Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Hubungan Antara Reactive Oxygen Species (ROS), Superoxide Dismutase (SOD) dengan Protein α-Sinuklein-larut Air pada Batang Otak Tikus yang Diinduksi Rotenon Yulianti, Arief Budi; Sumarsono, Sony Heru; Ridwan, Ahmad; Yusuf, Ayda T
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif dengan ganggunan gerak bila kematian neuron dopaminergik lebih dari 70 %. Paparan neurotoksin diduga menjadi penyebab terjadinya Parkinson sporadik. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi stres oksidatif pada batang otak tikus Wistar yang diinduksi rotenon. Metode: Penelitian eksperimental dengan menggunakan tikus Wistar jantan. Variabel bebas: kelompok tikus, lama perlakuan, waktu pengamatan, dan lokasi di batang otak. Variabel terikat: konsentari SOD, konsentrasi protein α-sinuklein-larut air, dan densitas ROS. Densitas ROS berbeda secara signifikan antara kelompok perlakuan (sig: 0,029), waktu pengamatan (sig: 0,0001), dan lokasi di batang otak (sig: 0,001). Konsentrasi SOD tidak berbeda secara signifikan antar kelompok perlakuan (sig:0,566), waktu pengamatan (sig:0,441) dan lokasi di batang otak (sig: 0,091). Konsentrasi protein α-sinuklein-larut air berbeda secara signifikan antar kelompok perlakuan (sig: 0,001), waktu pengamatan (sig: 0,001) tetapi tidak berbeda secara signifikan pada lokasi di batang otak (0,625). Densitas ROS relatif tertinggi pada hari ke-10 dan 40. Sementara itu konsentrasi SOD pada hari ke-10 dan 40 relatif rendah sedangkan konsentrasi protein α-sinuklein-larut air pada hari ke-10 relatif tinggi dibandingkan dengan hari ke-40. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres oksidatif pada batang otak tikus Wistar yang diinduksi rotenon berpengaruh pada struktur protein α-sinuklein.   Kata kunci: Batang otak, protein α-sinuklein, ROS, rotenon, SOD, stres oksidatif   Abstract Parkinson is the neurodegenerative disease with movement disordered, if the dopaminergic neurons dead more than 70%. Neurotoxins exposure is predicted cause sporadic Parkinson. The research aim is to determine oxidative stress stage in the brainstems Wistar rat’s treated-rotenone. Methods: An experimental study using male Wistar rats. The independent variable: groups of rats, long treatment, observation time, and location in the brainstem. The dependent variable: SOD concentration, concentration of protein α-synuclein-water soluble, and ROS density. ROS density significantly different among treatment groups (sig: 0,029), observation time (sig: 0.0001), and the location in the brainstem (sig: 0,001). SOD concentrations not significantly different among treatment groups (sig: 0.566), observation time (sig: 0.441) and the location in the brainstem (sig: 0.091). The concentration of protein α-synuclein-water soluble significantly different among treatment groups (sig: 0,001), observation time (sig: 0,001), but not significantly different at the location in the brainstem (0,625). ROS density relatively high at day 10 and 40. Meanwhile SOD concentration on day 10 and 40 are relatively low. And the concentration of α-synuclein protein-water soluble on day 10 is relatively higher than on day 40. The conclution is oxidative stress in the brainstem Wistar rat’s treated-rotenone effected on the protein α-synuclein structure Key word: α-synuclein protein, brainstem, oxidative stress, ROS, rotenone, SOD
Perbandingan Tingkat Kecemasan Primigravida dengan Multigravida di RSUD Majalaya Iqbal, Iqbal Muhammad; Wati, Yuliana Ratna; Yulianti, Arief Budi
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Kecemasan adalah respons terhadap situasi mengancam tertentu yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, karena terdapat ketidakpastian di masa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditanggulangi akan membawa dampak terhadap fisik dan psikis, seperti persalinan lama, preeklamsi dan depresi pascamelahirkan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbandingan tingkat kecemasan antara ibu primigravida dan multigravida di Poli Obstetri dan Ginekologi RSUD Majalaya. Penelitian ini menggunakan rancangan observational analitik dengan pendekatan metode cross sectional periode April–Juni 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS). Data penelitian dianalisis secara analitik dan diuji menggunakan uji t tidak berpasangan. Dari hasil penelitian didapatkan tingkat kecemasan rata-rata pada primigravida adalah 36,76±5,75, sedangkan pada multigravida 37,43±7,07. Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara primigravida dan multigravida (p=0,739). Hal ini diduga karena faktor biologis seperti perubahan hormonal dan faktor dukungan sosial dari keluarga ibu primigravida maupun multigravida sehingga cukup efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan. Simpulan, tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan ibu primigravida dengan multigravida di Poli Obstetri dan Ginekologi RSUD Majalaya.   Kata kunci: Kecemasan, kehamilan, multigravida, primigravida, ZSAS         Comparative Level of Anxiety between Primigravida and Multigravida in RSUD Majalaya   Abstract   Anxiety is a response to treated due to threatens the uncertainty of the future and fear that something bad will happen. Pregnancy is growth and development of fetoes intrauterin since conception until the beginning of labour. If anxiety not resolved, it will have an impact on physical and psychological, such as prolonged labour, preeclampsia and postpartum depression. The aim of this study was to assess the anxiety level comparison between primigravida and multigravida in Obstetrics and Gynecology clinic at the General Hospital Majalaya.The method was a cross sectional with number of respondent 42 people who appropriate with inclusion criteria in period April–June 2014. The questionnaires Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) used to measure level of anxiety in primigravida and multigravida. The data were analyzed and tested using independent t-test. The results showed the average level of anxiety in primigravida was 36.76±5.75, while the multigravida was 37.4 ±7.07 (p=0.74). Thus, no differences in anxiety levels between primigravida and multigravida. This is presumably due to biological factors such as hormonal changes and factors of social support from family were given the primigravida and multigravida, so it is quite effective to reduce the level of anxiety. In conclusion, there is no differences occured between primigravida and multigravida in Obstetrics and Gynecology clinic at the General Hospital Majalaya.   Key words: Anxiety, multigravida, pregnancy, primigravida, ZSAS
Model Pertumbuhan Populasi yang Tergantung pada Kerapatan Populasi Arief Budi Yulianti
STATISTIKA: Forum Teori dan Aplikasi Statistika Vol 4, No 1 (2004)
Publisher : Program Studi Statistika Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jstat.v4i1.805

