Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

PENGARUH LOGOTHERAPY TERHADAP KEPUTUSASAAN PADA NARAPIDANA WANITA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN WANITA KELAS IIA BANDUNG Wulan Lindasari, Sri; Yosep, Iyus; Sutini, Titin
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Keperawatan Komprehensif
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.936 KB)

Abstract

Angka kriminalitas setiap tahunnya mengalami peningkatan. Seseorang yang melakukan tindakan kriminalitas, dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan yaitu kerugian materil maupun imateril. Dengan tinggal di lapas, narapidana wanita akan mengalami loss  of family, loss of control, loss of model dan lack of stimulation sehingga dapat mengakibatkan keputusasaan. Dampak dari keputusasaan apabila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan depresi dan bunuh diri. Logotherapy adalah psikoterapi yang bertujuan untuk membantu individu menemukan makna hidup pada situasi apapun termasuk dalam situasi yang tidak menyenangkan. Tahapan dari logotherapy ini dilakukan 4 sesi yaitu pengkajian, stimulasi imajinasi kreatif, memproyeksikan makna hidup dalam kehidupan sehari-hari dan evaluasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh logotherapy terhadap keputusasaan pada narapidana wanita di Lapas wanita kelas IIA Bandung. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental pre-post test non equivalent control group. Populasi dalam penelitian ini adalah semua narapidana wanita yang mengalami keputusasaan dan tidak mengalami depresi berat sebanyak 57 orang. Cara pengambilan sampel adalah secara total sampling. Penelitian dilakukan terhadap 57 responden yang terdiri dari 29 orang kelompok intervensi dan 28 kelompok kontrol. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner Beck Hopelessness Scale (BHS). Analisa data univariat yaitu dengan menghitung distribusi frekuensi dan sentral tendensi. Analisa bivariat menggunakan Paired  t-test dan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh logotherapy pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan logotherapy dengan nilai p value 0,001 dan t hitung 14,61. Rekomendasi hasil penelitian adalah perlunya pelaksanaan logotherapy dalam program pembinaan mental para narapidana yang mengalami keputusasaan di lapas wanita. 
Pengalaman Traumatik Penyebab Gangguan Jiwa (Skizofrenia) Pasien di Rumah Sakit Jiwa Cimahi Yoseph, Iyus; Puspowati, Ni Luh Nyoman Sri; Sriati, Aat
Majalah Kedokteran Bandung Vol 41, No 4
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu faktor penyebab yang menjadi stresor seseorang mengalami gangguan jiwa adalah pengalaman traumatik. Pengalaman traumatik tersebut sulit dilupakan dan memiliki efek psikologis dalam waktu yang panjang. Apabila seseorang tidak mampu beradaptasi dalam menanggulangi stresor, maka akan timbul keluhan-keluhan dalam aspek kejiwaan, berupa gangguan jiwa ringan hingga berat. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang paling banyak dan terus meningkat adalah gangguan jiwa berat yaitu skizofrenia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengalaman traumatik pasien skizofrenia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Cimahi, subjek diperoleh berdasarkan purposive sampling sebanyak tujuh orang, pada bulan November 2008. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam (in depth interview). Hasil penelitian terhadap pengalaman traumatik tujuh pasien skizofrenia menunjukkan adanya lima tema yang muncul yaitu: cita-cita/keinginan tak tercapai/kegagalan, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, orangtua galak/pola asuh otoriter, dan mendapat tindakan kekerasan. Terungkapnya pengalaman tersebut, memberi informasi bagi tim kesehatan dalam mencegah dan mengatasi meningkatnya pasien skizofrenia, khususnya yang diakibatkan oleh pengalaman traumatik yang dapat menjadi pencetus, sehingga angka kejadianskizofrenia dapat ditekan seminimal mungkin. Kata kunci: Pengalaman traumatik, skizofrenia, stresorTraumatic Experiences of Mental Disorder Client (Schizophrenia) atMental Health Hospital CimahiOne factor causes as stressor of mental health disorder was traumatic experiences that experiences never forgotten and psychological long lasting effect. Whenever anyone could not be adaptation to fight the stressor, there will suffer light and state symptom in mental disorder as a manifestation. One kind of chronic mental health disorder is schizophrenia. The purpose of this research was to find out description about schizophrenic client traumatic experiences. The method of this research was qualitative method with phenomenological approach. The population of this research was schizophrenic client covering with purposive sampling. Amount of informants in this research was seven persons. Each of sample include 4 mans and 3 women's. Technical of data collecting used by in dept interview. The result of traumatic experiences from seven schizophrenic client showed that there was 5 theme: failed of dream/failed to reach the life goals, loss of significant persons, jobless, sadism parent/pattern of authoritarian parenting and abused experience. Based on the result of that experiences give information for health provider team to prevent and implementation of schizophrenic client, especially for schizophrenic which caused by traumatic experiences. So that the occurrence of schizophrenia number which triggered by traumatic experience can be depressed as minimum as possible. Key words: Traumatic experiences, schizophrenia DOI:  http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v41n4.253
Penyuluhan Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan Sekitarnya Indra Maulana; Suryani S; Aat Sriati; Titin Sutini; Efri Widianti; Imas Rafiah; Nur Oktavia Hidayati; Taty Hernawati; Iyus Yosep; Hendrawati H; Iceu Amira D.A; Sukma Senjaya
Media Karya Kesehatan Vol 2, No 2 (2019): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.399 KB) | DOI: 10.24198/mkk.v2i2.22175

