Claim Missing Document
Check
Articles

SIMETRISITAS SEBAGAI KOSMOLOGI RUANG JAWA PADA RUMAH KOLONIAL DI KAMPUNG BUBUTAN SURABAYA (The Symmetricity of Colonial House as Javanese Space Cosmology at Kampung Bubutan Surabaya) Cahyani, Risqi; Wulandari, Lisa Dwi; Antariksa, Antariksa
Tesa Arsitektur Vol 12, No 2 (2014)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Symmetricity is part of the Javanese Cosmology that describes the perfection of Javanese. Symmetricity has been the main principle in Javanese house, not only in the façade of the house but olso the hierarchy of spatial inside. Kampung Bubutan is the ancient settlement experienced two phases of Government which strongly influenced the architectural character, which at the time became the Kingdom of Mataram (15th century) and the colonialism of the Netherlands (17th century up to the 19th century). The remains of the era of colonialism in Surabaya can still be felt by many colonial buildings surounding in the settlement. This study will explore how the principles of Javanese symmetricity in Kampung Bubutan colonial house, by using descriptive – qualitative methods. Can the Javanese symmetricity still become principal in colonial house and survive? The results shows that the symmetricity of fasade became decreased at the last peroide of 19th century, when the NA-Romantiek was popular. Spatial symmetricity at the colonial houses have inconsistancy since the beginning of 19th century until the early 20th century. The main hierarchy of the spatial Javanese House, which are pendopo (verandah), pringgitan (foyer), dalem (living room) and senthong (bedroom), have become inconsistence since the end of 19th century periode
Tipologi Dan Morfologi Rumah Tinggal Etnis Tionghoa Peranakan Di Desa Pasongsongan, Sumenep Cipta, Resty Linandi; Wulandari, Lisa Dwi; Antariksa, Antariksa
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.94 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2015.013.01.4

Abstract

The purpose of this study is to analyze typhology of half blood Chinese ethnic house by classifying the house element based on certain types, in order to obtain the thypology from micro side which is seen from roof thypology, column, floor, balustrade, console and the elements of openings in the form of doors, windows, bouvenlicht. Morphology from the micro side by analyzing the changes which is related with residential home element, meso by analyzing the changes and addition of sketch which is seen from space organization so the effect on changes in function, hierarchy, and circulation in the room. The existence of acculturation causing the Java style influence, China and the Netherlands in this house. The method used in this study is a qualitative descriptive by analyzing the physical condition of both residential and layout elements that can be produced by the characteristics of each typology and morphological findings.Key Word : Typology, morphology, the half blood Chinese ethnic
Struktur Konstruksi Arsitektur Tradisional Bangunan Tradisional Keda Suku Ende Lio Di Permukiman Adat Wolotolo Mukhtar, Mukhlis A.; Pangarsa, Galih Widjil; Wulandari, Lisa Dwi
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 11, No 1 (2013)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1534.315 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2013.011.01.2

Abstract

Traditional architecture of Ende Lio has its own characteristics in the form of the philosophy conceived by the shape of the building and closely relates with the socio-cultural setting of the community. The purpose of this research was to investigate the parts of the structure of the traditional building construction the Sao Keda, a traditional building symbol of indigenous tribes settlements Ende-Lio. The method used was descriptive analysis by way of exposing a wide range of data relating to traditional architecture Ende Lio and then analysing it based on the parts of the structure of the Sao as a single entity. The results concluded that the Sao Keda’s traditional architecture of The Ende Lio people had a diversity in the structure of its construction, starting from the structure of leke lewu (Foundation), the structure of the maga (floor), the structure of wisu (column), the structure of leke raja, mangu (noc pole) and the structure of jara (easel), which were all the parts of the structure of the building construction The Sao Keda of Ende Lio which had its own characteristic, form and function respectively.Keywords: traditional architecture, construction structure, Sao Keda, Ende Lio
COMMUNAL SPACE IN ISLAMIC ACTIVITY OF DUKUH KRAJAN, DESA KROMENGAN,KABUPATEN MALANG Winarni, Sri; Pangarsa, Galih Widjil; Antariksa, Antariksa; Wulandari, Lisa Dwi
Journal of Islamic Architecture Vol 2, No 3 (2013): Journal of Islamic Architecture
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, UIN Maliki Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1101.143 KB) | DOI: 10.18860/jia.v2i3.2463