Abstract

Menentukan model pertumbuhan populasi tergantung dari asumsi dan tujuan pembuatan model populasi tersebut. Model pertumbuhan populasi yang tergantung pada kerapatan, melibatkan tiga variabel yaitu kelahiran, kematian dan keterbatasan lingkungan, antara lain keterbatasan makanan, ruang dan pasangan kawin. Model ini lebih mendekati kondisi populasi alami.
USAGE LOGARITHMIC DISTRIBUTION ON PLANKTON COMMUNITY DIVERSITY IN ARTIFICIAL PONDS Arief Budi Yulianti
STATISTIKA: Forum Teori dan Aplikasi Statistika Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Program Studi Statistika Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jstat.v4i2.871

Abstract

The community is arranged of species, that live at same time and on the same area. The measurement methods ofcommunity diversity depend on number of species and number of individuals in each of these species. The community hasrare species, and rich species. Many species only have single individual, two individuals and so on until only a few specieshave many individuals. These data were best fitted by the logarithmic distribution. The measurement of planktoncommunity diversity, that 100 day old, in artificial ponds, had result, it found 27 species and total individual was 10 811599, so logarithmic index was 0.9999999, and diversity index was 1.0811. The distribution became 1.0811; 0.5404;0.3604; 0.2703; and so on. In the short, the plankton community had many species that had one individual and only few species have many individuals. And Structure of community was influenced by the riches species.
Deteksi Dini Penyakit Parkinson: Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Petani Desa Tanjung Wangi Cicalengka Mengenai Bahaya Pestisida bagi Kesehatan Arief Budi Yulianti; Siska Nia Irasanti; Meta Maulida; Mia Kusmiati; Adhika Putra Rahmatullah
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.876 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v4i1.1730

