Yekti Wirawanni
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT, KONSUMSI TOTAL ENERGI, KONSUMSI SERAT, BEBAN GLIKEMIK DAN LATIHAN JASMANI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 IMMAWATI, FITRI ROHMATILLAH; WIRAWANNI, YEKTI
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 2, No 3 (2014): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.308 KB) | DOI: 10.14710/jnh.2.3.2014.%p

Abstract

Abstrak Latar Belakang : Prevalensi Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 meningkat secara epidemologis di seluruh dunia. Pola makan dan pola hidup santai merupakan faktor resiko Diabetes Mellitus Tipe 2. Tujuan: Menjelaskan hubungan konsumsi karbohidrat, konsumsi total energi, konsumsi serat, beban glikemik, frekuensi latihan jasmani dan durasi latihan jasmani dengan kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam postprandial. Metode: penelitian belah lintang dengan 46 pasien DM sebagai subyek penelitian. Subyek penelitian ini terdiri atas 17 orang laki ? laki dan 29 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit DR. Kariadi Semarang selama bulan Febuari ? Maret 2008. Data konsumsi makanan diperoleh dengan formulir frekuensi makan semi kuantitatif dan recall. Data latihan jasmani diperoleh dengan kuesioner. Data kadar glukosa darah diperoleh dari rekam medik. Analisis data menggunakan korelasi Pearson Product Moment dan  Regresi Linear Berganda. Hasil: Sebagian besar (76,1%) subyek mempunyai kadar glukosa darah puasa termasuk kategori tinggi. Sebagian besar (78,3%) subyek mempunyai kadar glukosa darah 2 jam postprandial termasuk kategori tinggi. Terdapat hubungan bermakna dengan kadar glukosa darah puasa pada konsumsi karbohidrat (r: 0,638, p: 0,000), konsumsi total energi (r: 0,539, p:0,000), konsumsi serat (r: -0,670, p:0,000), beban glikemik (r: 0,345, p:0,019) , frekuensi latihan jasmani (r: -0,561, p:0,000) dan durasi latihan jasmani (r: -0,393, p:0,007). Terdapat hubungan bermakna dengan kadar glukosa darah 2 jam postprandial pada konsumsi total energi (r: 0,673, p:0,000), konsumsi serat (r: -0,638, p:0,000), beban glikemik (r: 0,775, p:0,000) , frekuensi latihan jasmani (r: -0,482, p:0,001) dan durasi latihan jasmani (r: -0,393, p:0,007). Kesimpulan: Konsumsi karbohidrat berhubungan positif dengan kadar glukosa darah puasa. Konsumsi total energi dan beban glikemik berhubungan positif dengan kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam postprandial. Konsumsi karbohidrat, konsumsi total energi, konsumsi serat, beban glikemik, frekuensi latihan jasmani dan durasi latihan jasmani secara bersama ? sama mempengaruhi 69,7% kadar glukosa darah puasa. Konsumsi total energi, konsumsi serat, beban glikemik, frekuensi latihan jasmani dan durasi latihan jasmani secara bersama ? sama mempengaruhi 71,3% kadar glukosa darah 2 jam postprandial. Kata Kunci: Konsumsi karbohidrat, total energi, serat, beban glikemik, latihan jasmani, kadar glukosa darah, Diabetes Mellitus Tipe 2.
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN PENAMBAHAN PEMBERIAN MINYAK, SANTAN, IKAN, DAN KACANG KACANGAN UNTUK MENINGKATKAN STATUS GIZI ANAK Wirawanni, Yekti; Puruhita, Niken; Sukmaningtyas, Hermina
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 1, No 1 (2013): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.745 KB) | DOI: 10.14710/jnh.1.1.2013.%p

