ABSTRAK Daging itik memiliki kandungan gizi, kadar air dan pH yang tinggi sehingga mudah tekontaminasi mikroorganisme. Pengolahan yang tepat merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kualitas daging itik. Salah satu olahan khas Sulawesi Selatan adalah nasu palekko. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis metode pengolahan yang tepat pada pembuatan nasu palekko untuk menghambat proses oksidasi lemak dan kerusakan mikrobiologi pada penyimpanan suhu ruang, Variabel yang diamati meliputi sifat fisik (pH, aktivitas air dan kadar air), kandungan malonaldehida, aktivitas antioksidan dan trimetilamina serta mutu mikrobiologis. Rancangan penelitian yang digunakan adalah racangan acak lengkap pola faktorial, dengan faktor pertama adalah metode pengolahan yang meliputi pemasakan kering dan basah, dan faktor kedua adalah waktu penyimpanan yang meliputi 0, 2, dan 4 hari. Data yang diprole dianalisis menggunakan analisis ragam. Variabel yang nyata dipengaruh oleh perlakuan dilanjutkan dengan pengujian Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengolahan berpengruh nyata (p<0,05) terhadap semua peubah penelitian kecuali terhadap kadar air kadar air. Lama penyimpanan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap semua peubah penelitian, kecuali terhadap nilai pH dan aktivitas air. Mutu mikrobiologi nyata dipengaruhi (p<0,05) oleh perlakuaan metode pengolahan dan lama penyimpanan. Nasu palekko dengan metode pengolahan kering memiliki pH, kadar air aktivitas air, kandungan MDA, dan trimetilamina yang lebih rendah daripada metode pengolahan basah. Intensitas oksidasi lemak yang lebih tinggi terjadi pada pengolahan basah. Berdasarkan mutu mikrobiologi, metode pengolahan kering dan basah masih layak dikonsumsi hingga hari keempat peyimpanan suhu ruang.Kata Kunci: daging itik, nasu palekko, penyimpanan, pengolahan, sifat khasCharacteristics of Processed Ducks Originated from South Sulawesi (Nasu Palekko) with Different Processing Methods and DurationABSTRACT Duck meat has a high nutrition, moisture and pH that suit the microorganism growth and make it unbeneficial to being consumed. Processing is the way to solve that problem. Nasu palekko is a signature dish from South Sulawesi which made from duck meat and full of local spices. Nasu palekko has potentially fat oxidation reactions that impacted on decreasing quality. The addition of natural antioxidant ingredients can inhibit the fat oxidation process. This study was aimed to analyze the physicochemical, microbiology characteristics, and fat oxidation intensity during storage at room temperature with different processing method and shelf life. This study was used a completely randomized design (CRD) factorial 2x3 with 3 replications, consisting of 2 processing method (dry processing, wet processing) and 3 storage time (0 days, 2 days, 4 days). The obtained data were analyzed using analysis of variance, and the significant result was further being tested by the Tukey test. The results showed that the treatment method had a significant effect (p<0.05) on all variables except moisture content. Storage time had a significant effect (p<0.05) on most of the research variables, except pH and water activity. The results of microbiological analysis showed that there was significant effect (p<0.05) of treatment between processing methods and storage time. Based on this study, nasu palekko with dry processing method has lower pH, moisture content, water activity, MDA, and trimethylamine content. Higher intensity of fat oxidation occurs in wet processing. Based on the microbiological quality, dry and wet processing methods are still suitable for consumption until the fourth day of storage at room temperature.Keywords: meat ducks, nasu palekko, processing, storage