Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Keinginan untuk Membayar Pembiayaan Kesehatan Pemerintah Kota pada Masyarakat Mampu di Kota Bandung arisanti, nita; Djuhaeni, Henni; Gondodiputro, Sharon; Setiawati, Elsa Pudji; Wiwaha, Guswan; Arya, Insi Farisa; Rinawan, Fedri
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 4 (2017): Volume 2 Nomor 4 Juni 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.16 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i4.12487

Abstract

Pembiayaan kesehatan diselenggarakan dengan prinsip ekuitas, artinya penduduk yang mampu akan membayar iuran/ premi secara penuh, dan masyarakat miskin dibayarkan oleh pemerintah. Banyak faktor yang memengaruhi keinginan untuk membayar (WTP). Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran keinginan masyarakat mampu membayar pembiayaan kesehatan dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian kuantitatif dilakukan pada Agustus – September 2011 terhadap 303 kepala keluarga yang tergolong  masyarakat mampu di Kota Bandung. Mampu dalam penelitian ini adalah penduduk tinggal di perumahan elite. Kriteria inklusi yaitu kepala keluarga, memiliti KTP Kota Bandung, bersedia diwawancara. Teknik pemilihan sampel menggunakan cluster sampling, dengan klaster adalah perumahan elit di Kota Bandung. Subjek di tiap klaster ditentukan secara proporsional systematic sampling. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan regresi logistik. Dari 303 responden, 54,9% yang memiliki asuransi, tidak ingin membayar dan 60% yang belum memiliki, ingin membayar pembiayaan kesehatan Pemkot Bandung. Sebagian besar masyarakat mampu hanya ingin membayar premi kurang dari Rp. 25.000 dengan berharap mendapatkan semua jenis pelayanan kesehatan. Agama dan pendidikan terakhir merupakan faktor yang menentukan secara bermakna keinginan membayar pembiayaan kesehatan. Rendahnya kesadaran responden untuk ikut serta program pembiayaan kesehatan Pemkot Bandung harus dapat diantisipasi pemerintah dengan lebih mendorong masyarakat dari semua golongan status sosial – ekonomi untuk mengikuti program pembiayaan kesehatan.Kata kunci: Keinginan, Kesehatan, Pembiayaan, Masyarakat mampu
KONSEP PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK PADA PENGOBATAN TRADISIONAL DI PROVINSI JAWA BARAT wiwaha, guswan; Jasaputra, Diana; Budiastuti, Niken; sarifudin, Sarifudin
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 1, No 1 (2015): Volume 1 Nomor 1 September 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.759 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v1i1.10337

Abstract

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk mengatur pembuatan obat tradisional yang baik agar dapat menjamin pemanfaatannya di masyarakat. Perlu diketahui apakah pengobat tradisional yang juga membuat serta memperjualbelikan obat tradisional menguasai konsep pembuatan obat tradisional yang baik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk menggali pengetahuan dasar dan ilmiah para pengobat tradisional yang selama ini menyediakan sendiri obat tradisional bagi pasien-pasiennya. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari focus groups discussion dengan responden pengobat tradisional dari eks-wilayah karesidenan Propinsi Jawa Barat yang ditentukan secara purposif. Hasil menunjukkan ada beberapa teknik pembuatan obat tradisional yang dijalankan tidak sesuai dengan Pedoman Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Disimpulkan bahwa masih ada penguasaan konsep pengobat tradisional yang salah mengenai pembuatan obat tradisional, untuk itu mereka harus dilibatkan dalam sosialisasi cara pembuatan obat yang baik.Kata kunci: pengobat tradisional, obat tradisional, cara pembuatan
Characteristic, Emotional, and Behavioral Problems of Street Adolescent in Bandung October–December 2012 Nurfitriani, Annisa; Pandia, Veranita; Wiwaha, Guswan
Althea Medical Journal Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Althea Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.762 KB)

