Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

GAMBARAN RESPON BERDUKA PADA ANAK REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI DI SMP NEGERI 1 JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG Purwanti, Desi; Ropi, Helwiyah; Widianti, Efri
Jurnal Keperawatan Jiwa Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Keperawatan Jiwa
Publisher : Jurnal Keperawatan Jiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anak remaja yang mengalami perceraian orangtua merasakan kehilangan dan perasaan berduka yang sangat mendalam, sama berdukanya ketika kehilangan orangtua karena meninggal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon berduka pada anak remaja yang mengalami perceraian orangtua di SMP Negeri 1 Jatinangor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif. Teknik pengambilan data dengan wawancara mendalam dan tidak terstruktur. Informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah enam orang. Teknik analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan konten analisa data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang orangtuanya mengalami perceraian merasa marah, takut, dan sedih, berfikir kasih sayang yang diberikan oleh orangtuanya tidak sama lagi seperti ketika masih bersama, menaruh harapan agar kedua orangtuanya bisa kembali bersama dan ketikateringat pada saat proses perceraian berlangsung anak sering menangis, sering melamun, mudah tersinggung, malu berinteraksi dengan teman sebaya, dan dengan orangtua yang bercerai anak menyatakan jarang berkomunikasi lagi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah respon berduka pada anakdengan orangtua yang bercerai mengalami respon kognitif, afektif, sosial dan perilaku. Rekomendasi penelitain ini adalah perawat komunitas hendaknya bekerjasama dengan bimbingan konseling dari sekolah dalam upaya memberikan konseling pada anak yang berduka karena perceraian orangtuanya sehingga anak dapat tetap menyelesaikan tugas perkembangannya dan berprestasi disekolah serta mencegah terjadinya masalah psikososial pada remaja
The effectiveness of psycho education towards depression, anxiety and stress level of patients with pulmonary tuberculosis Suryani, Suryani; Widianti, Efri; Widianti, Efri; Hernawati, Taty; Hernawati, Taty; Sriati, Aat; Sriati, Aat
Jurnal NERS Vol 11, No 1 (2016): Jurnal Ners
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.308 KB) | DOI: 10.20473/%oj.Ners111%y128-133

Abstract

Pulmonery Tuberculosis is a chronic pulmonary disease that affects physicallly and psychosocially for the patients . Until now, the government’s programs in overcoming this disesase still focus on treatment and prevention of infection. The programs has not yet to lead to a psychosocial problem of the patients whereas the psychosocial impact has a big influence on treatment compliance and prognosis of patients with Pulmonery Tuberculosis. This study was quassy experiment to test the effect of psychoeducation on the level of stress, anxiety and depression of Patients with pulmonary tuberculosis. 74 patients with Pulmonery Tuberculosis involved in this study divided into two group (37 involved in intervention and 37 involved as control group). The result of the study showed that psychoeducation was effective in reducing stress, anxiety and depression of the patients with Pulmonery Tuberculosis. Psycho education should be provided for patients with pulmonary tuberculosis at the Community health Center.  Keywords:   intervention, psychoeducation, pulmonary tuberculosis,     
The effectiveness of psycho education towards depression, anxiety and stress level of patients with pulmonary tuberculosis Suryani, Suryani; Widianti, Efri; Widianti, Efri; Hernawati, Taty; Hernawati, Taty; Sriati, Aat; Sriati, Aat
Jurnal NERS Vol 11, No 1 (2016): Jurnal Ners
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.308 KB) | DOI: 10.20473/%oj.Ners111%y128-133