Abstract

AbstractDukuh Krajan settlement is a one of the settlement that still hold and maintain the value of tradition, social and cultural  in the  daily and social life. Nowadays, the  phenomena that  happens in the  social-cultural community is the decrement of life pattern of the rural community consist of the value of togetherness and mutual cooperation. This transformation will affect changes of common space. It still needs a deeper research about the formed common spaces especially in the relation with Islamic activity in regular nor incidentally basis. With purpose so that the formed common space can be benficial to grow some communal senses and mutual cooperation in the next generation. The research using qualitative with rationalistic approach. With the data acquired from the filed observation and interview with social figure and the residence. Common space is a common area that formed from the participation of the residence. Space as a base of common life grow from the alliance by building those spaces for a joint interest. the physical room of the Islamic activity consist of two namely residence house Islamic activity and public facility Islamic activity. Those function can transform when the Islamic activity being held. Semi public spaces, semi private, and private will change into common space function. This is affected by the activity, user, time and the room atribute inside. The space application of one activity has a sequence which give the activity and the user a interpretation, in this case togetherness and communality. Keywords:  Common Space, Islamic Activity, Rural Settlement  AbstrakPermukiman Dukuh Krajan merupakan salah satu pedesaan yang  masih memegang dan mempertahankan nilai-nilai tradisi, sosial dan budaya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan sosial. Dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat  desa saat ini corak kehidupan masyarakat desa yang berupa nilai-nilai kebersamaan dan kegotong-royongan semakin menipis. Perubahan ini akan berpengaruh juga terhadap perubahan ruang- ruang komunal.   Untuk itu perlu diteliti lebih mendalam tentang ruang komunal yang terbentuk khususnya dalam kegiatan keislaman. Dengan tujuan agar ruang komunal yang terbentuk dapat bermanfaat untuk kepentingan sosial dan eksistensinya tetap ada dan terjaga dengan baik serta dapat bermanfaat dalam menumbuhkan rasa kebersamaan dan kegotong-royongan pada generasi berikutnya. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan rasionalistik. Dengan data-data diperoleh dari observasi lapangan  dan  wawancara  dengan  tokoh  masyarakat  dan  masyarakat  umum  setempat.  Ruang  komunal merupakan ruang bersama yang terbentuknya atas dasar partisipasi warga. Keruangan yang menjadi dasar dalam kehidupan bersama ditumbuhkan melalui kebersamaan dengan membuat ruang-ruang tersebut untuk kepentingan bersama. Ruang kegiatan keislaman fisik terbagi menjadi dua tempat yaitu kegiatan keislaman di tempat hunian warga dan kegiatan keislaman di fasilitas umum. Pada saat pelaksanaan kegiatan keislaman fisik ruang tersebut akan mengalami perubahan menjadi ruang komunal. Hal ini dipengaruhi oleh kegiatan atau aktivitas, pelaku, waktu, dan atribut ruang yang ada di dalamnya. Penggunaan ruang dalam suatu kegiatan memiliki suatu rangkaian yang menjadikan kegiatan dan pelakunya mempunyai makna, yaitu makna kebersamaan dan keguyuban. Kata Kunci: Ruang Komunal,Kegiatan Keislaman, Pemukiman Pedesaan
KARAKTERISTIK ORIENTASI RUMAH TRADISIONAL BUGIS (BOLA UGI) DI DUSUN KAJUARA KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN Hamka, ,; Antariksa, ,; Wulandari, Lisa Dwi
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.84 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i2.13832