Abstract

Background: Street adolescents were psychosocial problem that increased in number each year and was worsened by their low-moral subculture-value that could cause them more vulnerable in having emotional and behavioral problems. This study aims to describe the characteristics, emotional and behavioral problems of the street adolescent in Bandung.Methods: A descriptive study was carried out in October–December 2012. From 22 shelters in Bandung, two shelters (RPA GANK and Pesantren Kolong Nurul Hayat) were selected and organized into 4 areas: Cihampelas, ‘Samsat’, Laswi Street and Kiaracondong. A hundred-seven street adolescents aged 11 to 16 years were participated in this study. They were divided into small groups and filled in the sociodemographic questionnaire and the Indonesian version of standardized Strength and Difficulty Questionnaires (SDQ).  Only 100 questionnaires were filled in completely. Data were analyzed using frequency tabulation and bar chartResults: Sixty-five percent were boys, 53% were aged 11–13 years, and 53% were students, 76% related to more than one sibling, still lived with their families (81%), and had parents. Their parents had low educational background, had job, and implemented  authoritative parenting pattern (41%). In becoming street adolescent, 63% were caused by their own motivation, 81% were children on street, and 55% had lived in the street more than 5 years. Approximately 27% of street adolescents were rated as abnormal on the total difficulty score.  Conclusion: Street adolescent in Bandung still have emotional and behavioral problems, which mostly were boys, in the early adolescence stage, school student, had more than one sibling, permissive parenting pattern, and lived in the street for more than 5 years. [AMJ.2015;2(1):172–8]
Level of Knowledge about Hypertension in Cilayung Village District Jatinangor, Sumedang Qisthi, Dian; Wiwaha, Guswan; Martakusumah, Abdul Hadi; Setiawati, Elsa Pudji
Althea Medical Journal Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Althea Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.484 KB)

Abstract

  Background: Hypertension known as a silent killer because it is often asymptomatic and causes target organ damage. Prevention of hypertension and its complications are pharmacological and non-pharmacological therapy, making holistic knowledge of hypertension is paramount to establish good behavior. This is needed by hypertensive and non-hypertensive individuals. Therefore, the study was conducted to identify any knowledge level differences between hypertensive and non-hypertensive groups. Methods: Respondents were 116 Cilayung residents equally divided in hypertensive and non-hypertensive groups. Respondent’s blood pressure was measured and they completed questionnaires during October 2012. This is an observational analytic cross-sectional study with chi-square test.Results: The respondents’ characteristics in both groups dominated by females, aged 50-59 years, housewives, with elementary school background. Most respondents in both groups had sufficient knowledge about hypertension in general, but for knowledge about risk factors, treatment, and complications were still not enough. The result of the chi-square test was not significant with P=0.676. It was due to distributed health promotion and non-matched respondents’age.Conclusion: There is no difference in level of knowledge about hypertension between both groups in Cilayung.Keywords: Differences, hypertension, level of knowledge DOI: 10.15850/amj.v2n1.449 
Perubahan Kompensasi Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 Pada Pegawai Puskesmas Kota Cimahi Intania, Sekky; Sekarwana, Nanan; Wiwaha, Guswan
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 3, No 1 (2017): Volume 3 Nomor 1 September 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.897 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v3i1.13955

Abstract

Perubahan kompensasi pelayanan kesehatan Puskesmas berdasarkan Permenkes 28/2014 menimbulkan persepsi negatif berupa ketidakpuasan kerja di kalangan pegawai. Dugaan ketidakpuasan kerja ditunjukkan dengan adanya turnover kepala puskesmas sebanyak 38,46% di Kota Cimahi pada tahun 2014-2015. Penelitian dilakukan untuk menganalisis perbedaan kompensasi finansial sebelum dan sesudah penerapan Permenkes 28/2014 pada Pegawai Puskesmas di Kota Cimahi. Pada penelitian ini digunakan metode observasional dengan rancangan cross sectional. Telah dipilih 150 pegawai sebagai sampel secara stratified random sampling. Data kompensasi finansial sebelum dan sesudah penerapan Permenkes 28/2014 merupakan data sekunder dari Dinas Kesehatan. Kedua data dianalisis dengan uji komparatif rata-rata dua sampel berkorelasi Wilcoxon. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – November 2016 diseluruh puskesmas di Kota Cimahi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang siginfikan antara kompensasi finansial sebelum dan sesudah penerapan Permenkes 28/2014 pada Pegawai Puskemas. Adanya variabel daerah pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 dinilai baik.Kata kunci: Permenkes 28/2014, perubahan kompensasi, puskesmas
Analisis Kebijakan Dana Desa Untuk Pembangunan Kesehatan Di Kabupaten Malinau Dengan Pendekatan Segitiga Kebijakan Suarsih, Santi; Sunjaya, Deni Kurniadi; Setiawati, Elsa Pudji; Wiwaha, Guswan; Herawati, Dewi Marhaeni; Rinawan, Fedri
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 4 (2017): Volume 2 Nomor 4 Juni 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.886 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i4.12500