Abstract

ABSTRAKLatar belakang : Status gizi anak ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain makanan pendamping ASI(MPASI) yang mengandung kalori dan protein yang cukup dan diberikan mulai umur 4 bulan. MPASI inisering diberikan dalam jumlah dan kualitas yang kurang, karena ketidaktahuan ibu tentang MPASI yangbergizi.Tujuan : Untuk melihat adanya perbedaan kandungan energi dan protein MPASI serta status gizi bayisebelum dan sesudah penyuluhan. Penyuluhan diberikan kepada ibu-ibu balita untuk meningkatkan kaloridan protein. Makanan pendamping ASI dengan menambahkan minyak, santan, ikan dan kacang-kacanganpada Makanan Pendamping ASI yang diberikan untuk anak.Metode: Rancangan penelitian ini adalah pre- and post-test design dengan sampel sebanyak 20 orang ibukeluarga nelayan yang menpunyai  anak usia 0-2 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancaraberdasarkan kuesioner. Berat badan ditimbang dengan dacin, sedangkan panjang anak diukur denganmeteran pada saat posyandu. Status gizi anak dinilai dengan antropometri dengan menggunakan batasanz-score ? 2 SD dari buku WHO-NCHS. Uji statistik dengan Wilcoxon Signed rank test dengan batasankemaknaan 0,05.Hasil : Kandungan energi  MPASI rata-rata 312,8 kal/hari dan protein 9,69 gram/hari. Anak nelayan diRW I,II,III Kelurahan Bandarhardjo rata-rata berada dalam keadaan gizi yang baik dengan rerata z scoretinggi badan menurut umur, berat badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan lebih besardari -2SD.Simpulan : Terdapat peningkatan kandungan energi, protein, z score berat badan menurut tinggi badansebelum dan setelah penyuluhan, namun tidak bermakna. Sedangkan z score tinggi badan menurut umurada peningkatan bermakna (p=0,03)Kata kunci : Status gizi, Makanan Pendamping ASI, keluarga nelayan
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI BAYI USIA 1 – 6 BULAN PERTIWI, ARIES DIAN; WIRAWANNI, YEKTI
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 2, No 1 (2014): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnh.2.1.2014.%p

