Noveri Noveri
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Combination Potential of Some Bacteria Insulated From LMO Banana Stem Bud as A Bio-Control Against, Spodoptera litura Fabricius Yulensri Yulensri; Noveri Noveri; Arneti Arneti; Kresna Murti
Akta Agrosia Vol 24, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Agriculture, The University of Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/aa.24.1.32-38

Abstract

S. litura F pests are widespread in Indonesia covering 22 provinces with an average attack area of 11,163 ha/year.  This pest is polyphag causing damage to the leaves (defoliation) with crop loss can reach 85% even to failed miserably.  The application of biotechnology derived from local resources is a very appropriate alternative to controlling S. litura, namely Bacillus cereus strain ATCC 14579,  Bacillus subtillis subsp. subtilis strain 168  Bacillus siamensis strain KCTC13613, Azotobacter sp. and Pseudomonas fluorescens isolated from the LMO banana stem bud.  The aim of this study is to determine the potential of 5 types of bacteria that were consortified as S. litura pest bio-control agents. The research consisted of stages, namely 1) bacterial compatibility test which would be consortified; 2) invitro bacterial consortium potential test on S. litura F. larvae.  The results showed that the bacteria B. cereus strain ATCC 14579, B. subtillis subsp. Subtilis strain 168 B. siamensis strain KCTC13613, Azotobacter sp. and P. fluorescens are compatible with each other so that they can be consortified. These 5 types of bacteria are single less potential as S. litura pest bio-control agents because they cause low larval mortality, but a consortium of 5 bacteria can cause larval mortality by 70% . Keywords: biocontrol agents, Spodoptera litura, bacterial consortium, LOM banana stem bud 
Perilaku Petani Padi Sawah Dalam Menggunakan Pestisida Kimia di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia Helentina Situmorang; Noveri Noveri; Mispit Putrina; Elva Rahmi Fitri
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 4, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.412 KB) | DOI: 10.37637/ab.v4i3.743

Abstract

Salah satu sentra produksi padi sawah di Indonesia adalah Provinsi Sumatera Barat di Kecamatan Harau. Jumlah produksi padi sawah di kecamatan Harau sebesar 45.784 ton tahun 2018 dengan luas tanam 11.266 ha. Namun, permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan budidaya tanaman padi di Kecamatan Harau adalah beberapa hama yang sering menyerang tanaman padi antara lain keong emas, tikus, walang sangit, kepinding tanah, wereng, dan burung. Oleh sebab itu sebagian besar petani padi sawah melakukan pengendalian hama dengan menggunakan pestisida kimia. Padahal, penggunaan pestisida kimia secara terus menerus mengakibatkan ekosistem di sekitar lahan menjadi rusak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku petani padi sawah dalam menggunakan pestisida kimia di Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober 2020 di Nagari Sarilamak dan Nagari Gurun Kecamatan Harau. Metode yang digunakan adalah survei dengan pengambilan sampel secara sengaja (purposive sampling) sebanyak 30 responden. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif berdasarkan persepsi, motif dan sikap petani  dalam penggunaan pestisida kimia. Hasil penelitian diperoleh bahwa menurut persepsi petani mutlak melakukan pengendalian dengan penggunaan pestisida kimia dan mengurangi resiko produksi padi menurun/gagal panen; motif petani penggunaan pestisida kimia yang sudah terkenal, terbukti ampuh dan mudah ditemukan di pasar/kios, tetapi tidak berdasarkan pemahaman atas zat aktif yang terkandung dalam pestisida tersebut; dan sikap petani bersedia membayar mahal pestisida yang terbukti ampuh mengendalikan hama padi sawah.. Petani lebih mempertimbangkan resiko kegagalan panen dibandingkan dampak buruk pestisida kimia terhadap lingkungan.