Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Postingan di Twitter Mengenai Vaksinasi Covid-19: Perilaku Sosial Terhadap Vaksinasi Covid-19 guna Pencegahan Penularan Covid-19 Khoirun Nisa Aulia Sukmani
HUMAYA Jurnal Hukum Humaniora Masyarakat dan Budaya Vol. 1 No. 1 (2021): JUNE
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/humaya.v1i1.1802.2021

Abstract

Pandemi Covid-19 merupakan peristiwa baru yang dialami oleh seluruh masyarakat Indonesia dan juga dunia. Pandemi ini muncul dengan pola dan masalah baru yang memengaruhi perilaku sosial manusia sebagai individu dan masyarakat. Informasi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh manusia untuk menghadapi perubahan pola dan masalah yang terjadi. Di era pandemi ini, manusia aktif berinteraksi di media sosial sebagai bentuk pelarian dari kebijakan pelarangan interaksi fisik untuk mengurangi penularan virus. Interaksi yang terjadi antarmanusia merupakan bentuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk kepentingan manusia itu sendiri. Bagaimana ini dijelaskan? interaksi sebagai perilaku sosial harus dimaknai lebih dalam sebagai proses manusia untuk mencari pengetahuan dan pengalaman yang memiliki maksud dan tujuan di dalamnya. Tujuan ini sebenarnya untuk memastikan bahwa manusia itu sendiri memiliki pengetahuan untuk menghadapi perubahan yang terjadi akibat munculnya pandemi Covid-19. Metode social media ethnography digunakan untuk melihat proses interaksi di media sosial secara terus menerus hingga akhirnya manusia dapat membuktikan bahwa dirinya memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk memahami dan berperilaku di era pandemi Covid-19. Media sosial Twitter digunakan untuk melihat interaksi yang terjadi antarnetizen Indonesia terkait kejadian Covid-19, khususnya vaksinasi Covid-19 yang dilakukan di Indonesia. Interaksi berulang yang dilakukan membentuk bukti diri yang digunakan untuk mengonfirmasi dan mengamati peristiwa dengan lebih baik dengan pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan ini merupakan bentuk acuan yang digunakan manusia untuk bertindak ketika menghadapi peristiwa tertentu, dalam hal ini menanggapi setiap peristiwa selama pandemi Covid-19.
Intersubjectivity dalam Sosial Media: Gelak Tawa hingga Street Fashion Khoirun Nisa Aulia Sukmani
Jurnal Budaya Etnika Vol 6, No 2 (2022): Peradaban dan Pengetahuan Lokal: Pada Masa Hindu hingga Masa Kini
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v6i2.2337

Abstract

ABSTRAK. Sosial media merupakan ruang bagi masyarakat untuk berbagi dan menyampaikan informasi, hanya dalam hitungan detik gambar dan video yang dibagikan di sosial media menjadi perhatian masyarakat. Netizen – biasa disebut – selalu mencari tren yang ada di masyarakat – sosial media – saat ini. Salah satunya, video remaja-remaja pinggiran Jakarta yang katanya sedang “menguasai kawasan SCBD Dukuh Atas” sebagai ruang bagi mereka berkreasi di masyarakat. Citayam fashion week yang menjadi istilah bagi aksi remaja-remaja di kawasan tersebut, memicu netizen untuk ikut serta menghidupkan tren ini. Bagaimana ini dijelaskan? Interaksi sebagai perilaku sosial dalam bentuk respon seperti like dan komentar harus dimaknai lebih dalam lagi sebagai sebuah proses interaksi yang saling mempengaruhi. Metode social media etnography digunakan untuk melihat interaksi yang terjadi tersebut mempengaruhi dan mendorong netizen untuk ikut berkreasi dalam tren tersebut. Tulisan ini akan membahas mengenai “link to action” di mana satu tren yang sedang terjadi kemudian menjadi stimulan bagi aksi yang sama di wilayah lain yang termediasi sosial media. Tren spontan ini hadir sebagai upaya suatu kelompok berkreativitas di ruang publik, namun dalam kenyataannya tren ini sebagai upaya “menampilkan diri” – dalam tren – untuk mendapatkan representasi diri di sosial media.Kata kunci: Sosial Media, Intersubjektivitas, Representasi, TelecopresenceABSTRACT. Social media is a space for people to share and convey information, just seconds, the images and videos shared on social media become the public attention. Netizens – commonly called – are always looking for trends in society – social media – today. One of them is a video of teenagers on the outskirts of Jakarta who are said "controlling the Dukuh Atas SCBD area" as a space for them to be creative in society. Citayam fashion week, which became the term for the actions of teenagers in the area, triggered netizens to participate in bringing this trend to life. How is this explained? Interaction as social behavior in the form of responses such as likes and comments must be interpreted more deeply as a process of interaction that influences each other. The social media ethnography method used to see how the interactions that occur affect and encourage netizens to be creative in this trend. This paper will discuss the “link to action” where one trend that is currently happening then becomes a stimulant for the same action in other areas mediated by social media. This spontaneous trend is present as an effort by a creative group in the public sphere, but in reality, this trend is an attempt to “show oneself” – in trend – to get a self-representation on social media.Keywords: Social Media, Intersubjectivity, Representation, Telecopresence