Wiflihani Wiflihani
Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Medan, Indonesia

Published : 24 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Teater Tradisional Melayu Makyong dalam Lintasan Sejarah dan Kekinian Di Sumatera Utara Wiflihani Wiflihani; Agung Suharyanto
JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL Vol 6, No 2 (2014): JUPIIS (Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial) DESEMBER
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jupiis.v6i2.2294

Abstract

The Makyong traditional theatre is a Malayan performing art belong to the indigenous Malays people in North Sumatra, which is knownly originated from Malaysia and Thailand. It was acculturated intimately with the North Sumatra malay costums since had been develop-ped and staged by Royal of Serdang Sultanate. The traditional theatre then had become a entertainment form by for the people in which it performed entertainly and comical staging for refreshing the audience. Nowadays it is a folk art form which  has revived by urban community that performs humors and jokes as the dominant feature in the show. It is staged by spend approxi-mately one and a half hour where it becomes more fascinated in watching in term merely several aspect such as artistics, meanings, symbols, and other which are trapped audience in hard thougth.
Fungsi Seni Musik dalam Kehidupan Manusia Wiflihani Wiflihani
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 2, No 1 (2016): ANTHROPOS
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v2i1.7503

Abstract

Pada zaman prasejarah, musik sangat erat hubungannya dengan hal-hal yang ritual dan magis, yaitu berupa kegiatan upacara-upacara religious, upacara-upacara mistik, seperti penyembuhan orang yang sakit, usaha membunuh binatang buruan, persembahan sesajen di tempat–tempat yang di anggap keramat. Dalam persembahannya, terdapat perpaduan yang kuat antara lirik/kata-kata, iringan tetabuan dan tari dengan irama sehingga menimbulkan kekuatan gaib. Pola sajiannya disertai dengan mengucapkan kata-kata sakral dengan tujuan memuja roh-roh yang ada di sekelilingnya. Semua ini dilakukan dengan harapan akan mendapat keberkahan dalam kehidupannya. Mereka yakin sepenuhnya bahwa roh-roh yang mereka sembah akan mengabulkan segala hal yang meraka minta, baik yang berkaitan dengan masalah pertanian, peternakan, kesehatan, keselamatan, maupun perjodohan. Melalui nyanyian-nyayian dan musik iringan tari itulah, mereka menyampaikan permohonannya kepada roh para leluhurnya dan biasanya dilakukan oleh beberapa orang secara bersamaan. Seiring perkembangan zaman, fungsi musik juga berubah dari ritual kepada kesenangan pribadi, hiburan dan bahkan ekspresi seni secara individu serta tidak ketinggalan secara komunal masyarakat.
Metode Pembelajaran dan Bentuk Penyajian Musik Ansambel Campuran pada Musik Keroncong Edo Wamirza; Lamhot Basani Sihombing; Wiflihani Wiflihani
Jurnal Pendidikan dan Penciptaan Seni Vol 1, No 2 (2021): Jurnal Pendidikan dan Penciptaan Seni - November
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.596 KB) | DOI: 10.34007/jipsi.v1i2.146

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang proses pembelajaran musik ansambel campuran pada musik keroncong, bentuk penyajian musik ansambel campuran pada musik keroncong, di SMP Muhammadiyah 7 Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran, bentuk penyajian, ansamble, dan keroncong. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa proses pembelajaran musok ansambel campuran pada musik keroncong  di SMP Muhammadiyah 7 Medan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan terdapat tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup dengan alokasi waktu 3 x 40 menit.
Kolaborasi Alat Musik Tradisional dan Alat Musik Modern dalam Mengiringi Ibadah Minggu di Huria Kristen Batak Protestan Tanjung Sari Medan Bella Cindy Juwita Simanjuntak; Pulumun Peterus Ginting; Wiflihani Wiflihani
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) Vol 1, No 3 (2019): Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) April
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1068.677 KB) | DOI: 10.34007/jehss.v1i3.35