Abstract

Pestisida bersifat toksik bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Petani adalah kelompok masyarakat berisiko tinggi terpapar pestisida. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku petani mengenai bahaya pestisida sangat diperlukan agar keputusan untuk menggunakan pestisida sesuai dengan jenis, waktu, dan cara menjadi tepat. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret–Juli 2015 dan merupakan penelitian observasional dengan subjek penelitian petani Desa Tanjung Wangi. Subjek penelitian diambil secara acak diperoleh 62 subjek penelitian yang terdiri atas 47 laki-laki dan 15 perempuan. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku diukur dengan kuesioner yang sudah divalidasi. Pengukuran gejala dini Parkinson menggunakan kuesioner PDQ39 yang sudah dimodifikasi. Diperoleh tingkat pengetahun dan sikap petani mengenai bahaya pestisida skor terendah 0,70 dan tertinggi 0,97 dengan nilai median 0,80 dan modus 0,79. Perilaku pestisida ini mengenai tata cara penggunaan pestisida skor terendah 0,64, tertinggi 1 dengan modus 0,84. Gejala dini Parkinson pada petani di Desa Tanjung Wangi skor tertendah 0,74 dan tertinggi 1 dengan nilai median 0,84 dan modus 0,91. Simpulan, pengetahuan, sikap, dan perilaku petani Desa Tanjung Wangi mengenai bahaya pestisida baik. Hasil yang diperoleh dari kuesioner tidak menggambarkan kondisi petani di lapangan. Hal ini dapat terjadi karena peneliti tidak memasukkan unsur ekonomi sebagai salah satu faktor penentu pengambilan keputusan menggunakan pestisida sehingga diperlukan upaya edukasi petani. DETECTION-EARLY OF PARKINSON'S DISEASE: KNOWLEDGE, ATTITUDES, AND BEHAVIOR FARMER IN DESA TANJUNG WANGI ABOUT PESTICIDES TOXICITIES TOWARD HEALTHPesticides are toxic for human and environment. Farmers are people at high risk of exposure to pesticides. The level of knowledge, attitudes, and behaviors of farmers about pesticides toxicity needed, so the decision to use pesticides be expected right. This research held on March–July 2015, observational method with subjects farmers in Desa Tanjung Wangi were taken randomly. Number of samples were 62 person consisted of 47 men and 15 women. The level of knowledge, attitudes, behaviors and detectionearly of Parkinson’s disease were measured with a questionnaire PDQ39 modified. The lowest score of level knowledge and attitudes about pesticides toxicities was 0.70 and the highest was 0.97 with median and modus 0.80 and 0.79, respectively. The lowest score of behavior regarding the method of pesticides used was 0.64 and the highest was 1 with modus 0.84. The lowest score of detection-early of Parkinson’s disease was 0.74 and the highest was 1 with median and modus 0.84 and 0.91, respectively. In conclusions, farmers knowledge, attitudes and behavior regarding pesticides toxicities are good. But the questionnaire wasn’t describe the really condition in field, especially in economic issues that affecting decisions about pesticides to be used, so educating to understand about pesticides toxicities needs to be done.
Hubungan Reactive Oxygen Species (ROS), Superoxide Dismutase (SOD) dengan Protein α-Sinuklein-Larut Air pada Batang Otak Tikus yang Diinduksi Rotenon Arief Budi Yulianti; Sony Heru Sumarsono; Ahmad Ridwan; Ayda T. Yusuf
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3179.146 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v3i2.1508