Abstract

Desa-desa di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara mempunyai sumber dana untuk pembangunan kesehatan bersumber APBD dan APBN, namun masalah kesehatan di Kabupaten Malinau masih tinggi. Pada tahun 2015, AKB yaitu 25 per 1000 kelahiran hidup dan AKI yaitu 229 per 100.000 kelahiran hidup. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kebijakan dana desa untuk pembangunan kesehatan di Kabupaten Malinau dari aspek konten, konteks, proses dan aktor.  Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus di 4 desa. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 26 responden yang terlibat dalam kebijakan dana desa. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2016 sampai januari tahun 2017.Kondisi geografis, mata pencaharian, kekerabatan dan status desa memengaruhi perspektif masyarakat dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Tidak adanya regulasi dan petunjuk teknis mengenai pelaksanaan pembangunan kesehatan di desa menyebabkan ketimpangan pembangunan kesehatan di Kabupaten Malinau. Tenaga kesehatan harus mampu mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan di desa. Prinsip swakelola dalam pelaksanaan kebijakan dana desa meningkatkan ekonomi masyarakat dan mengurangi pengangguran. Kebijakan dana desa telah dilaksanakan di Kabupaten Malinau, tetapi pemanfaatan untuk pembangunan kesehatan belum optimal. Diperlukan advokasi kepada pemerintah pusat untuk membuat regulasi alokasi dana desa untuk kesehatan. Tenaga kesehatan harus pro aktif dalam proses penyusunan kebijakan untuk mengungkit pembangunan kesehatan di desa.Kata Kunci : dana desa, Kabupaten Malinau,  segitiga analisis kebijakan
Prevalensi Penyakit Tidak Menular pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kota Bandung Tahun 2013-2015 Adhania, Cindy Cahya; Wiwaha, Guswan; Fianza, Pandji Irani
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 3, No 4 (2018): Volume 3 Nomor 4 Juni 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.32 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v3i4.18499

Abstract

Penyakit tidak menular (PTM) diprediksi akan meningkat. Di Indonesia, PTM mengalami baik peningkatan maupun penurunan. Adanya perbedaan antara prediksi dengan data dapat dikarenakan terbatasnya data terpublikasi sehingga kurang menggambarkan perkembangan terkini PTM. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perkembangan PTM di Indonesia, dibutuhkan data prevalensi PTM pada daerah tertentu, terutama di Kota Bandung. Tujuan penelitian yaitu mengetahui prevalensi PTM di Kota Bandung dan perkembangannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain studi potong lintang. Objek penelitian berupa laporan bulanan 1 (LB1) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) Kota Bandung tahun 2013, 2014, dan 2015. Penelitian dilakukan di Kota Bandung pada Bulan Februari 2016-November 2016. Hasil menunjukan bahwa prevalensi PTM di Kota Bandung pada tahun 2013, 2014, dan 2015 secara berurutan yaitu 25,35%, 23,21%, dan 26,98%. Kategori PTM yang meningkat diantaranya penyakit kelainan metabolik. Disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan prevalensi PTM di Kota Bandung dari tahun 2013 ke tahun 2015. Di masa mendatang, diperlukan data prevalensi PTM secara lebih menyeluruh dalam jangka waktu yang lebih lama untuk hasil yang lebih akurat.Kata kunci: Bandung, fasilitas kesehatan tingkat pertama, penyakit tidak menular, prevalensi
Pengembangan Registri Psikotik Berbasis Rumah Sakit pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Rahmini, Elsi; Sunjaya, Deni Kurniadi; Wiwaha, Guswan
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 4, No 1 (2018): Volume 4 Nomor 1 September 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.809 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v4i1.19181