Abstract

This study discusses the collaboration of traditional musical instruments and modern musical instruments in accompanying Sunday services at HKBP Tanjung Sari Medan. The purpose of this study was to find out the background and process of collaboration of traditional musical instruments and modern musical instruments in the HKBP Tanjung Sari church in Medan. The method used in this study is qualitative descriptive. The location of the study was carried out at the Tanjung Sari HKBP church, Jl. Setia Budi No. 11, Medan. The population of this study is traditional musical instruments and modern musical instruments used in accompanying Sunday services at HKBP Tanjung Sari Medan. While the samples in this study were Taganing, drums, keyboards, acoustic guitars, bass guitars, saxophone which were used to accompany Sunday services at HKBP Tanjung Sari Medan. The data collection technique is through observation, interviews, documentation, and library studies. Based on the results of the study, it can be seen that traditional musical instruments and modern musical instruments used in accompanying Sunday services at HKBP Tanjung Sari Medan, namely: Taganing, drums, keyboards, acoustic guitars, bass guitars, saxophone. The songs used in accompanying Sunday Service at HKBP Tanjung Sari Medan, and the collaboration process of traditional musical instruments and modern musical instruments in the HKBP Tanjung Sari church in Medan.
Gondang Sabangunan sebagai Pengiring Sigale-Gale untuk Menarik Wisatawan di Museum Huta Bolon Kecamatan Simanindo Ruth Olivia Sirait; Pulumun Petrus Ginting; wiflihani wiflihani
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) Vol 3, No 3 (2021): Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) April
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.325 KB) | DOI: 10.34007/jehss.v3i3.332

Abstract

This study aims to determine the Gondang Sabangunan performance in accompanying Sigale-gale at the Huta Bolon Museum for packaging tourism performances, impact and government support. The method in this study uses a qualitative descriptive method. The speakers in this study were employees of the Huta Bolon Simanindo Museum, 5 music players, 10 dancers, Simanindo community leaders, and tourists. The data was collected by means of observation, interviews, documentation and literature study. The results showed that the development of cultural tourism through the Gondang Sabangunan performance that accompanied Sigale-gale which is a cultural attraction to attract tourists at the Huta Bolon Simanindo Museum. The tortordi performance of the Huta Bolon Simanindo Museum was held on an open stage in the old village of Huta Bolon. Performances are not sacred but still follow the customary rules of the nigondang such as the number of types of gondang, the rules for requesting the type of gondang, the rules for movement in tortor, clothes and equipment. Another packaging of the show form is the short and dense duration, full of variations, an imitation of the original form. Tourists can enjoy the potential of Batak Toba culture, such as music, dances, historical objects, and the nuances of the Toba Batak village.
Vokal Klasik pada Anak Usia 8-10 Tahun di Qinia Music Course Jalan Sisingamangaraja Medan Amplas Felisya Debora Tiolamrenta; Lamhot Basani Sihombing; Wiflihani Wiflihani
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) Vol 2, No 3 (2020): Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) April
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (765.965 KB) | DOI: 10.34007/jehss.v2i3.142

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang  berdirinya Qinia Music Course sebagai lembaga musik. Proses  pembelajaran vokal klasik pada anak usia 8-10 tahun di Qinia Music Course. Metode yang digunakan dalam pembelajaran vokal klasik pada anak usia 8-10 tahun di Qinia Music Course. Sarana dan prasarana yang disediakan untuk menunjang pembelajaran vokal klasik pada anak usia 8-10 tahun di Qinia Music Course. Kendala pengajar dan siswa dalam proses pembelajaran vokal klasik pada anak usia 8-10 tahun di Qinia Music Course. Cara guru mengevaluasi hasil pembelajaran vokal klasik pada anak usia 8-10 tahun di Qinia Music Course. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara rinci dan jelas tentang suatu fenomena yang menjadi fokus penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah Direktur Qinia Music Curse 1 orang, Pengajar/instruktur vokal klsik 1 orang, dan siswa yang berjumlah 10 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, demonstrasi, dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode ceramah, Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Pelatihan, Metode Demonstrasi, Metode Tanya jawab, dan metode latihan (drill) Cukup berhasil membangun pemahaman siswa tentang teori dasar musik, bagaimana membaca notasi dan menyanyikan lagu dengan vokal klasik yang baik.
The Repertoire of Traditional Malay Ensemble as a Source of Violin Practice Learning Material Panji Suroso; Danny Ivanno Ritonga; Wiflihani Wiflihani; Mukhlis Mukhlis; Tri Danu Satria
Budapest International Research and Critics in Linguistics and Education (BirLE) Journal Vol 3, No 4 (2020): Budapest International Research and Critics in Linguistics and Education, Novemb
Publisher : BIRCU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birle.v3i4.1334