Abstract

Permukiman tradisional identik dengan tradisi dan budaya masyarakat setempat di masing-masing daerah. Permukiman tradisional umumnya memiliki aturan terhadap pola dan tatanan rumah pada permukimannya sesuai dengan tradisi dan budaya setempat, salah satunya dalam hal orientasi rumah. Pola dan tatanan orientasi rumah tersebut juga terdapat pada permukiman di Dusun Kajuara, namun orientasi bola ugi yang ada di dusun ini memiliki karakteristik yang beragam. Dusun Kajuara merupakan permukiman yang berada di wilayah topografi perbukitan, namun sebagian dari wilayah permukimannya berada pada kondisi tanah datar. Pola permukiman di dusun ini umumnya berpola linier membentuk kelompok-kelompok permukiman yang mengikuti sirkulasi jalan desa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan karakakteristik orientasi bola ugi di Dusun Kajuara yang memiliki arah orientasi rumah yang beragam, berdasarkan pendekatan aturan adat dan tradisi masyarakat setempat. Metodelogi penelitian menggunakan metode kualitatif analisis deskriptif dengan teknik analisis komparatif terhadap beberapa kelompok permukiman. Hasil penelitian terhadap kelompok permukiman tersebut menunjukkan bahwa dasar munculnya orientasi bola ugi yang beragam adalah terkait dengan konsep orientasi rumah dapat menghadap ke arah empat penjuru mata angin. Arah orientasi rumah yang baik adalah menghadap timur dan barat dengan mempertimbangkan kondisi topografi letak rumah. Rumah yang berada pada topografi perbukitan umumnya akan berorientasi kearah tanah yang lebih tinggi, sedangkan yang berada pada kondisi tanah datar umumnya akan berorientasi ke jalan Traditional settlements are identical with tradition and cultural of local communities in each region. Traditional settlements generally have the rules in the pattern and order of houses in accordance with the traditions and culture. One of the considerations is the orientation of the houses. The orientation pattern and order of the houses can be found on settlements of Kajuara Village, however, the orientation of bola ugi in this village has diverse characteristics. Kajuara Village is a settlement in the area of hilly topography, but most of the territory of the settlement are on the flat ground conditions. The pattern of settlement in this village generally has linear patterned which formed groups of settlements followed the circulation path. The purpose of this study was to determine and explain the characteristics of orientation bola ugi in Kajuara Village which has a diverse of houses orientation. The condition based on customs rules and traditions of the local community. The research methodology used qualitative descriptive analysis with comparative technique. The results showed that the diversity of bola ugi orientation is associated with the houses orientation concept, which can be facing four directions of cardinal directions. The best direction of houses is by facing east and west and by considering the condition topography. Houses that located on hilly topography generally oriented towards higher ground, while those in the flat ground conditions generally will be oriented to the street.REFERENCESHasan, & Prabowo. (2002). Perubahan Bentuk dan Fungsi Arsitektur Tradisional Bugis di Kawasan Pesisir Kamal Muara, Jakarta Utara. International Symposium ‘Building Research and the Sustainability of the Built Environment in the Tropics’ Universitas Tarumanegara.Idawarni. (2011). Penentuan Arah dan Letak Permukiman dan Rumah Tinggal Kaitannya dengan Kosmologi, Studi Kasus: Kampung Kanarea, Kecamatan Bajeng Gowa Sulawesi Selatan. Local Wisdom-Jurnal Ilmiah Online, ISSN: 20863764. Volume: III, Nomor: 1, Hal: 09-18.Mithen & Onesimus. (2003). Arsitektur Tradisional Toraja Merupakan Ekspresi dari Aluk Todolo. Jurnal Penelitian Enjiniring Vol.9 No.3 September-Desember 2003 Hal. 300-308Morrel, Elizabeth. (2005). Simbolisme, Ruang, dan Tatanan Sosial dalam Tapak-Tapak Waktu Kebudayaan, Sejarah, dan Kehidupan Sosial di Sulawesi Selatan. Inninnawa: Makassar.Nurjannah & Anisa. (2010). Pola Permukiman Bugis di Kendari. NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010:139-146Sumalyo. (2001). Kosmologi Dalam Arsitektur Toraja. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 64 – 74Wikantiri, Veronika & Marwah. (2011). Faktor Penentu Orientasi Rumah Di Permukiman Nelayan Dusun Salarang Kabupaten Maros. Prosiding Hasil Penelitian Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar
MAKNA LOKALITAS WAJAH BANGUNAN KOLONIAL DI PUSAT KOTA KRIAN-SIDOARJO Febrianto, Eko; Wulandari, Lisa Dwi; Antariksa, ,
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1638.647 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13838