Abstract

Pulmonery Tuberculosis is a chronic pulmonary disease that affects physicallly and psychosocially for the patients . Until now, the government’s programs in overcoming this disesase still focus on treatment and prevention of infection. The programs has not yet to lead to a psychosocial problem of the patients whereas the psychosocial impact has a big influence on treatment compliance and prognosis of patients with Pulmonery Tuberculosis. This study was quassy experiment to test the effect of psychoeducation on the level of stress, anxiety and depression of Patients with pulmonary tuberculosis. 74 patients with Pulmonery Tuberculosis involved in this study divided into two group (37 involved in intervention and 37 involved as control group). The result of the study showed that psychoeducation was effective in reducing stress, anxiety and depression of the patients with Pulmonery Tuberculosis. Psycho education should be provided for patients with pulmonary tuberculosis at the Community health Center.  Keywords:   intervention, psychoeducation, pulmonary tuberculosis,     
Pembentukan Konselor Teman Sebaya dalam upaya preventif perilaku kekerasan pada remaja di SMP negeri 1 Pangandaran Hidayati, Nur Oktavia; Lukman, Mamat; Sriati, Aat; Widianti, Efri; Agustina, Habsyah Safaridah
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.548 KB)

Abstract

Remaja adalah kelompok beresiko mengalami masalah kesehatan, sesuai tahap perkembangannya, remaja berada pada masa transisi, pencarian identitas diri. Perilaku kekerasan merupakan salah satu masalah remaja yang menjadi fenomena akhir-akhir ini, seperti halnya tawuran, pendurungan (bullying) yang apabila tidak tertangani dengan akan membahayakan masa depan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Tujuan dari pengabdian pada masyarakat ini adalah membentuk konselor teman sebaya yang diharapkan nantinya mempunyai peran bagi teman sebayanya dalam membantu memberikan alternatif pemecahan masalah remaja khususnya dilingkugan sekolah dan sekitarnya pada umumnya. Metode yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan bagaimana mempersiapkan siswa untuk menjadi konselor sebaya bagi teman-teman sebayanya. Luaran yang dihasilkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah peningkatan pengetahuan dan pemahaman siswa dalam permasalahan remaja serta terbentuknya konselor teman sebaya. Kegiatan ini dihadiri oleh 11 siswa perwakilan dari setiap kelasnya. Hasil kegiatan terjadi peningkatan pengetahuan dan kemampuan siswa dalam memahami materi dan terbentuknya 11 konselor sebaya. Melalui program pembentukan konselor sebaya ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi permasalahan remaja yang terjadi di lingkugan sekolah ataupun sekitarnya.  
Critical Thingking and Decision Making Skills Based Learning Methods at The Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran Sari, Citra Windani Mambang; Fitri, Siti Yuyun Rahayu; Widianti, Efri
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 3, No 2 (2017): Vol 3, No.2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v3i2.9415

Abstract

ABSTRAK Metode pembelajaran yang diberikan sangat berpengaruh dalam kemampuan berpikir kritis dan keterampilan mahasiswa perawat dalam mengambil keputusan. Kemampuan berfikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan ini merupakan dua hal yang dapat dijadikan dasar untuk melihat kompetensi lulusan perawat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan pada mahasiswa Fakultas Keperawatan. Metode penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan jumlah sampel 151 mahasiswa. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian adalah Lebih dari setengah responden (66,2 %) memiliki kemampuan berpikir kritis diatas rata-rata kelompok (M=186,19, SD=33,92). Lebih dari setengah responden memiliki keterampilan mengambil keputusan di atas rata-rata kelompok (M=94.92, SD=9.52). Sebagian kecil responden dengan IPK 3.01-3.25 memiliki kemampuan berpikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan diatas rata-rata kelompok. Sebagian kecil responden latar belakang jurusan IPA memiliki kemampuan berpikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan diatas rata-rata kelompok. Kemampuan berpikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan sebaiknya dimasukkan ke dalam kurikulum akademik sehingga terwujud perawat profesional.  ABSTRACT Methods of learning in nursing students affect the ability of critical thinking skills and student nurses in making decisions. The ability of critical thinking and decision making skills are the two things that can be used as a basis to see competence of nurse graduates. The aim of this study is to identify the critical thinking skills and decision making skills in student Faculty of Nursing, Universitas Padjadjaran. The research method is quantitative descriptive with a sample of 151 students. Data analysis using frequency distribution. Results of the study were more than half of the respondents (66.2%) have the ability to think critically above the group average (M = 186.19, SD = 33.92). More than half of respondents have a decision-making skills in the above average group (M = 94.92, SD = 9.52). A small portion of respondents with a GPA of 3.01 to 3.25 to have critical thinking skills and decision making skills above the group average. A small portion of respondent background science majors have the critical thinking skills and decision making skills above the group average. The ability of critical thinking and decision making skills should be incorporated into the academic curriculum as soft skills to realize a professional nurse. 
GAMBARAN TINGKAT SELF-EFFICACY IBU POST SEKSIO SESAREA SAAT MENYUSUI DI RSKIA KOTA BANDUNG Komalasari, Masriyah; Solehati, Tetti; Widianti, Efri
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4744

