Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Perbaikan Teknik Kultur Embrio Kelapa Kopyor (Cocos nucifera L.) Asal Sumenep Jawa Timur Melalui Penambahan Bahan Aditif dan Pengujian Periode Subkultur , Sukendah; , Sudarsono; , Witjaksono; Nurul Khumaida
Indonesian Journal of Agronomy Vol. 36 No. 1 (2008): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.721 KB) | DOI: 10.24831/jai.v36i1.1340

Abstract

The success of culturing of "Kopyor" coconut (matured coconut with broken meat particles due to abnormal formation of endosperm) through embryo culture depends on the medium used.  A revised protocol on medium embryo culture was done to increase embryo germination and plantlet production of kopyor coconut obtained from Sumenep.  Embryos excised from mature nuts were cultured in solid Eeuwens basal media supplemented with 150 ml coconut water, 150 ml coconut milk, 50 mg/l thio-urea, and 100 mg/l thio-urea. Germinating embryos were transferred to solid Eeuwens basal media containing 100, 150, and 200 ml/l coconut water.  Subsequent transfers of the germinating embryos to fresh media to complete seedling development were done at different periods of subculture, i.e., 1, 2, 3, and 4 months. The highest viability of kopyor embryo was shown by 150 ml/l coconut water, about 95% embryos in this medium germinated. At plantlet phase, addition of coconut water did not give a positive result to the growth of kopyor plantlets.  However, coconut water could increase the complete plantlet, i.e., plantlet with shoot and good root. Growth and number of kopyor plantlets obtained were the best when the plantlets transferred into fresh medium every 2 months.   Key words:  Embryo culture, kopyor coconut, additive agents, period of subculture
PERUBAHAN ANATOMI DAUN PADA REGENERAN MANGGIS AKIBAT IRADIASI SINAR GAMMA IN VITRO Warid Ali Qosim; Roedhy Purwanto; G. A. Wattimena; , Witjaksono
Zuriat Vol 18, No 1 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i1.6745

Abstract

Tanaman manggis mempunyai laju fotosintesis rendah dan dapat diketahui secara tidak langsung melalui perubahan struktur anatomi daun manggis in vitro. Tujuan penelitian untuk mempelajari perubahan anatomi daun manggis in vitro akibat iradiasi sinar gamma. Sampel daun berasal dari 21 regeneran mutan dan satu kontrol yang sudah diseleksi. Struktur anatomi daun diamati dengan membuat irisan paradermal dan transversal. Irisan paradermal dibuat mengikuti metode sediaan utuh (whole mount) dan diwarnai dengan safranin 1%, sedangkan irisan transversal dibuat dengan mengikuti metode parafin. Daun disayat menggunakan mikrotom putar dengan tebal 10 μm, kemudian diwarnai dengan safranin 1% dan fastgreen 0.5%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma dapat mempengaruhi perubahan anatomi daun baik pada irisan paradermal maupun transversal. Pada irisan paradermal, luas stomata regeneran mutan pada umumnya lebih besar dibandingkan regeneran kontrol. Regeneran mutan yang memiliki kerapatan dan indeks stomata yang lebih besar dibandingkan kontrol adalah regeneran R-5/2, R-5/3, R-5/4, R-10/4, R-15/3, R-25/1, R-30/1dan R-30/2. Pada irisan transversal, ketebalan kutikula adaksial regeneran mutan lebih tipis dibandingkan kontrol, kecuali regeneran R-5/1. regeneran R- 10/4, R-15/1, R-15/2, R-15/3 memiliki parenkim palisade, bunga karang dan lamina daun yang lebih tebal. Pada umumnya bunga karang dan jumlah berkas pembuluh lebih tebal dibandingkan regeneran kontrol.
Deteksi Molekular Mutan Manggis In Vitro denga Marka RAPD Warid Ali Qosim; R. Poerwanto; G. A. Wattimena; , Witjaksono
Zuriat Vol 18, No 2 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i2.6702