Abstract

Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Menurut National Alliance of Mental Illness (NAMI) berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013, di perkirakan 61.5 juta penduduk yang berusia lebih dari 18 tahun mengalami gangguan jiwa, 13,6 juta diantaranya mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia, gangguan bipolar. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan permasalahan kesehatan jiwa yang ada di negara-negara berkembang. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyaraakat umumnya dan keluarga yang menjadi binaan khususnya tentang bagaimana cara perawatan dan menjaga kesehatan jiwa setiap masyarakat serta merawat anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Metode yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, diskusi dan simulasi. Luaran yang dihasilkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah pemberdayaan masyarakat tentang kesehatan jiwa. Hasil yang di capai dalam pengabdian ini adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di lingkungan sekitarnya. Kesimpulannya adalah Kegiatan PPM ini telah dilaksanakan dan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan maka diketahui bahwa terjadi peningkatan pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan jiwa yang terjadi di sekitar lingkungannya Kata kunci: Kesehatan jiwa, penyuluhan, warga.
GAMBARAN ADVERSITY QUOTIENT PADA TAHANAN REMAJA DI RUMAH TAHANAN KELAS 1 BANDUNG Nita Fitria; Taty Hernawaty; Iyus Yosep
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.028 KB)

Abstract

ABSTRAK Adversity Quotient (AQ) merupakan suatu bentuk pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam merespons suatu tantangan atau kesulitan dalam kehidupannya untuk mencapai suatu keberhasilan. Salah satu tantangan dan kesulitan bagi tahanan yang berusia remaja adalah proses pembinaan  selama di rumah tahanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran adversity quotient  tahanan remaja di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah total populasi dengan jumlah sampel 44 orang remaja tahanan pada bulan Agustus 2011. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi dari Adversity Response Profile Quick TakeTM. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini 0% berada pada kisaran kelompok climber, 22,72% berada pada kisaran peralihan camper ke climber, 45,45% perawat berada pada kisaran kelompok camper, 22,72% pada kisaran peralihan quitter ke camper. Saran dari penelitian ini adalah untuk diadakannya peneltian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient remaja tahanan di Rumah Tahanan Negera Kelas 1 Bandung. Kata Kunci : Adversity Quotient, Rumah Tahanan Kelas 1  Bandung, Tahanan Remaja ABSTRACT Adversity Quotient (AQ) is a form of measurement used to determine a person's ability to respond to a challenge or difficulty in achieving a successful life. Some of the challenges and difficulties for adolescent in, pressure from house state inmate The purpose of this study to know the description of adversity quotient adolescent in House state inmate Class 1 Bandung.The research design used is quantitative descriptives. The sampling technique used is total population with 44 people adolescent in August 2011. The measurement used in this study is a modification of the data collection involved Adversity Response Profile Quick TakeTM .The results obtained from this study showed 0% of adolescent in the range of climbers group, 22,72 % in the range of transitional camper to climbers, 45,45% adolescent are in the range camper group, 22,72 % in the range of the transition to a camper quitter and 9,09% group quitter. Suggestions from this study is to further the holding of the other research on the factors of influence Adversity Quotient in House state inmate Class 1 Bandung Keywords : Adversity Quotient, House state inmate Class 1 Bandung, Adolescent
Pengaruh Intervensi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap Penurunan Tingkat Depresi Ibu Rumah Tangga dengan HIV Reini Astuti; Iyus Yosep; Raini Diah Susanti
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.799 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i1.98