Abstract

Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif dengan ganggunan gerak bila kematian neuron dopaminergik lebih dari 70%. Paparan neurotoksin diduga menjadi penyebab terjadinya Parkinson sporadik. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi stres oksidatif pada batang otak tikus Wistar yang diinduksi rotenon. Metode penelitian eksperimental dengan menggunakan tikus Wistar jantan. Penelitian dilakukan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) periode Januari 2011–November 2013. Variabel bebas yaitu kelompok tikus, lama perlakuan, waktu pengamatan, dan lokasi di batang otak. Variabel terikat yaitu konsentrasi superoxide dismutase (SOD), konsentrasi protein α-sinuklein-larut air, dan densitas reactive oxygen species (ROS). Densitas ROS berbeda secara signifikan antara kelompok perlakuan (p=0,029), waktu pengamatan (p=0,0001), dan lokasi di batang otak (p=0,001). Konsentrasi SOD tidak berbeda secara signifikan antarkelompok perlakuan (p=0,566), waktu pengamatan (p=0,441), dan lokasi di batang otak (p=0,091). Konsentrasi protein α-sinuklein-larut air berbeda secara signifikan antarkelompok perlakuan (p=0,001) dan waktu pengamatan (p=0,001), tetapi tidak berbeda secara signifikan pada lokasi di batang otak (p=0,625). Densitas ROS relatif tertinggi pada hari ke-10 dan ke-40. Sementara itu, konsentrasi SOD pada hari ke-10 dan ke-40 relatif rendah, sedangkan konsentrasi protein α-sinuklein-larut air pada hari ke-10 relatif tinggi dibanding dengan hari ke-40. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stres oksidatif pada batang otak tikus Wistar yang diinduksi rotenon berpengaruh pada struktur protein α-sinuklein. THE RELATIONSHIP AMONG REACTIVE OXYGEN SPECIES (ROS), SUPEROXIDE DISMUTASE (SOD), AND α-SYNUCLEIN PROTEIN-WATER SOLUBLE IN WISTAR RAT'S BRAINSTEM TREATED WITH ROTENONEParkinson is the neurodegenerative disease with movement disordered, if the dopaminergic neurons dead more than 70%. Neurotoxins exposure is predicted cause sporadic Parkinson. The research aim was to determine oxidative stress stage in the brainstems Wistar rat’s treated-rotenone. An experimental study using male Wistar rats. The study was held in School of Life Sciences and Technology during January 2011–November 2013. The independent variables: groups of rats, long treatment, observation time, and location in the brainstem. The dependent variables: superoxide dismutase (SOD) concentration, concentration of protein α-synuclein-water soluble, and reactive oxygen species (ROS) density. Reactive oxygen species (ROS) density significantly different among treatment groups (p=0.029), observation time (p=0.0001), and the location in the brainstem (p=0.001). Superoxide dismutase (SOD) concentrations were not significantly different among treatment groups (p=0.566), observation time (p=0.441), and the location in the brainstem (p=0.091). The concentration of protein α-synuclein-water soluble was significantly different among treatment groups (p=0,001) and observation time (p=0.001), but not significantly different at the location in the brainstem (p=0.625). Reactive oxygen species (ROS) density were relatively high at day 10 and 40. Meanwhile SOD concentration on day 10 and 40 are relatively low. The concentration of α-synuclein protein-water soluble on day 10 was relatively higher than on day 40. The conclution is oxidative stress in the brainstem Wistar rat’s treated-rotenone effected on the protein α-synuclein structure changes.
Perbandingan Tingkat Kecemasan Primigravida dengan Multigravida di RSUD Majalaya Iqbal Muhammad Iqbal; Yuliana Ratna Wati; Arief Budi Yulianti
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2795.23 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v3i2.1551