Abstract

ABSTRAK Rendahnya cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis ibu. Faktor fisik yang dapat menghambat ibu untuk menyusui dapat disebabkan oleh metode persalinan salah satunya seksio sesarea. Sedangkan faktor psikologis yang berpengaruh terhadap menyusui adalah self-efficacy ibu. Self-efficacy dalam menyusui dapat berpengaruh pada komitmen dalam menyusui, daya tahan ibu dalam mengatasi hambatan yang muncul saat menyusu dan fokus ibu pada aspek positif atau negatif dalam menyusui. Dengan diketahuinya self-effiacy ibu, petugas kesehatan dapat memberikan intervensi berupa motivasi dan pendidikan kesehatan dengan segera agar ibu tetap berkomitmen untuk menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat self efficacy ibu dalam menyusui pada ibu post seksio sesarea di ruang nifas RSKIA Kota Bandung. Rancangan penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Penelitian melibatkan 77 responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada teori self-efficacy dalam menyusui Bandura (1997) dan Dennis (2003) serta teori menyusui Murray McKinney (2014). Analisa data menggunakan mean.. Berdasarkan dimensi teknik lebih dari setengah responden memiliki tingkat self-efficacy rendah (54.5%) dan pada dimensi kepercayaan intrapersonal juga didapatkan lebih dari setengah responden memiliki tingkat self-efficacy rendah (53.2%). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa masih rendahnya keyakinan ibu akan pemahamannya dalam menyusui dan rendahnya keyakinan ibu untuk melaksanakan tugas menyusui sebagaimana melaksanakan tugas lainnya. Sedangkan berdasarkan dimensi dukungan, lebih dari setengah responden memiliki tingkat self efficacy tinggi (50.6%). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa dukungan untuk menyusui yang ibu dapatkan dirasa telah optimal. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan rendahnya tingkat self-efficacy ibu dalam menyusui. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa masih rendahnya komitmen dalam menyusui, rendahnya daya tahan ibu dalam mengatasi hambatan yang muncul saat menyusu dan fokus ibu pada aspek negatif dalam menyusui. Oleh karena itu, petugas kesehatan sebaiknya memberikan psikoedukasi mengenai menyusui pada satu persatu ibu secara lebih optimal. Kata kunci: Menyusui, Seksio sesarea, Self-efficacy.  ABSTRACT The low rate of exclusive breastfeeding in Indonesia are caused by mother's physical and psychological factors. Physical factors that may inhibit mothers to breastfeed can be caused by the delivery  methods. One of them was cesarean section method. Psychological factors that influenced breastfeeding mother was self-efficacy. Breastfeeding self-efficacy would determine the success of breastfeeding. This studied aims to described the level of breastfeeding self-efficacy on post caesarean section mothers in RSKIA Bandung. The design of this studied used descriptive quantitative. Sampling technique of this studied used purposive sampling. The studied involved 77 respondents. The instrument used was an instrument made by researchers with Cronbach alpha value is 0.97 and a validity value in the range of 0.516-0.911. Data was analyzed used mean. The results showed that more than half of respondents (51.9%) had a low level of self-efficacy, while less than half of respondents (48.1%) had higher levels of self-efficacy. Based on techniques dimensions, more than half of respondents had a low level of self-efficacy (54.5%). Based on intrapersonal trust dimensions, more than half of respondents had a low level of self-efficacy (53.2%). While based on the support dimensions, more than half of respondents had a high level of self-efficacy (50.6%). The conclusions of this studied showed that low breastfeeding self-efficacy level can lead to breastfeed failure. Therefore, health professionals should provide psycho-education about breastfeeding at one by one mother optimally. Keywords: breastfeeding, caesarean section, self-efficacy
Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Pasien Kanker Payudara dalam Menjalani Kemoterapi Pratiwi, Siti Rahmiati; Widianti, Efri; Solehati, Tetti
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 3, No 2 (2017): Vol 3, No.2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v3i2.9422