Abstract

Depresi adalah kondisi psikiatrik yang sering terjadi pada pasien dengan HIV, hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Dampak ini akan lebih buruk jika terjadi pada ibu rumah tangga, karena mereka bukan merupakan populasi resiko. SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) diduga dapat menjadi salah satu terapi komplementer yang membantu menurunkan tingkat depresi pada ibu rumahtangga dengan HIV, karena SEFT merupakan penggabungan antara sistem kerja energy psychology dengan kekuatan spiritual sehingga memiliki efek berlipat ganda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi SEFT terhadap penurunan tingkat depresi pada ibu rumah tangga dengan HIV, karena itu digunakan metode quasi-experimental dengan pre test and post test design. Responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi (n=15) dan kelompok kontrol (n=15). Masing-masing kelompok diukur tingkat depresinya dengan menggunakan BDI (Beck Depression Invantory). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai mean pada kelompok intervensi sebelum diberikan intervensi adalah 24,00 dengan standar deviasi 6,325, setelah dilakukan intervensi menjadi 12,8 dengan standar deviasi 6,327. Perbedaan skor kelompok intervensi pada pre dan post test adalah 11,2 dengan standar deviasi 6,178. Data tersebut terdistribusi dengan normal sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji t berpasangan dengan hasil nilai p < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat depresi ibu rumah tangga dengan HIV secara signifikan, setelah dilakukan intervensi SEFT. SEFT dapat direkomendasikan sebagai salah satu terapi komplementer dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu rumah tangga dengan HIV yang mengalami depresi.Kata kunci: Depresi, ibu rumah tangga, HIV, SEFT Effect of Intervention Spiritual Emotional Freedom Technique toward Decrease The Level of Depression Housewife with HIV AbstractDepression is a psychiatric condition that often occurs in patients with HIV, it greatly effects the quality of life of sufferers. This impact would be worse if it happens to housewives, because they are not a risk populations. SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) could be expected to be one of the complementary therapies that help reduce depression of housewives with HIV, because it is a merger between systems of energy psychology with spiritual powers that have the effect of doubling. This study aimed to determine the effect of SEFT interventions in decreasing the level of depression housewives with HIV. This Quasi-experimental study method with pre-test and post-test design. Respondents who fit the inclusion criteria were divided into two groups: the intervention group (n = 15) and control group (n = 15). Each group measured levels of depression using the BDI (Beck Depression Invantory). The results of this study showed that the mean value of the intervention group before given intervention is 24.00 with a standard deviation of 6.325, after the intervention to 12.8 with a standard deviation of 6.327. Differences in the intervention group scores on the pre and post test was 11.2 with a standard deviation of 6.178. The data was normally distributed so that the statistical test used is paired t test with the results of the value of p <0.05. The conclusion from this study was that there are differences in the level of depression housewife with HIV significantly, after the intervention SEFT. SEFT can be recommended as a complementary therapy in providing nursing care of housewives with HIV who are depressed.Key words: Depression, housewives, HIV, SEFT
Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi di Kabupaten Ciamis Etika Emaliyawati; Ayu Prawesti; Iyus Yosep; Kusman Ibrahim
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.972 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.139