Abstract

Kecemasan adalah respons terhadap situasi mengancam tertentu yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, karena terdapat ketidakpastian di masa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditanggulangi akan membawa dampak terhadap fisik dan psikis, seperti persalinan lama, preeklamsi dan depresi pascamelahirkan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbandingan tingkat kecemasan antara ibu primigravida dan multigravida di Poli Obstetri dan Ginekologi RSUD Majalaya. Penelitian ini menggunakan rancangan observational analitik dengan pendekatan metode cross sectional periode April–Juni 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS). Data penelitian dianalisis secara analitik dan diuji menggunakan uji t tidak berpasangan. Dari hasil penelitian didapatkan tingkat kecemasan rata-rata pada primigravida adalah 36,76±5,75, sedangkan pada multigravida 37,43±7,07. Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara primigravida dan multigravida (p=0,739). Hal ini diduga karena faktor biologis seperti perubahan hormonal dan faktor dukungan sosial dari keluarga ibu primigravida maupun multigravida sehingga cukup efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan. Simpulan, tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan ibu primigravida dengan multigravida di Poli Obstetri dan Ginekologi RSUD Majalaya. COMPARATIVE LEVEL OF ANXIETY BETWEEN PRIMIGRAVIDA AND MULTIGRAVIDA IN RSUD MAJALAYAAnxiety is a response to treated due to threatens the uncertainty of the future and fear that something bad will happen. Pregnancy is growth and development of fetoes intrauterin since conception until the beginning of labour. If anxiety not resolved, it will have an impact on physical and psychological, such as prolonged labour, preeclampsia and postpartum depression. The aim of this study was to assess the anxiety level comparison between primigravida and multigravida in Obstetrics and Gynecology clinic at the General Hospital Majalaya.The method was a cross sectional with number of respondent 42 people who appropriate with inclusion criteria in period April–June 2014. The questionnaires Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) used to measure level of anxiety in primigravida and multigravida. The data were analyzed and tested using independent t-test. The results showed the average level of anxiety in primigravida was 36.76±5.75, while the multigravida was 37.4±7.07 (p=0.74). Thus, no differences in anxiety levels between primigravida and multigravida. This is presumably due to biological factors such as hormonal changes and factors of social support from family were given the primigravida and multigravida, so it is quite effective to reduce the level of anxiety. In conclusion, there is no differences occured between primigravida and multigravida in Obstetrics and Gynecology clinic at the General Hospital Majalaya.
Pengaruh Fraksi Jahe Gajah terhadap Kadar HDL dan LDL Mencit Model Dislipidemia Fenda Khafidhotenty; Santun Bhekti Rahimah; Maya Tejasari; Miranti Kania Dewi; Herri S. Sastramihardja; Arief Budi Yulianti
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4324