Abstract

Registri psikotik dapat memberikan informasi tentang penyakit jiwa yang mudah diakses serta menjadi alat perencanaan perawatan dan penanganan pasien psikotik. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi potensi, menggali struktur registri dan membangun kerangka konsep registri psikotik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.Penelitian menggunakan desain kualitatif dengan paradigma konstruktivisme dan pendekatan riset operasional. Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam, Focus Group Discussion dan observasi pada 17 responden. Analisis data melalui koding, kategorisasi, penyusunan tema dan interpretasi data.Potensi registri psikotik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat terdiri dari komponen input dan process yaitu: kualitas SDM, SOP, jaringan, pembiayaan, data klinik awal, sarana penunjang (input); perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (process). Struktur registri berupa input yang terdiri dari kualitas SDM, SOP, software, jaringan, pembiayaan, serta data klinik awal. Kerangka konsep registri psikotik berupa perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga proses tersebut memerlukan input berupa kualitas SDM, SOP, software, jaringan, pembiayaan, data klinik awal dan sarana penunjang, output berupa data demografi, data administrasi dan data klinik. Outcome registri psikotik berupa manajemen klinik dan riset data informasi.Kerangka konsep yang dibangun dapat menjadi dasar implementasi riset. Registri psikotik yang dibangun akan mendukung kebijakan pengelolaan gangguan jiwa di Provinsi Jawa Barat dan nasional.Kata kunci: Pengembangan, Psikotik, Registri
Level of Knowledge about Hypertension in Cilayung Village District Jatinangor, Sumedang Dian Qisthi; Guswan Wiwaha; Abdul Hadi Martakusumah; Elsa Pudji Setiawati
Althea Medical Journal Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.484 KB)

Abstract

  Background: Hypertension known as a silent killer because it is often asymptomatic and causes target organ damage. Prevention of hypertension and its complications are pharmacological and non-pharmacological therapy, making holistic knowledge of hypertension is paramount to establish good behavior. This is needed by hypertensive and non-hypertensive individuals. Therefore, the study was conducted to identify any knowledge level differences between hypertensive and non-hypertensive groups. Methods: Respondents were 116 Cilayung residents equally divided in hypertensive and non-hypertensive groups. Respondent’s blood pressure was measured and they completed questionnaires during October 2012. This is an observational analytic cross-sectional study with chi-square test.Results: The respondents’ characteristics in both groups dominated by females, aged 50-59 years, housewives, with elementary school background. Most respondents in both groups had sufficient knowledge about hypertension in general, but for knowledge about risk factors, treatment, and complications were still not enough. The result of the chi-square test was not significant with P=0.676. It was due to distributed health promotion and non-matched respondents’age.Conclusion: There is no difference in level of knowledge about hypertension between both groups in Cilayung.Keywords: Differences, hypertension, level of knowledge DOI: 10.15850/amj.v2n1.449 
Characteristic, Emotional, and Behavioral Problems of Street Adolescent in Bandung October–December 2012 Annisa Nurfitriani; Veranita Pandia; Guswan Wiwaha
Althea Medical Journal Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.762 KB)

Abstract

Background: Street adolescents were psychosocial problem that increased in number each year and was worsened by their low-moral subculture-value that could cause them more vulnerable in having emotional and behavioral problems. This study aims to describe the characteristics, emotional and behavioral problems of the street adolescent in Bandung.Methods: A descriptive study was carried out in October–December 2012. From 22 shelters in Bandung, two shelters (RPA GANK and Pesantren Kolong Nurul Hayat) were selected and organized into 4 areas: Cihampelas, ‘Samsat’, Laswi Street and Kiaracondong. A hundred-seven street adolescents aged 11 to 16 years were participated in this study. They were divided into small groups and filled in the sociodemographic questionnaire and the Indonesian version of standardized Strength and Difficulty Questionnaires (SDQ).  Only 100 questionnaires were filled in completely. Data were analyzed using frequency tabulation and bar chartResults: Sixty-five percent were boys, 53% were aged 11–13 years, and 53% were students, 76% related to more than one sibling, still lived with their families (81%), and had parents. Their parents had low educational background, had job, and implemented  authoritative parenting pattern (41%). In becoming street adolescent, 63% were caused by their own motivation, 81% were children on street, and 55% had lived in the street more than 5 years. Approximately 27% of street adolescents were rated as abnormal on the total difficulty score.  Conclusion: Street adolescent in Bandung still have emotional and behavioral problems, which mostly were boys, in the early adolescence stage, school student, had more than one sibling, permissive parenting pattern, and lived in the street for more than 5 years. [AMJ.2015;2(1):172–8]