Abstract

Jawa Barat merupakan wilayah rentan kejadian bencana. Kabupaten Ciamis merupakan daerah yang mempunyai tingkat kerawanan cukup tinggi terhadap kejadian bencana alam tanah longsor dan banjir berdasarkan pemetaan secara global 2012-2029. Namun demikian, penanganan bencana belum tertangani secara optimal. Penanganan korban pada kondisi bencana belum tertangani dengan baik karena minimnya koordinasi, data layanan kesehatan yang tidak memadai sehingga menyebabkan tidak tertanganinya korban akibat bencana. Penggunaan sistem informasi dalam penanganan bencana sangat diperlukan khususnya untuk aspek layanan kesehatan. Tujuan penelitian ini terbentuknya sistem informasi kesehatan khususnya dalam penanganan bencana di Kabupaten Ciamis untuk memudahkan dalam koordinasi penanganan korban dimulai dari lokasi bencana, evakuasi dan transportasi korban ke tempat layanan kesehatan yang sangat tergantung dari kondisi korban, sarana dan prasarana fasilitas kesehatan, logistik yang dibutuhkan, jarak dan waktu tempuh ke tempat layanan kesehatan, serta sumber daya manusia di tempat layanan kesehatan. Penelitian menggunakan metode riset terapan, menggunakan sistem informasi geografis (SIG) dengan perangkat lunak arcgis. Hasil penelitian ini yaitu terbentuknya prototipe sistem informasi kesehatan di Kabupaten Ciamis yang diberi nama “Sistem Informasi Bencana Padjadjaran (SIMBARAN)” berisi elemen kesehatan yang diperlukan selama bencana meliputi layanan kesehatan terdekat di sekitar kejadian, sumber daya manusia yang tersedia, saranan prasarana, penanggung jawab program dan sistem rujukan sehingga memudahkan dalam koordinasi penanganan korban yang nantinya diharapkan dapat menurunkan angka kematian korban akibat bencana ataupun kejadian kecelakaan lainnya. Direkomendasikan agar setiap kabupaten di wilayah Jawa Barat memiliki model Sistem Informasi Bencana karena wilayah Jawa Barat yang rentan terhadap kejadian bencana.Kata kunci: Aspek kesehatan, mitigasi, sistem informasi, “simbaran”. Disaster Mitigation Management use Information Technology in CiamisAbstractWest Java is one of region with susceptible disaster. Ciamis is an area that has a fairly high level of vulnerability to natural disasters as landslides and floods based mapping globally from 2012 to 2029. However, disaster management has not handled optimally. Handling of victims in the disaster condition is not handled properly due to lack of coordination, health services data is inadequate, causing no casualties from the disaster Settlement. Using of information systems in disaster management is indispensable, especially for health services aspects. The study purpose is establishment of health information systems, especially in disaster management in Ciamis to facilitate the coordination of the handling of victims starting from the disaster site, evacuation and transportation of victims to the health service that is highly depend on the condition of the victim, facilities and infrastructure of health facilities, logistics required, distance and time to the health service, and human resources in the health service. The research method applied research, using a geographic information system (GIS) software ArcGIS. The results of this study is the formation of a prototype health information system in Ciamis, named “Information System Disaster Padjadjaran (SIMBARAN)” contains the elements necessary health during disasters include the nearest health service in the vicinity of the incident, the human resources available, the proposition infrastructure, responsible program and a referral system to facilitate the coordination of the handling of victims who might be expected to decrease the death toll from the disaster or other accident scene. This study being recommended for each district in West Java has a Disaster Information System model because West Java region that is susceptible to disaster events.Keywords: Information systems, health aspects, mitigation, “simbaran”.
Exposure of Mental Health Nurses to Violence in Mental Hospital : a Systematic Review Iyus Yosep; Zabidah Putit; Helmy Hazmi; Henny Suzana Mediani
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 3 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (673.348 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i3.292

Abstract

Shortage of nurses and declining interest in becoming a mental health nurse are often attributed to workplacedistress and violence. These have become global issues and believed that shortage of nurses decreases the qualityof health care services. It leads distress among nurses, which is exposure to violence and traumatic experiences.In addition, nurses are also accused of seizing the rights of patients and committing violence against a patient.This paper focuses on the violence that occurred in mental health nurses during working in unpredictablesituation. A literature search of systematic review through the CINAHL, Medline, Google scholars and PsycInfodatabases, the empirical report using a nursing sample includes data on rates of violence exposure includingviolence, aggressive behavior, bullying, and sexual harassment. The result, a total of 400 articles provide dataon 2742 publications indicates near all of nurses in mental health experienced verbal abuse in the past month,furthermore, most of respondents’ ever experienced psychological abuse, and less of respondents experiencedphysical violence and sexual harassment. Rates of exposure vary by world region (Developed countries, Asia,Europe and Middle East), with the highest rates for physical violence and sexual harassment in the USA,Australia, United Kingdom, New Zealand region, and the highest rates of psychological violence and bullyingin the Middle East. The presence of violence signals an "alarm" that violence against nurses calls for specialattention in many countries. Essentially, the world must give a "priority" to handling violence against nurses.
Pengaruh Bereavement Life Review terhadap Kesejahteraan Spiritual pada Keluarga Pasien Stroke Muhamad Zulfatul A’la; Iyus Yosep; Hana R. Agustina
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1424.453 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v5i2.526