Abstract

Penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskular dengan salah satu faktor risiko dislipidemia. Dislipidemia ditandai dengan peningkatan kadar LDL dan penurunan HDL. Salah satu bahan tradisonal yang digunakan sebagai terapi dislipidemia adalah jahe gajah (Zingiber officinale). Senyawa flavonoid pada jahe gajah memiliki kandungan antioksidan dan menekan aktivitas enzim HMG-CoA reduktase sehingga memiliki efek terhadap profil lipid tubuh. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh fraksi air jahe gajah terhadap kadar HDL dan LDL pada mencit model dislipdemia. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Farmasi Institut Teknologi Bandung dan Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung periode April–Juni 2018. Penelitian eksperimental ini menggunakan 15 ekor mencit jantan tua (45–49 minggu) yang terbagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol positif diberikan pakan standar dan pelarut fraksi, kelompok kontrol negatif diberikan pakan tinggi lemak dan pelarut fraksi, kelompok perlakuan 1 diberikan fraksi air jahe gajah 19,9 mg/20 gBB/hari, kelompok perlakuan 2 diberikan fraksi air jahe gajah 39,8 mg/20 gBB/hari, dan kelompok perlakuan 3 diberikan fraksi air  jahe gajah 79,6 mg/20 gBB/hari. Perlakuan dilakukan selama 28 hari. Hasil rerata kadar HDL setelah perlakuan adalah: 54,33 mg/dL; 35,00 mg/dL; 79,00 mg/dL; 81,57 mg/dL; dan 79, 67 mg/dL, sedangkan rerata kadar LDL adalah 6,53 mg/dL; 11,67 mg/dL; 33,33 mg/dL; 35,00 mg/dL, dan 21,33 mg/dL. Analisis statistik dengan one-way ANOVA pada pengukuran HDL bermakna signifikan (p<0,05) dan pengukuran LDL tidak signifikan (p>0,05) kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol positif dan negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh fraksi air jahe gajah terhadap kadar HDL namun tidak terdapat pengaruh terhadap kadar LDL. THE EFFECT OF GINGER FRACTION ON HDL AND LDL LEVELS IN MICE WITH DYSLIPIDEMIA The main cause of death among non-communicable diseases every year is cardiovascular disease, with one of the risk factors is dyslipidemia. Dyslipidemia is characterized by increased levels of LDL and decreased HDL. Ginger (Zingiber officinale) is one of the traditional herbs used as a therapy in dyslipidemia. Flavonoid compounds in ginger contain antioxidants and suppress the activity of the enzyme HMG-CoA reductase that it has an effect on the body’s lipid profile. The purpose of this study was to determine the effect of ginger fraction on HDL and LDL levels in mice with dyslipidemia. This experimental study used 15 old male mice (45–49 weeks). Mice are divided into 5 groups. The positive control group was given standard diet and fraction solvents, the negatif control group was given high fat diet and fraction solvents, the group 1 was given the ginger  fraction 19.9 mg/20gBB/day, the group 2 was given ginger  fraction 39.8 mg/20 gBB/day, and the group 3 was given a fraction of ginger  79.6 mg/20 gBB/day. The treatment was carried out for 28 days. The average of HDL levels was: 54.33 mg/dL; 35.00 mg/dL; 79.00 mg/dL: 81.57 mg/dL; and 79, 67 mg/dL. While the average of LDL was 6.53 mg/dL; 11.67 mg/dL; 33.33 mg/dL; 35.00 mg/dL, and 21.33mg/dL. Statistical analysis with one-way ANOVA on HDL measurements was significant (p <0.05) and non-significant LDL measurements (p> 0.05) between treatment group and control groups. The conducted study showed an effect of the ginger water fraction on HDL levels and no effect on LDL levels.
Fenomena Dose Dependent Manner Efek Jahe Gajah terhadap Cedera Jaringan Hati pada Sindrom Metabolik Agista Rohani; Noormartany Noormartany; Arief Budi Yulianti; Anita Indriyanti; Maya Tejasari
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i2.4332

Abstract

Sindrom metabolik merupakan kelainan metabolik kompleks yang memiliki komponen utama obesitas, resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi. Penyakit ini dapat berlanjut menjadi penyakit perlemakan hati non-alkoholik yang ditandai dengan cedera jaringan hati. Parameter yang dapat menandakan cedera jaringan hati adalah peningkatan kadar AST dan ALT. Peningkatan stres oksidatif mendasari terjadi penyakit ini sehingga untuk mengatasinya dapat menggunakan antioksidan, salah satunya adalah jahe. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian fraksi etil asetat jahe gajah terhadap kadar AST dan ALT pada mencit sindrom metabolik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo menggunakan mencit galur Swiss Webster yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan dan tiga kelompok perlakuan yang diberi fraksi etil asetat jahe gajah dengan konsentrasi 0,78 mg/kgBB/hari, 1,56 mg/kgBB/hari, dan 3,12/kgBB/ hari. Hasil penelitian menunjukkan kelompok perlakuan 1 memiliki kadar AST dan ALT lebih rendah dibanding kelompok kontrol, sedangkan kelompok perlakuan 2 dan 3 lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukan bahwa pada kelompok perlakuan satu, fraksi jahe dapat mencegah cedera jaringan hati, sedangkan pada kelompok perlakuan dua dan tiga justru merusak jaringan hati. Simpulan fraksi etil asetat jahe gajah memengaruhi cedera jaringan hati pada mencit model sindrom metabolik secara dose dependent manner. DOSE DEPENDENT MANNER PHENOMENON OF GINGER EFFECTS IN METABOLIC SYNDROME LIVER INJURYMetabolic syndrome is a complex metabolic disorder that has a major component are obesity, insulin resistance, dyslipidemia, and hypertension. This disease can progress to non-alcoholic fatty liver disease characterized by liver injury. Parameters that can indicate liver tissue injury are an increase in AST and ALT levels. Increased oxidative stress underlies the occurrence of this disease, so to overcome it can use antioxidants, one of which is ginger. This study aims to determine the effect of ethyl acetate fraction ginger on AST and ALT levels in mice of metabolic syndrome. This study was an experimental study in vivo using Swiss Webster mice models divided into four groups: untreated control group and three treatment groups given ethyl acetate fraction ginger with concentration 0.78 mg/ kgBW/day, 1.56 mg/kgBW/day, 3.12/kgBW/day. The results showed that the treatment group 1 had AST and ALT levels lower than the control group, while the 2 and 3 treatment groups were higher than the control group. This suggests that in the treatment group one, the ginger fraction can prevent liver injury while in the treatment group two and three actually damage the liver tissue. It can be concluded that the elephant glycol ethyl acetate fraction affects liver injury in metabolic syndrome mice model by dose dependent manner.
Angka Kejadian Tuberkulosis Paru pada Anak dengan Imunisasi BCG di RSUD Al-Ihsan Bandung Bulan Januari–Juni 2019 Fitri Janur Rakhmawati; Arief Budi Yulianti; Widayanti Widayanti
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i2.5651