Abstract

Arsitektur pada dasarnya merupakan wujud kreativitas manusia dalam kehidupan baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang berbudaya sekaligus bentuk adaptasi terhadap kondisi alam. Kota Krian merupakan kota tua dan mengalami perkembangan pesat pada jaman kolonial Belanda. Gaya arsitektur kolonial kemudian berkembang dan menjadi tren bagi masyarakat lokal yang didominasi oleh suku jawa.Uniknya bangunan-bangunan gayakolonial tersebut dibangun dan dimiliki oleh warga lokal. Wajah bangunan sebagai ekspresi pemiliki rumah menjadi komponen utama dalam membentuk citra kawasan, tetapi saat ini akibat perkembangan kota banyak terjadi perubahan wajah bangunan dan fungsi bangunan yang mengdegradasi hal tersebut. Tujuan studi adalah untuk mengetahui makna bentuk elemen wajah bangunan bergaya kolonial di Kota Krian. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dengan pengamatan pada elemen-elemen wajah bangunan sehingga dapat dianalisis tipologi yang bermuara pada makna wajah bangunan. Hasil penelitian menjelaskan makna dari setiap bentuk elemen wajah bangunan berdasarkan orientasi, atap, pintu, jendela, kolom bangunan, lantai bangunan, dan ornamen bangunan Architecture is basically a form of human creativity, both as individual  and social creature, as the adaptation with the environment. Krian City is the old town and has experiencing  with a  rapid development in the colonial era.  Afterwards,  colonial architectural styles evolved and became a trend for local communities that dominated by Javanese.  Colonial style buildings  were  built and owned by the local residents(Javanese). Building facade as an expression of the owner has became a major component in shaping the image of the city,  however, presently, due to the development of Krian City;it make many changes in building façade and the function of the buildings. The aim of this study is to find out the meaning of the elements from building  façade  in the colonial style buildings in  Krian City. This research uses descriptive qualitative  methodology, by doing  observations on the  building facade elements,then analyzed byperforms building typology of building facade. The results of this study has described the form of building façade elements meaning based on the orientation of the building, roof, doors, windows, column,  floor, and ornamentationREFERENCESDakung, Sugiyarto. 1981. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, YogyakartaDewi, N.K.A. 2003.Geomerti, Simetri dan Religiusitas pada Rumah Tinggal Tradisional di Indonesia. Jurnal Permukiman Natah I (1); 29-42Fauzi, B. 2011.Memahami Relasi Fungsi, Bentuk dan makna Arsitektur Rumah Tinggal Masyarakat Kota Pesisir Utara di Kawasan Jawa Timur. Jurnal DIMENSI, XXXVIII (2); 79-88Frick, H. 1997. Pola Struktur dan Teknik Bangunan di Indonesia. Penerbit Kanisius, YogyakartaFrick, H. 2010. Pola Struktur dan Teknik Bangunan di Indonesia. Penerbit Kanisius, YogyakartaIsmunandar. 1986. Joglo: Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Penerbit Dahara Prize, Semarang,Krier, R. 1988. Architectural Composition. Academy Edition, LondonKrier, R. 2001. Komposisi Arsitektur, Erlangga, JakartaLippsmeier, G. 1980. Bangunan Tropis (Edisi ke-2). Erlangga, JakartaNoeradya, Siti Woeryan Soemadiyah. (2005). Attassadhur Adammakna. CV. Buana Raya, YogyakartaPhilips, D dan Gardner, C. 2004.Daylighting – Natural Light in Architecture. Architectural Press, OxfordRossi, Aldo. 1982. Architecture of the City. The MIT Press, London-EnglandSatwiko, P. 2013. Aspek Energi pada Arsitektur Nusantara. SAN 2 Arsitektur Nusantara Berkelanjutan; 1-13, Malang, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
POLA SPASIAL TERITORI PADA LANSKAP-HUNIAN MASYARAKAT PELADANG DESA JURUAN LAOK MADURA TIMUR Febrianto, Redi Sigit; Wulandari, Lisa Dwi; Santosa, Herry
ARTEKS Jurnal Teknik Arsitektur Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/artk.v2i1.140