Abstract

Spiritualitas adalah faktor protektif dalam proses berduka pada keluarga pasien kronis. Bereavement life review adalah salah satu intervensi dalam penguatan spiritual keluarga pasien penyakit kanker. Stroke dan kanker adalah penyakit kronis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh bereavement life review pada kesejahteraan spiritual keluarga pasien stroke. Desain penelitian ini adalah quasi-eksperimental dengan pretest posttest control group. Sampel yang digunakan adalah salah satu keluarga pasien stroke yang merawat pasien di rumah sakit. Sehingga didapatkan sampel sebanyak 28 responden dengan 14 kelompok kontrol dan 14 kelompok intervensi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan consecutive sampling. Kelompok intervensi mendapatkan bereavement life review dengan dua sesi yang dilakukan oleh spesialis keperawatan jiwa. Kesejahteraan spiritual diukur menggunakan instrumen SWBS (spiritual well-being scale). Analisis data menggunakan dependent t-test, Mann Whitney dan Wilcoxon. Uji homogenitas memerlihatkan tidak satupun karekteristik responden antara kelompok intervensi dan kontrol berbeda secara signifikan (p > 0,05). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan skor rerata postest kesejahteraan spiritual pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi (98,71 ± 3,65 dan 106,5 ± 1,83; p = 0,000). Terdapat perbedaan skor rerata kesejahteraan spiritual pada pretest dengan posttest pada kelompok intervensi (99,07 ± 2,95 dan 106,5 ± 1,83; p = 0,001). Proses bereavement life review merupakan proses peningkatan spiritual melalui proses rekontekstualisasi, memaafkan terhadap diri, dan refleksi yang membentuk penguatan koping sehingga muncul pemaknaan terhadap diri sendiri. Dapat disimpulkan bereavement life review berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan spiritual keluarga pasien stroke. Bereavement life review dapat digunakan sebagai intervensi perawatan pasien stroke dan keluarga. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melihat pengaruh bereavement life review untuk penyakit kronis yang lain, seperti diabetes melitus atau kanker. Selain itu, indikator psikologis pasien dan keluarga sebagai output intervensi perlu dikaji lebih mendalam.Kata kunci: Bereavement life review, keluarga pasien stroke, keperawatan spiritual, kesejahateraan paliatif.Influence of Bereavement Life Review on Spiritual Well-Being of Stroke Family CaregiverAbstractSpirituality is a protective factor of grieving process in patient and family with chronic illness. Bereavement life review is one of the interventions which is enhancing the spiritual well-being in cancer diseases. Cancer and Stroke are chronic diseases. The purpose of this study was to determine the effect of bereavement life review of the spiritual well-being of stroke family. Quasi-experimental with pretest posttest control group used in study. Sample in this study are stroke family who caring the stroke patient in hospital which is 28 respondents. The intervention group was given bereavement life review with two sessions which given by expert in psychiatric nursing. Spiritual well-being was measured by SWBS (spiritual well-being scale). Data analysis were using a dependent t-test, Mann Whitney and Wilcoxon. Homogenity of respondent characteristics showed that it have not correlation between control and intervention group (p > 0,05). The study showed the difference in the mean posttest scores of spiritual well-being of the control group with the intervention group (98.71 ± 3.65 and 106.5 ± 1.83, p = 0.000). There were differences in the mean scores pretest to posttest spiritual well-being in the intervention group (99.07 ± 2.95 and 106.5 ± 1.83, p = 0.001). Bereavement life review is a process of enhancing spirituality through recontextualization, forgiveness, and reflection proccess that strengthening coping process. Bereavement life review has positive effect on the spiritual well-being of the stroke family which can be considered as an intervention in the treatment of stroke patients and families. Further study know the effect of bereavement life review in other chronic diseases patient, like hypertension or diabetes mellitus. Moreover, other psychological outcome for this intervention needs to be explored.Keywords: Bereavement life review, palliative care, spiritual well-being, stroke family.
Working alliance among mental health nurses in Indonesia: A comparative analysis of socio-demographic characteristics Iyus Yosep; Henny Suzana Mediani; Linlin Lindayani
Belitung Nursing Journal Vol. 7 No. 2 (2021): March - April
Publisher : Belitung Raya Foundation, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33546/bnj.1259