Abstract

Background :  Exclusive breastfeeding related to infection and nutritional status of infant. Mothers are represent people who care taken of infant as exclusive breastfeeding. The factors which influence mother to breastfeeding are education, knowledge and mother?s occupation. The  aim of this study to know correlation between mother?s characteristic include education, knowledge and mother?s occupation with duration of exclusive breastfeeding, and to know correlation between duration of exclusive breastfeeding with infection and nutritional status 1-6 months old infants, and also to know correlation between infection frequency and duration of infection with nutritional status 1 -6 months old infants.Design :  This study was an observational with cross sectional design. Samples were infant ages 1-6 months at the work area of Bugangan in East Semarang's public health center, for criteria that samples had not exclusive breastfeeding and samples lived together with the respondent. The respondents were the biological mother of the samples. Minimally samples were 40 infants, using simple random sampling. The data of education, knowledge, mother?s occupation , duration of exclusive and infection collected by interview with respondent. The data of nutritional status of infant was refered to t he index of weight by age (W/A) compared to standart of Z-score WHO NCHS. The programe of SPSS version 11,5 was used to analyze of data. Rank Spearman's was used to examine its correlation.Result :  More than a half of mother's education and knoeledge level was good category. Most of mothers (65 %) didn't work. Most of duration of exclusive breastfeeding was relatively short time  (1,6 ± 1,12 months)  , so that the samples inclined for suffering the infection and this would influence the nutritional status.  There were not any correlation between mother's education (r= 0,194 ; p= 0,232), mother's knowledge (r= 0,156 ; p= 0,337) and mother?s occupation (r= 0,077 ; p= 0,635) with duration exclusive breastfeeding. There were any correlation between duration exclusive breastfeeding with infection frequency  (r= -0,376 ; p= 0,017) and duration of infection (r= -0,486 ; p= 0,001). There was correlation between duration exclusive breastfeeding with nutritional status (r= 0,321 ; p= 0,043). There were correlation between infection frequency (r=  -0.413 ; p=0,008) and duration of infection (r= -0,341 ; p=0,031) with nutritional status.Conclution :  Mother's education, knowledge and occupation were not correlation with duration exclusive brestfeeding. The  longer exclusive breastfeeding the lower for a chance of infection occurrence. Infants whose gets longer exclusive breastfeeding have better nutritional status.Recomand :  To increase the knowledge about the exclusive breastfeeding, infection and nutritional status. And also important to do study about the factors which influence exclusive breastfeeding such as mother's psychology, social economy, environment, media information, and also mother's and infants health condition.Keyword : exclusive breastfeeding, nutritional status, infection, mother?s characteristic. AbstrakLatar belakang : Pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan penyakit infeksi dan status gizi. Ibu  merupakan orang yang paling berpengaruh dalam pengasuhan anak termasuk pemberian ASI. Faktor yang mempengaruhi pemberia ASI eksklusif antara lain pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu meliputi pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan ibu dengan lama pemberian ASI eksklusif, mengetahui hubungan lama pemberian ASI eksklusif dengan penyakit infeksi dan status gizi bayi usia 1-6 bulan.0Metode :  Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional.  Sampel adalah bayi usia 1  ?  6 bulan diwilayah kerja Puskesmas Bugangan Semarang Timur, dengan kriteria sampel sudah tidak ASI eksklusif dan sampel tinggal serumah dengan responden.  Responden adalah ibu kandung dari sampel.  Besar minimal sampel adalah 40 bayi, menggunakan  sample random sampling. Pengambilan data karakteristik ibu, lama pemberian ASI dan penyakit infeksi dilakukan dengan wawancara kepada responden. Data status gizi ditentukan dengan indeks BB/U (Z-score WHO_NCHS) dimana berat badan diambil dengan cara penimbangan berat badan pada bayi. Analisis data menggunakan program SPSS versi 11,5. Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan 2 variabel menggunakan Rank Spearman?sHasil :  Lebih dari separuh pendidikan dan pengetahuan ibu sudah cukup baik. Sebagian besar ibu (65 %) tidak bekerja. Rata-rata lama pemberian ASI eksklusif relatif pendek (1,6 ± 1,12 bulan), sehingga sampel cenderung mengalami penyakit infeksi yang akan mempengaruhi status gizi. Tidak ada hubungan  pendidikan ibu (r= 0,194 ; p= 0,232), pengetahuan ibu (r= 0,156 ; p= 0,337) dan pekerjaan ibu (r= 0,077 ; p= 0,635) dengan lama pemberian ASI.  Ada hubungan lama pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi kejadian sakit (r=  -0,376 ; p= 0,017) dan lama kejadian sakit (r=  -486 ; p= 0,001). Ada hubungan lama pemberian ASI eksklusif status gizi (r= 0,321 ; p= 0,043). Ada hubungan frekuensi sakit (r= -0,413 ; p= 0,008) dan lama kejadian sakit (r= -0,341; p= 0,031) dengan status gizi.Kesimpulan : Pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan lama pemberian ASI eksklusif. Semakin lama pemberian ASI eksklusif semakin rendah kemungkinan terjadinya penyakit infeksi. Bayi yang lebih lama diberi ASI eksklusif mempunyai status gizi yang lebih baik.Saran :  Meningkatkan pemahaman ibu tentang pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi dan status gizi serta perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif seperti  faktor psikologi ibu, sosial ekonomi, lingkunan dan media informasi serta keadaan kesehatan ibu dan bayi.Kata kunci : ASI eksklusif, status gizi, penyakit infeksi dan karakteristik ibu.
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN BERDASARKAN STATUS OBSTETRIKUS IBU WIRAWANNI, YEKTI
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 2, No 2 (2014): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.141 KB) | DOI: 10.14710/jnh.2.2.2014.%p