Abstract

ABSTRAK Kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor satu dari seluruh jenis kanker yang terjadi pada wanita. Salah satu penanganan kanker payudara adalah dengan menjalani kemoterapi dimana pasien akan mengalami masalah psikologis yaitu kecemasan. Kecemasan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ancaman integritas fisik dan ancaman sistem diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental sampling, dengan jumlah responden sebanyak 97 orang. Instrumen yang digunakan adalah STAI (State Trait Anxiety Inventory) dan instrumen faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan dikembangkan dari teori Stuart dan Laraia. Analisis data menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan sebagian dari responden mengalami state anxiety sedang (59,8%), dan sebagian responden mengalami trait anxiety sedang (54,6%). Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kecemasan, faktor ancaman sistem diri merupakan faktor yang mendominasi kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Ancaman sistem diri yang mendominasi ini dapat memengaruhi  peran dari pasien, sehingga perlu adanya upaya untuk menurunkan kecemasan dengan memperhatikan berbagai faktor yang memengaruhi. Saran bagi perawat dan institusi terkait diharapkan untuk mengkaji lebih lanjut aspek psikososial dan menentukan intervensi selanjutnya untuk mengurangi kecemasan seperti mengajarkan teknik relaksasi, memberi dukungan dan motivasi, serta mendorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik.   ABSTRACT Breast cancer is the leading cause of death from all types of cancer that occur in women. On of the treatment of breast cancer is chemotherapy which the patient will experience a psychological problem, such as anxiety. Anxiety can be affected by several factors, there is threat to physical integrity and threat to self-system of patients. The purpose of this research is to determine factors that affect anxiety of breast cancer patients who underwent chemotherapy in RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. This research used the descriptive quantitative method with 97 participants as a sampling using accidental sampling. STAI (State Trait Anxiety Inventory) and modifying theory of Stuart Laraia were used to measure factors that affect anxiety. For analyzing the data, it used percentage abbreviation. The results of this research showed that several of participants experienced moderate state anxiety (59,8%), and several participants experienced moderate trait anxiety (54,6%). Based on factors that affect anxiety, the factor of the threat to self-system was the factor which dominates anxiety patients with breast cancer who underwent chemotherapy. This domination of self-system threat can affect the role of patients. Therefore it needs some efforts for decreasing anxiety with giving an attention to several factors which affect anxiety. The nurse and institution are expected to assess further aspects of psychosocial and determine next intervention reduce anxiety, such as teaching relaxation techniques, provide support and motivation, and encourage the patient to perform physical activity. 
APLIKASI TERAPI SPESIALIS KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN HARGA DIRI RENDAH KRONIS DI RSMM JAWA BARAT Widianti, Efri; Keliat, Budi Anna; Wardhani, Ice Yulia
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 3, No 1 (2017): Vol 3, No. 1 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v3i1.7489