Abstract

Background: Working alliance between therapist and client in psychotherapy practice has become proven to compensate for a significant difference in various psychotherapy modalities. However, few studies have investigated the structure of alliance in the context of nurses working at mental health hospitals in Indonesia.  Objective: This study aimed to compare the working alliance of mental health nurses according to socio-demographic characteristics.  Methods: A cross-sectional research was performed at the Mental Health Hospital in West Java, Indonesia, as a referral hospital in Indonesia from May to December 2019. The inclusion criteria were nurses with a minimum of one year of working experience and a Diploma III certificate in nursing. Convenience sampling was used to recruit 120 nurses who agreed to join in this study. The working alliance was measured using Working Alliance Inventory-Short Revised-Therapist (WAI-SRT). Results: The majority of the respondents were female (77.5%), holding a Diploma III degree in nursing (49.17%), having working experience ranged from 11 to 15 years (34.17%), and working at the chronic unit (32.5%). The mean score of the working alliance was 44.46 (SD = 11.32). The domain of agreement on goals had a higher mean score (17.65 ± 3.45), followed by the task domain (16.56 ± 5.81) and bond domain (22.10 ± 7.23). There was a significant difference in working alliance according to education level and working experience (p < 0.05), while no significant differences in terms of gender and working unit. Conclusion: Mental health nurses with higher education levels and more vast working experience had higher working alliances. Thus, nurse managers and hospital policymakers should provide Continues Nursing Education (CNE), working alliance training, and therapeutic strategies for nurses to improve their working alliances. It is also essential to cooperate with nursing schools to include working alliances as learning objectives.
Life skills and sexual risk behaviors among adolescents in Indonesia: A cross-sectional survey Ati Surya Mediawati; Iyus Yosep; Ai Mardhiyah
Belitung Nursing Journal Vol. 8 No. 2 (2022): March - April
Publisher : Belitung Raya Foundation, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33546/bnj.1950

Abstract

Background:  Adolescents require life skills and individual and interpersonal abilities to grow into adults with a healthy lifestyle. Although the majority of the literature indicates that life skills increase teenagers’ cognitive, social, and emotional abilities, there is a lack of data correlating life skills to sexual risk behaviors. Objective: This study aimed to examine the relationship between life skills and sexual risk behaviors among adolescents aged 15–19 in Bandung, Indonesia. Methods: This study was conducted using a cross-sectional survey of 480 adolescents from April to May 2021. A representative sample was drawn from the students aged 15–19 years. The participants were selected using simple random sampling generated by computer software. Life Skill Training Questionnaire High School (LSTQ-HS) and sexual risk behaviors instruments were used for data collection, and logistic regression was used for data analysis. Results: From a total of 480 respondents, about 23.3% had masturbation experience, 25.8% had petting experience, 8.3% had sexual intercourse, 5% had sex before 18 years of age, and 4.2% had oral sex experience. Sexual risky behaviors were associated with unfavorable refusal skill (AOR = 6.46, 95% CI = 2.37, 17.53), assertiveness skill (AOR = 3.51, 95% CI = 1.32, 4.33), problem-solving skill (AOR = 5.35, 95% CI = 2.88, 11.39), and self-control skill (AOR = 7.31, 95% CI = 2.79, 17.24). Conclusion:  Life skills are important protective aspects for those who engage in sexually risky behavior. Considering the study findings, tailored life skills programs are critical for adolescent wellbeing and risk reduction. Nurses who take a proactive role in providing sexual and reproductive health services may provide more accurate information and provide early screening and assessment for sexual and reproductive behavior to reduce risky sexual behavior among adolescents. Schools are also encouraged to work with local health departments to conduct sexual education counseling programs.