Abstract

Masyarakat etnis Madura dikenal sebagai masyarakat peladang jagung yang individual, mandiri dan berpola subsistensi, diidentifikasi memiliki tiga teritori utama yaitu: teritori hunian, teritori ruang terbuka dan teritori lanskap pertanian. Jarak antar cluster hunian berjauhan menyebabkan disebut sebagai masyarakat individual sekaligus mandiri. Ketergantungan hidup terhadap hasil panen menyebabkan jarak hunian dengan lanskap pertaniannya sangat dekat sehingga disebut masyarakat subsistensi. Moral ekonomi berorientasi pada tanah (land ethics),karena kegigihan mempertahankan spasial teritorinya. Sehingga pertanyaan mendasar penelitian adalah  bagaimana pola spasial ketiga teritori pada desa Juruan Laok Madura? Strategi yang digunakan adalah etnografi, dengan rancangan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data utama berupa wawancara mendalam, tak-tik pertanyaan terbuka, dengan teknik sampling kasus tipikal pada empat hunian berdasarkan lima kriteria yaitu: civitas, aktivitas, pola hunian, pola lanskap pertanian dan eksistensi artefak berupa obyek penyimpanan panen. Validasi internal berupa observasi, pengukuran dan dokumentasi arsitektural, disebabkan sifat subsistensi etnis madura, sehingga kepala desa bukan nara sumber validasi internal, melainkan partisipan selaku pemilik hunian. Analisis dilakukan dengan mengkomparasi dengan konsep arsitektural-antropologis, konsep human space, juga dengan studi tema terkait. Hasil yang diperoleh adalah perwujudan  konsep pola spasial yang disebut habitat. Konsep pola spasial yang disebut habitat ini terdiri dari : place, environment dan landscape. Susunan ketiganya membentuk satu gelembung hirarki yaitu place berada di dalam  environment, sedangkan place dan environment berada di dalam landscape. Merujuk konsep dari arsitektural-antropologis, hirarki ketiga unsur ini disebut sebagai: habitat. Kata kunci: teritori utama, eksistensi artefak arsitektural-antropologis dan habitat
Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Taman Aloon Aloon Tulungagung Savitri, Andriadini; Wulandari, Lisa Dwi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruang publik merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kawasan kota. Sebagai ruang publik di Kota Tulungagung, Taman Aloon-Aloon Tulungagung diharapkan untuk mampu mewadahizberbagai macam aktivitas sosial-rekreatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan pada penelitian ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi pola pemanfaatan ruang pada Taman Aloon-Aloon Tulungagung. Pola pemanfaatan ruang tersebut dipengaruhi oleh elemen fisik ruang yang ada. Metode observasi menggunakan teknik placed-centered mapping untuk mengetahui pola, intensitas, dan kecenderungan pemanfaatan ruang dan elemen fisik bagi macam aktivitas yang ada. Pengamatan dilakukan pada pagi hari, siang hari, dan malam hari pada hari kerja, hari ibadah (jumat) dan hari libur. Penelitian ini menunjukkan sintesis bahwa tata lingkungan fisik pada Taman Aloon-Aloon Tulungagung sangat berpengaruh dalam pemanfaatan ruang yang ada pada taman. Kata kunci: pola ruang, pemanfaatan ruang, ruang publik, behavior mapping
SPASIAL RUANG PADA HUNIAN MASYARAKAT PELADANG-MUSLIM DESA JURUAN LAOK MADURA TIMUR Febrianto, Redi Sigit; Wulandari, Lisa Dwi; Santosa, Herry
MODUL Vol 17, No 1 (2017): MODUL vol 17 nomor 1 tahun 2017 (8 articles)
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.287 KB) | DOI: 10.14710/mdl.17.1.2017.1-10

Abstract

Jagung dan Islam adalah identitas kultur etnis Madura, sehingga dikenal sebagai masyarakat peladang-muslim.Mereka juga dikenal sebagai masyarakat mandiri, subsistensi dan sangat bergantung pada lanskap agrarisnya.Penelitian sebelumnya banyak membahas spasial hunian-kekerabatan dan spasial hunian-kesakralan terutama padahunian Madura perantauan. Penelitian ini berbeda karena berusaha memahami spasial lanskap-hunian padamasyarakat peladang jagung di desa Juruan Laok Madura Timur, pada lingkup mikro. Rancangan penelitian bersifatkualitatif dengan strategi etnografi. Pengumpulan data primer utama berupa wawancara mendalam dengan tak-tikpertanyaan terbuka dan sampling bertujuan. Validasi internal menggunakan observasi, pengukuran dan dokumentasiarsitektural, mengingat sifat subsistensinya dan kepala desa bukan narasumber utama. Diambil empat kasus hunianterpilih berdasarkan civitas, aktivitas, pola hunian, pola lanskap pertanian dan eksistensi obyek penyimpanan panen
Eksistensi Tipologi Pondasi Permukiman Pesisir Suku Bajo di Desa Bajoe Kecamatan Soropia Sulawesi Tenggara Ahsan Hidayat Setiadi; Lisa Dwi Wulandari; Damayanti Asikin
Jurnal Revolusi Indonesia Vol 2 No 1 (2021): Jurnal Revolusi Indonesia
Publisher : Fenery Library

