilacap dengan ketebalan slick antara 0,001- 1 mm. Hasil kajian ini sangat penting sebagai dasar perencanaan upaya peringatan dini tumpahan minyak dan meminimalisasi dampak tumpahan minyak. Validasi data pasang surut hasil pemodelan dan pengukuran lapangan dari Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata.Kata kunci: persebaran tumpahan minyak, pemodelan komputasi, hidrodinamika