Abstract

ABSTRAKHarga diri rendah kronis merupakan salah satu diagnosis keperawatan yang sering ditemukan di rumah sakit jiwa. Prosentase pasien harga diri rendah kronis di ruang Arimbi periode Februari–April 2012 mencapai 90.4% dari jumlah total pasien. Jumlah pasien dengan diagnosis utama harga diri rendah kronis yang dikelola penulis sebanyak 22 orang. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menguraikan aplikasi terapi spesialis keperawatan jiwa terhadap pasien harga diri rendah kronis. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi serial kasus dengan kombinasi tujuh paket terapi. Hasil aplikasi terapi spesialis keperawatan jiwa ini menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala, peningkatan kemampuan pasien, serta peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien harga diri rendah kronis. Kombinasi terapi individu (terapi kognitif perilaku dan logoterapi), terapi kelompok (terapi suportif kelompok) dan terapi keluarga (psikoedukasi keluarga) mampu menurunkan gejala, meningkatkan kemampuan pasien dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat pasien harga diri rendah kronis. Rekomendasi : kombinasi terapi individu, terapi kelompok dan terapi keluarga sangat tepat diberikan pada pasien gangguan jiwa khususnya pasien harga diri rendah kronis dan diperlukan penelitian lebih lanjut.ABSTRACTChronic low self-esteem is one of the nursing diagnosis that is often found in psychiatric hospitals. Percentages of patients with chronic low self-esteem in the period Februari-April 2012 at Arimbi receached 90.4%. The number of patients with a primary diagnosis of chronic low self-esteem that was managed by writer as many as 22 people. The purpose of this final report is to describe the application of nursing specialist therapies on chronic low self-esteem patients. Methods which used was serial case study with combination of seven therapies packages. The results showed a decrease in the signs and symptoms, improvement of patient's ability and the ability of families in caring for patients of chronic low self-esteem. Effectiveness of therapy showed that the combination of individual therapy (cognitive behavioral therapy and logotherapy), group therapy (supportive group therapy) and family therapy (family psychoeducation) effectively reduce symptoms of chronic low self-esteem, improve the patient's ability and the ability of families in caring for patients of chronic low self-esteem. Recommendation: The combination of individual, group and family therapies is appropriate for the mental disorders patients, especially patients with chronic low self-esteem and this needs further research
Resiliensi Remaja Dalam Menghadapi Perilaku Bullying Yuliani, Silvia; Widianti, Efri; Sari, Sheizi Prista
KEPERAWATAN Vol 6, No 1 (2018): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.049 KB)

Abstract

ABSTRAK Berdasarkan catatan Komnas Perlindungan Anak Indonesia di tahun 2013, KPAI menerima 3.339 kasus pelanggaran terhadap anak. Jumlah ini meningkat menjadi 4.965 kasus di tahun 2014, dimana pelaku bullying meningkat menjadi 26%. Plan International dan International Center Reasearch on Women (2015) menunjukan bahwa terdapat 84% anak yang mengalami kekerasan di sekolah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil studi ahli intervensi bullying, sebanyak 10-60% siswa di Indonesia melaporkan telah mendapatkan perilaku bullying sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu. Seseorang yang mendapatkan perilaku negatif dan menjadi terpuruk, ada sebagian dari diri seseorang yang mampu bangkit dan pulih kembali dari keadaan terpuruknya yang dikenal dengan istilah resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi remaja dalam menghadapi perilaku bullying di SMP 1 PGRI Jatinangor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan jumlah sampel 123 orang kelas VII dan VIII yang diambil dengan menggunakan teknik probability sampling. Penelitian menggunakan instrumen 25-Item Resilience Scale yang disusun oleh Wagnild dan Young dengan nilai validitas .369 sampai .778 dengan nilai reliabilitas 0.943. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar dari responden yaitu 90 orang (73%) memiliki nilai resiliensi yang rendah dalam menghadapi perilaku bullying. Sebagian kecil dari responden (26%) yaitu 32 orang yang memiliki nilai resiliensi sedang dan sangat sedikit dari responden 1 siswa (1%) yang memiliki nilai resiliensi tinggi. Simpulan dari penenlitian ini ialah resiliensi rendah perlu diperhatikan dalam perkembangan remaja. Dalam meningkatkan resiliensi perlunya dukungan dari faktor protektif dalam meningkatkan resiliensi. Karena dorongan positif dari faktor protektif merupakan salah satu faktor eksternal maupun internal dalam meningkatkan resiliensi. Kata kunci : Bullying, korban bullying, Resiliensi remaja
Hubungan Perilaku Sakit Dalam Aspek Psikososial Dengan Kualitas Hidup Remaja Thalasemia Yanitawati, Yanitawati; Mardhiyah, AI; Widianti, Efri
KEPERAWATAN Vol 5, No 1 (2017): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.936 KB)