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1235/jri.v2i1.218

Abstract

Permukiman pesisir suku Bajo di desa Bajoe kecamatan Soropia memiliki ragam tipe arsitektur yang bernaung diatas perariran hingga area daratan. adanya transformasi hunian dengan orientasi darat mengakibatkan perubahan pola berhuni tersebut yang berdampak pada tipologi arsitektur rumah adat Bajo. transformasi rumah yang beragam tentu berdampak pada komponen fisik bangunan seperti pondasi. pondasi merupakan bagian dari pembahasan bentuk tipologi secara mikro yang beragam yang terjadi akibat transformasi hunian dari berbagai integrasi fungsi hunian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sekaligus mengetahui tipologi pondasi yang terdapat pada area permukiman pesisir suku Bajo, lingkup pembahasan terkait karakter fisik kawasan permukiman pesisir ini tentunya dapat dilihat melalui skala mikro. Melalui penelitian dengan menggunakan metode kualitatif deskripti dengan pendekatan tipologi ini diharapkan mampu untuk mengetahui ragam tipologi pada permukiman pesisir suku Bajo di desa Bajo kecamatan Soropia sulawesi tenggara.
Co-Authors - Antariksa Abraham Mohammad Ridjal Achmad Faried Hanafi Adita Ronarizkia Agung Murti Nugroho Agung Murti Nugroho Agus Subaqin Ahsan Hidayat Setiadi Aigan Fanda Amar rizqi afdholy Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Sudikno Antariksa Sudikno Antariksa, , Arini Anggreini Arnes Ayunurafidha Ayu Indeswari Ayu Indeswari Benny Karunia Wardana Cantya P. Marhendra Cyndhi Dewi Rukmana Damayanti Asikin Diyan Lesmana Dwiki Darmawan Elan Gajmar Elsa Intan Pratiwi Ema Yunita Titisari Ema Yunita Titisari Ema Yunita Titisari Ema Yunita Titisari Faudina Faradilla Nanda Febrianto, Eko Galih Widjil Pangarsa Galih Widjil Pangarsa Galih Widjil Pangarsa Hamka, , Hartati Kapita Herry Santosa Herry Santosa Herry Santoso Heru Hendri Iswanto I Ketut Sudiana Indah Ciptaning Widi Irene Olivia Humayang Dinar Irani Irfan Maulana Ashgaf Irfan Maulana Ashgaf Irma Fitriyani Isma Fawzeya Rosida Jenny Ernawati Jenny Ernawati Kukuh Alfandhi Kurniawan M. Satya Adhitama Mawaddahni, Sari Meirinda Putri Aristyani Mike Yuanita Mimin Trianus Mochammad Naruseito Muhammad Andi Finaldi Nur Tantyo Mukhlis A. Mukhtar Noeviyanti Indah Laksana Nur Ratih Ratnawati Previa Sandyangsani Redi Sigit Febrianto Redi Sigit. F Resty Linandi Cipta, Resty Linandi Risqi Cahyani Risqi Cahyani Risqi Cahyani, Risqi Rizki Swandani Rosawati Saputri Sani Syauqi Azmi Savitri, Andriadini Sigmawan Tri Pamungkas Sri Utami Sri Utami Sri Utami Sri Winarni Sri Winarni Subhan Ramdlani Surjono Surjono Susilo Kusdiwanggo Titik Indra Setyowati Turningtyas Turningtyas Tyas Pinendita Yogie Maulana Satuhu Yusfan Adeputera Yusran Yusfan Adeputera Yusran Yusfan Adeputera Yusran