Abstract

Abstrak   Latar belakang: Pasangan usia subur merupakan salah satu sasaran dari gerakan keluarga berencana nasional dalam menggapai terwujudnya pembudayaan norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi lebih difokuskan pada sasaran ibu hamil, sementara kelompok lain yang termasuk kelompok wanita pasangan usia subur (PUS) belum ditangani. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin masa reproduksi/ibu pasangan usia subur (PUS ) berdasarkan status obstetrikusnya. Metode: Penelitian ini bersifat diskriptik dengan pedekatan belah lintang, dan dilakukan pada semua ibu usia subur yang bertempat tinggal di dua desa di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah dan Kabupaten Lombok Timur di Nusa Tenggara Barat. Sampel penelitian adalah semua ibu yang anaknya menjadi indeks penelitian tentang hubungan seng dengan pertumbuhan anak. Data primer didapat dari pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan spectophotometer dalam satuan g/dl. Status obstetrikus dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan komputer PC SPSS. Hasil dan Simpulan: Dua koma tiga persen ibu PUS mempunyai kadar Hb < 8 gr/dl, 37,1% < 11 gr/dl dan 64,6% < 12 gr/dl. Kelompok ibu dengan GPA lebih banyak cenderung mempunyai kadar Hb lebih rendah. Kadar Hb rata-rata ibu hamil lebih rendah dari ibu yang tidak hamil. Kadar ibu dalam keadaan menyusui cenderung lebih tinggi dari yang tidak menyusui. Kadar Hb ibu yang mengikuti keluarga berencana lebih tiggi dari yang tidak ber-keluarga berencana. Kadar Hb ibu pengguna kontrasepsi hormonal lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi non hormonal, namun secara statistik tidak bermakna.Kadar Hb ibu pengguna kontrasepsi hormonal lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi non hormonal, namun secara statistik tidak bermakna. Kata kunci: Kadar hemoglobin, ibu masa repoduksi, status obstetrikus.
PERBEDAAN STATUS GIZI, UREUM DAN KREATININ PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN DIABETES MELITUS DAN NON DIABETES MELITUS DI RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Chadijah, Siti; Wirawanni, Yekti
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 1, No 1 (2013): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.79 KB) | DOI: 10.14710/jnh.1.1.2013.%p

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang : Malnutrisi sering terjadi pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) dengan Diabetes Melitus (DM) atau Non Diabetes Melitus (DM) yang merupakan bagian dari progresifitasgagal ginjal. Penilaian status gizi pada pasien GGK dianjurkan untuk melihat beberapa parameterdiantaranya adalah biokimiawi (Albumin, hemoglobin dan ureum/kreatinin), pemeriksaan klinis,dan antropometri (LLA).Tujuan : Mengetahui perbedaan status gizi, ureum dan kreatinin pasien GGK dengan DM danNon DM di ruang rawat inap RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Metode : Merupakan penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional. Dilaksanakanpada bulan Desember 2010 ? Januari 2011 dengan metode purposive sampling. Populasi dalampenelitian ini adalah pasien GGK dengan DM dan Non DM di ruang inap RSUD dr. ZainoelAbidin Banda Aceh dengan jumlah responden sebanyak 12 orang yang diperoleh dengan kriteriainklusi. Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini pita LLA untuk mengukur lingkar lenganatas, dan catatan rekam medik pasien untuk melihat hasil laboratorium Albumin, Hemoglobin,ureum dan kreatinin. Semua data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik. Analisisdeskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran karakteristik variabel.Hasil : Nilai median LLA pasien GGK dengan DM 24,5 dan pasien GGK Non DM 28, nilaiMedian albumin pasien GGK dengan DM 3,1 dan pasien GGK Non DM 3,3, nilai Medianhemoglobin pasien GGK dengan DM 6,7dan pasien GGK Non DM 7,7, nilai Median ureumpasien GGK dengan DM 119 dan pasien GGK Non DM 149,5, nilai Median kreatinin pasien GGKdengan DM 6,0 dan pasien GGK Non DM 8,8Simpulan: Status gizi berdasarkan LLA, albumin, hemoglobin, dilihat dari nilai median lebihrendah/buruk pada pasien GGK dengan DM dibandingkan dengan pasien GGK Non DM, namundari nilai ureum dan kreatinin pasien GGK dengan DM lebih baik/rendah dibandingkan GGK NonDM.Kata kunci : LLA, Albumin, Hemoglobin, ureum/kreatinin, GGK dengan DM dan non DM
PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK (RED YEAST RICE) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA WANITA PREDIABETES Sulistyaning, Afina Rachma; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 2, No 4 (2013): Oktober 2013
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.746 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v2i4.3736