Abstract

ABSTRAKPerilaku sakit dapat dikonseptualisasikan sebagai respon seseorang terhadap ancaman kesehatan yang dirasakan. Respon ini yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan ancaman kesehatan yang mendasari timbulnya perilaku sakit. Perilaku sakit menurut konsep abnormal illness behaviour yang dikembangkan oleh Pilowsky adalah suatu respon seseorang dari gangguan keadaan sakit yang menimbulkan perilaku sakit abnormal. Munculnya perilaku sakit pada individu sakit bisa dianggap perilaku yang normal. Namun bila perilaku sakit pada individu tersebut menimbulkan aspek psikososial yang berlebihan dan mengarah negatif, maka perilaku sakit pun akan menjadi perilaku sakit abnormal. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku sakit dalam aspek psikososial dengan kualitas hidup remaja thalasemia Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional dengan sampel 63 responden remaja thalasemia kisaran usia 14 – 19 tahun. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Illness Behavior Questionnaire (IBQ) dari Pilowsky dan Spence (1983) dan kuesioner PedsQL dari Dr. Varni. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji spearman. Hasil penelitian menunjukan perilaku sakit dalam aspek psikososial pada kategori tinggi sebanyak 50.8 persen dan kualitas hidup remaja thalasemia pada kategori rendah 54.0 persen. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku sakit dalam aspek psikososial dengan kualitas hidup remaja thalasemia. Berdasarkan hasil penelitian ini untuk memberikan informasi kepada teman sejawat agar dalam pelaksanaan pengelolaan remaja thalasemia dapat membuat suatu program layanan konseling , family advocacy dan health teaching guna meminimalkan perilaku sakit dalam aspek psikososial yang berhubungan dengan kualitas hidup remaja thalasemia. Kata Kunci: Kualitas hidup, Perilaku sakit, Remaja Thalasemia. ABSTRACTIll behavior can be conceptualized as a persons response to the perceived health threats. Abnormal illness behavior according to concepts developed by Pilowsky is a response to a person from a state of pain disorders that cause abnormal illness behavior. The emergence of pain in the sick individual behavior can be considered normal behavior. However, if the behavior of these individuals inflict pain on psychosocial aspects of the excessive and negative lead, then the ill behavior will be abnormal illness behavior. This research aims to determine the relationship of pain behavior in the psychosocial aspects of the quality of life of teenagers with thalassemia. This research was a quantitative study with a sample of 63 thalassemia adolescent respondents ranging from 14-19 years old. Data collection using Illness Behavior Questionnaire (IBQ) of Pilowsky and Spence (1983) and PedsQL of Dr. Varni. Data processing using univariate and bivariate analysis using the Spearman test. The results showed psychosocial aspects of illness behavior with high category as much as 50.8 percent and 54.0 percent had low quality of life. There was significant relationship between psychosocial aspects of illness behavior with thalassemia adolescent quality of life. The use of counseling services, family advocacy and health teaching were essential in the implementation of the management of adolescent with thalassemia and minimize the ill behavior in the psychosocial aspects related to the quality of life. Keywords: Quality of life, illness Behavior, Adolescent Thalassemia.