Abstract

Tuberkulosis (TB) yang dikenal sebagai salah satu penyebab 10 kematian tertinggi di dunia merupakan penyakit infeksi menular disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru dapat diderita oleh anak termasuk pada usia 0–5 tahun. Berbagai faktor risiko penularan TB pada anak, yaitu usia jenis kelamin, status gizi, dan status imunisasi BCG. Penelitian ini berupa deskriptif bertujuan menganalisis angka kejadian TB anak dengan karakteristik riwayat imunisasi BCG pada pasien TB anak yang baru didiagnosis di RSUD Al-Ihsan Bandung pada bulan Januari–Juni 2019. Desain ini menggunakan metode deskriptif yang diperoleh dari rekam medis pasien TB. Hasil penelitian didapatkan bahwa penderita TB paru anak yang datang ke Poli Anak RSUD Al-Ihsan Bandung pada bulan Januari–Juni 2019 sebanyak 211 penderita TB dengan jumlah kejadian terbanyak pada bulan Mei. Jumlah pasien TB anak usia 1–24 bulan 30 orang (25,6%) dan usia 25–60 bulan 87 orang (74,4%), jenis kelamin laki-laki 59 orang (50,4%) dan perempuan 58 orang (49,6%). Pasien yang memiliki tanda parut 98 orang (83,8%) dan tidak memiliki tanda parut 19 orang (16,2%). Simpulan, penderita TB paru anak banyak terjadi pada usia 1–24 bulan, jenis kelamin laki-laki, dan memiliki riwayat imunisasi BCG. NUMBERS OF LUNG TUBERCULOSIS IN CHILDREN WITH BCG IMMUNIZATION IN AL IHSAN BANDUNG HOSPITAL MONTHS JANUARY–JUNE 2019Tuberculosis (TB), known as one of the 10 highest causes of death in the world, is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. Pulmonary tuberculosis can be suffered by children including those aged 0–5 years. Various risk factors for TB transmission in children are age, sex, nutritional status and immunization status of BCG. This descriptive research aims to analyze the incidence of pediatric TB with a characteristic history of BCG immunization in newly diagnosed pediatric TB patients at Al-Ihsan Regional Hospital Bandung in January– June 2019. This design used a descriptive method obtained from the medical records of TB patients. The results showed that patients with pulmonary TB who came to the Children’s Polyclinic of Al-Ihsan Regional Hospital Bandung in January–June 2019 were 211 TB patients with the highest number of events in May. The number of TB patients in children aged 1–24 months were 30 children (25.6%) and aged 25–60 months was 87 children (74.4%), boys were 59 children (50.4%) and girls were 58 people (49.6%). Patients who had scar marks were 98 children (83.8%) and did not have scar marks 19 children (16.2%). In conclusion many children with pulmonary TB occur at 1–24 months of age, male, and have a history of BCG immunization.