Abstract

Latar Belakang : Manajemen DM efektif dilakukan pada tahap awal sebelum timbul gejala atau prediabetes. Prediabetes ditandai dengan kadar glukosa darah puasa (GDP) mencapai 100 - 125 mg/dl. Angkak merupakan beras hasil fermentasi oleh kapang Monascus purpureous yang dikaitkan dengan perbaikan toleransi glukosa dan penurunan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian angkak terhadap kadar GDP pada wanita prediabetes.  *)Penulis Penanggungjawab Metode : Jenis penelitian adalah true experiment dengan pre test-post test design. Subjek penelitian adalah karyawati kantor BPPT, Bappeda, BPS, dan yayasan Pangudi Luhur Kota Semarang yang diambil secara purposive sampling sebanyak 28 orang dan dibagi menjadi 2 kelompok secara simple randomization. Kelompok perlakuan diberi angkak 5,4 gram selama 14 hari, sedangkan kelompok kontrol diberi air filtrasi beras sangrai. Pengukuran kadar GDP dilakukan sebelum dan setelah intervensi dengan metode spektrofotometri. Asupan makan subjek sebelum intervensi diperoleh dengan metode food recall 3x24 jam dan selama intervensi dengan metode food recall 5×24 jam. Analisis statistik menggunakan Independent sample t-test, Mann-Whitney test, Paired t-test, korelasi dan regresi linear. Hasil : Kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar GDP yang bermakna (p=0.006) sebesar 9.14±10.48 mg/dl sedangkan kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 1.35±7.39 mg/dl. Secara statistik, terdapat perbedaan perubahan kadar GDP antara kelompok perlakuan dan kontrol yang bermakna (p=0.005).Simpulan : Terdapat penurunan kadar GDP yang bermakna setelah pemberian 5,4 mg angkak selama 14 hari.
PENGARUH PEMBERIAN SELAI KACANG TANAH DENGAN SUBSTITUSI BEKATUL MERAH TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES Chelzea, Verhoeven; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 4, No 4 (2015): Oktober 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.402 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i4.10120

Abstract

Latar Belakang: Diabetes mellitus menjadi penyakit mematikan nomer 3 di dunia menurut WHO. Salah satu cara menanggulangi yaitu dengan terapi diet (diet tinggi serat dan antioksidan). Beberapa bahan makanan dengan tinggi serat dan antioksidan ialah kacang tanah dan bekatul merah. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh selai kacang tanah dengan substitusi bekatul merah terhadap kadar glukosa darah pada tikus diabetes.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan rancangan pre-post test randomized control group design dan termasuk dalam ruang lingkup gizi biomedik. Sampel sebanyak 12 ekor tikus putih jantan strain Wistar, berusia 2-3 bulan, berat badan ±200 gr, sehat, lincah, dan mengalami diabetes. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Seluruh tikus diinduksi aloksan secara intraperitoneal dengan dosis Aloksan 120 mg/kg BB yang diberikan sebanyak 1 kali. Kelompok perlakuan diberikan selai kacang tanah substitusi bekatul merah 10 gram secara sonde dan 10 gram BR2 secara oral selama 14 hari. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dan analisis statisitik menggunakan uji independent t-test dan paired t-test.Hasil : Kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar glukosa darah yang bermakna (p=0,004) sebesar 29.17±14.30 mg/dl, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 2.17±5.15 mg/dl. Secara statistik terdapat perbedaan perubahan kadar glukosa darah antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang bermakna (p = 0.001).Kesimpulan : Konsumsi 10 gram selai kacang tanah substitusi bekatul merah selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus jantan galur Wistar yang diabetes secara signifikan
PERBEDAAN PENGARUH ASUPAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea) REBUS DAN PANGGANG TERHADAP KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA WANITA DISLIPIDEMIA Angelina, Fransiska; DK, Kusmiyati; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 3, No 2 (2014): April 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.52 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i2.5117