Abstract

Informasi variabilitas genetik sangat penting untuk menunjang program pemuliaan manggis. RAPD adalah marka molekuler yang dapat membantu dalam proses seleksi dalam program pemuliaan tanaman manggis.Tujuan penelitian adalah mempelajari variabilitas genetik akibat iradiasi sinar gamma. Dua puluh dua DNA regeneran manggis yang sudah diseleksi diamplifikasi menggunakan random praimer dalam mesin PCR. Praimer yang digunakan adalah SBH 13, SBH 18, SB 13, SB 12, dan SB 19. Pembuatan dendogram dilakukan dengan bantuan program NTSys-pc versi 2.1. Hasil analisis RAPD menunjukkan perubahan pita lima praimer acak berkisar 250−2000 pasang basa (pb). Praimer SB 19 menghasilkan jumlah pita paling banyak, sedangkan praimer SBH 13 menghasilkan jumlah pita paling sedikit. Berdasarkan dendogram analisis RAPD 22 regeneran mutan dan kontrol, nilai koefisien kemiripan genetik antara 0.60–0.91 (60%−91%) atau variasi genetik 9%− 40%. Pada nilai koefisien kemiripan genetik 60% terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok E berbeda dengan kelompok lainnya (A, B, C, D), sehingga secara keseluruhan kelompok regeneran mutan dan tanaman kontrol yang dianalisis menghasilkan lima kelompok utama.
PENGARUH BERMACAM-MACAM ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP EMBRIOGENESIS PADA JAHE Citra Bakti; G. A. Wattimena; , Witjaksono
Zuriat Vol 18, No 1 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i1.6752

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai macam zat pengatur tumbuh terhadap pembentukan dan regenerasi embriogenesis somatik jahe. Potongan membujur tunas in vitro yang mengandung meristem digunakan sebagai inokulum untuk  induksi kalus pada media dasar Murahige Skoog (MS) yang ditambahkan picloram, 2,4-D dan NAA dengan berbagai konsentrasi. NAA gagal menginduksi kalus, tetapi bisa digunakan untuk proliferasi tunas in vitro. Picloram dan 2.4-D dapat menginduksi pembentukan kalus dengan berbagai morfologi, tetapi kalus yang granular dan friabel diinduksi pada media dengan penambahan 10 mg/l−20 mg/l picloram. Kalus gagal beregenerasi menjadi planlet ketika dipindahkan ke media MS tanpa hormon atau pada media MS dengan penambahan BA atau thidiazuron. Meskipun begitu kalus granular secara individu dapat membentuk akar-akar sendiri yang mengindikasikan adanya satu kesatuan dari kalus tersebut. Pengamatan secara histologi membuktikan bahwa kalus yang terbentuk adalah embriogenik.
PEMBENTUKAN PLANLET MANGGIS DARI KALUS NODULAR IN VITRO Warid Ali Qosim; R. Poerwanto; G. A. Wattimena; , Witjaksono
Zuriat Vol 16, No 2 (2005)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v16i2.6771

Abstract

Pembentukan planlet manggis in vitro dapat dilakukan melalui kalus nodular yang berasal dari eksplan daun. Tujuan penelitian untuk mengembangkan protokol pembentukan planlet dari kalus nodular yang akan digunakan dalam menunjang pemuliaan mutasi in vitro manggis. Induksi kalus nodular dilakukan pada medium MS (Murashige & Skoog, 1962) yang diberi suplemen kombinasi 2.22 μM BAP (benzilaminopurin) dan 2.27 μM TDZ (thidiazuron), 1.39 μM polyvinylpyrolidon (PVP) 30 g.L–1 gula pasir, dan 8 g.L–1 agar, dengan perlakuan konsentrasi BAP (0.0; 1.1; 2.2; 3.3; 4.4) μM. Hasil penelitian menunjukkan medium WPM dengan perlakuan BAP konsentrasi 2.2 μM memperlihatkan persentase modul kalus membentuk tunas paling tinggi (34.7%), dengan rata-rata 7.8 tunas per kalus nodular, rata-rata 1.1 pasang daun, waktu pembentukan tunas 13.50 minggu dan rata-rata 11.06 tunas yang panjangnya 1-5 mm, rata-rata 2.61 tunas yang panjangnya 6– 10 mm dan rata-rata 0.61 tunas yang panjangnya > 10 mm.