Abstract

This study aims to examine in depth how the process of applying the Malay traditional music ensemble reportoar as a teaching material in practical learning to play violin instruments in unimed music education study programs in the odd semester 2020-2021.Based on the monitoring carried out by the lecturer team in the learning process to play the violin that has occurred so far, the practice of playing the violin is still being carried out with teaching material playing western classical music and playing popular music styles. This study was conducted using a qualitative approach, namely following the opinions of Miles and Huberman (1984), namely (1) data collection, which was carried out through interviews, document digest observation, recording and recording; (2) data reduction, which is done by summarizing, selecting the main things, focusing on the important things, looking for themes and patterns and removing unnecessary ones; (3) data display (data presentation), which is done by showing the data and presenting it in the form of narrative text and charts; (4) conclusion drawing / verification which is carried out by drawing conclusions and verifying the research findings. In this study, the findings suggest that: 1) The learning process carried out in learning the violin in this study is to apply the tiered learning method, starting from the preparatory level learning, basic learning, middle level learning, and advanced learning. 2). The introduction of the main principle in recognizing cengkok and grenek in violin playing is in the form of the jump tone technique. For example, a violin melody can be played 7 notes or 8 notes in one beat, but the melody interval steps vary between second, terts, quart, quint and so on. However, in a grenek melody, the intervals played are only in the form of a second up or a second down.
FUNGSI DAN MAKNA LAGU GUBANG DALAM UPACARA SIAR MAMBANG PADA MASYARAKAT TANJUNGBALAI Theo Henry Tua Siagian; Pulumun P. Ginting; Wiflihani Wiflihani
Jurnal Sitakara Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sitakara
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sitakara.v5i2.4778

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi, fungsi, makna dan tanggapan masyarakat mengenai lagu gubang pada Upacara Siar Mambang di Tanjungbalai, Sumatera Utara. Teori yang digunakan adalah fungsi, makna, Gubang, dan Siar Mambang. Fungsi merupakan kegunaan gubang pada upacara Siar Mambang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, sedangkan yang menjadi informan penelitian terdiri dari 13 orang yang terdiri dari tokoh adat 1 orang, pemusik 5 orang, penari 2 orang, masyarakat kota Tanjungbalai 5 orang. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gubang adalah komposisi musik melayu berupa ensambel musik. Siar Mambang adalah upacara pengobatan untuk orang sakit. Dalam susunananya, adanya sebuah lagu yang bertempo semakin cepat untuk menciptakan keadaan trance (kerasukan roh) pada upacara Siar Mambang dan lagu tersebut adalah lagu gubang. Instrumen musik yang dimainkan pada upacara siar mambang ini antara lain gendang, tawak-tawak, dan bangsi faktor yang menyebabkan semakin jarang dilaksanakan upacara siar mambang ialah kondisi keagamaan, ekonomi, sistem pengobatan modern. Kata Kunci: Fungsi, Makna, Gubang, Siar Mambang.
FUNGSI DAN MAKNA BHAJAN PADA UPACARA AGAMA HINDU DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN Agung Suharyanto; Onggal Sihite; Wiflihani Wiflihani; Citra Girsang; Firza Ramadhan; OK. Dedy Arwansyah; Satrina Titania Siahaan; Rentha Bitha Eunike; Tedi Tri Wibowo
Jurnal Sitakara Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sitakara
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sitakara.v5i2.4776

Abstract

AbstrakMusik memiliki makna dalam pelaksanaan ibadah Agama Hindu dikarenakan musik adalah simbol pemujian terhadap Sang Yhang Whidi (Tuhan Pencipta Alam semesta). Shri Mariamman adalah Kuil yang berlokasi di Kota Medan. Bhajan Muruga merupakan lagu (mantra) renungan guna memuja dewa-dewi mereka ketika melakukan ibadah. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan makna musik pada pelaksanaan ibadah Agama Hindu di Kuil Shri Mariamman, Medan, Sumatera Utara. Metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif digunakan sebagai cara untuk menjelaskan hasil penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini menetapkan informan yang terlibat maupun yang tidak terlibat secara langsung. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa peran musik dalam ibadah umat agama Hindu sebagai sarana beribadah kepada Sang Yhang Whidi, Musik dijadikan sebagai bentuk pengiring nyanyian yang disebut dengan mantra sebagai doa-doa pemujaan. Makna yang terkandung di dalamnya adalah Nyanyian yang diiringi dengan musik menandakan pemujaan yang tulus, sungguh sungguh, penambah semangat, memuja, penyampaian doa dan rasa syukur umat Hindu kepada Sang Yhang Whidi. Kata kunci: Fungsi, makna, musik, ibadah, Shri Mariamman.
Penggunaan Media Audiovisual dalam Pengajaran Musik Wiflihani Wiflihani
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 5, No 1 (2021): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2021
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (719.985 KB) | DOI: 10.24114/gondang.v5i1.24421

Abstract

This article aims to explain the use of audiovisual media in learning music. To carry out teaching through audiovisual media, it is necessary to prepare a learning unit, choose the correct audiovisual media and adjust it to a musical instrument or teaching topic, to know the duration of the audiovisual media, which must be adjusted to the lesson hours. To prepare students, they are given a general explanation of the contents of the learning video, then they play back and prepare the equipment for a smooth learning experience. Follow-up: After watching a film or video, the teacher also did examples of playing music, thinking, and asking questions to students to find out how well the students understood the material.