Abstract

LatarBelakang : Hiperurisemi dipengaruhi oleh keadaan dislipidemia dan asupan purin. Kondisi dislipidemia mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim GA3PDH (Glyceraldehyde 3 phospate dehydrogenase) yang menyebabkan terjadinya diversi ribose-5-phospate menjadi PRPP (phosphoribosyl pyrophosphate). PRPP lalu ditransformasi menjadi inosine monophosphate (IMP). Dari senyawa perantara yang berasal dari adenosine monophosphate (AMP) dan guanosine monophosphate (GMP), purinic nucleotides digunakan untuk sintesis DNA dan RNA, dilanjutkan dengan  inosinyang kemudian akan mengalami degradasi menjadi hipoxantin, xantindan akhirnya menjadiasam urat. Asupan purin yang berlebihan seperti kacang tanah juga dapat meningkatkan kadar asam urat darah. Penelitianinibertujuanuntukmengetahuiperbedaan pengaruhasupan kacang tanah rebus dan panggang pada wanita dislipidemia.Metode : Jenis penelitian adalah true experiment dengan rancangan pre test – post test. Subjek adalah 22 wanita dislipidemia dengan kadar kolesterol LDL  ≥ 130 mg/dl,  HDL ≤ 40 mg/dl dan kadar asam urat normal 2,4-6,1 mg/dl. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok dengan metode simple randomization, yang terdiri atas kelompok perlakuan pertama dan kelompok perlakuan kedua, masing-masing kelompok terdiri dari 11 subjek. Kelompok perlakuan pertama mendapatkan kacang tanah rebus sebanyak 77 gram/hari dan kelompok perlakuan kedua mendapatkan kacang tanah panggang sebanyak 77 gram/hari. Pemberian kacang tanah rebus dan panggang dilakukan selama 4 minggu. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. Analisis statistik menggunakan uji dependent t-test dan independent t-test.Hasil : Rerata kadar asam urat sebelum intervensi pada kelompok rebus yaitu 3,94 mg/dl dan pada kelompok panggang 4,45mg/dl. Rerata kadar asam urat  setelah intervensi pada kelompok rebus yaitu 4,79 mg/dl dan pada kelompok panggang 4,41mg/dl. Ada perubahan rerata kadar asam urat darah setelah diberikan kacang rebus (p=0,002). Tidak ada perubahan rerata kadar asam urat darah setelah diberikan kacang panggang (p=0,851).Kesimpulan : Ada perbedaan pengaruh konsumsi kacang tanah rebus dan panggang terhadap kadar asam urat darah pada wanita dislipidemia. Ada perubahan rerata kadar asam urat darah setelah diberikan kacang tanah rebus (p=0,002).
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI GLUTEN, KASEIN, DAN ASUPAN SERAT DENGAN POLA DEFEKASI ANAK AUTIS Hertanti, Alsha Listyobudi; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.392 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6880

Abstract

Latar Belakang : Gangguan pencernaan dan abnormal konsistensi feses dilaporkan semakin meningkat oleh para orang tua dari anak autis. Makanan yang mengandung gluten dan kasein dapat memicu pengaktifan respon sistem imun mukosa usus dan menyebabkan timbulnya abnormal mikroflora usus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi konsumsi gluten, kasein, dan asupan serat, dengan pola defekasi pada anak autis. Metode : Penelitian observasional dengan design cross-sectional yang dilakukan di SLB Negeri dan SLB Kasih Bahagia Tarakan. Jumlah sampel sebanyak 30 dan dipilih dengan metode consecutive sampling. Hasil :  Penderita autis lebih banyak ditemukan pada laki-laki (83,3%) dibandingkan perempuan. Sebagian besar frekuensi konsumsi gluten termasuk dalam kategori kadang (33,3%), dan kasein dalam kategori tidak pernah (33,3%). Rata-rata asupan serat 19,9 gram/hari dan sebagian besar asupan serat subjek kurang (63,3%). Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek (63,3%) memiliki frekuensi defekasi yang tidak normal dan konsistensi feses yang keras (73,3%). Hasil uji korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi gluten dan kasein dengan frekuensi defekasi dan konsistensi feses (p>0.05). Ada hubungan antara asupan serat dengan frekuensi defekasi (r=0.468, p=0.009). Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan konsistensi feses (r=0.837, p=0.000). Simpulan : Tidak terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi gluten dan kasein dengan frekuensi defekasi dan konsistensi feses. Terdapat hubungan antara asupan serat dengan frekuensi defekasi dan sangat signifikan dengan konsistensi feses.
PERBEDAAN PENGARUH KACANG TANAH (ARACHIS HYPOGAEA) REBUS DAN PANGGANG TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL, HDL PADA WANITA OVERWEIGHT - OBESITAS Stefiani, Denada; Wirawanni, Yekti
Journal of Nutrition College Vol 3, No 1 (2014): Januari 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.501 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i1.4604

Abstract

Latar Belakang : Overweight adalah suatu kondisi dimana terjadi berat badan berlebih bila diukur berdasarkan tinggi badan sedangkan obesitas adalah suatu kondisi dimana terjadi akumulasi jaringan lemak yang berlebih. Klasifikasi overweight dan obesitas menurut WHO berdasarkan kriteria Asia Pasifik secara berturut-turut yaitu ≥ 23.00 kg/m2 dan > 25.00 kg/m2. Overweight dan obesitas ini berpengaruh terhadap tingginya kadar kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL. Kacang tanah mengandung MUFA, PUFA, dan serat yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol LDL dan HDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh kacang tanah rebus dan panggang terhadap kadar kolesterol LDL dan HDL pada wanita overweight-obesitas.Metode : Jenis penelitian adalah true experimental dengan rancangan randomized pre-post group design. Subyek adalah 16 wanita overweight - obesitas dengan kadar kolesterol LDL ≥ 130 mg/dl dan atau kadar kolesterol HDL ≤ 60 mg/dl. Subyek dibagi ke dalam 2 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan 1 mendapatkan intervensi kacang tanah rebus dan kelompok perlakuan 2 mendapatkan kacang tanah panggang. Tiap kelompok mendapatkan intervensi kacang tanah sebanyak 77 gram selama 4 minggu. Kadar kolesterol LDL dianalisis menggunakan metode perhitungan rumus Friedawald dan kadar kolesterol HDL dianalisis menggunakan metode phosphotungstic precipilation. Pengambilan darah subyek dilakukan setelah subyek berpuasa selama 10 jam. Data yang diperoleh diuji normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk setelah itu dianalisis menggunakan uji paired t-test, Mann-Whitney, independent t-test, dan Wilcoxon. Hasil : Pemberian kacang tanah rebus dan panggang sebanyak 77 gram selama 4 minggu berturut-turut menurunkan kadar kolesterol LDL sebesar 4.12±16.40 mg/dl (p>0.05) dan 24.15±25.07 mg/dl (p<0.05). Tidak terdapat perbedaan penurunan kadar LDL antara kedua kelompok (p>0.05). Pemberian kacang tanah rebus dapat menurunkan kadar HDL sebesar 3.87±7.71 mg/dl (p>0.05) sedangkan kacang tanah panggang dapat meningkatkan kadar HDL sebesar 2.00±6.09 mg/dl (p>0.05). Tidak terdapat perbedaan peningkatan kadar HDL antara kedua kelompok (p>0.05).  Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan penurunan kadar kolesterol LDL dan peningkatan kadar kolesterol HDL antara kedua kelompok perlakuan (p>0.05).