ABSTRAKMetil bromida adalah pestisida berspektrum luas untuk  mengendalikan  serangga,  nematoda,  dan patogen,  baik  dalam  tanah  maupun  di  gudang. Senyawa ini sudah dilarang penggunaannya di dunia berdasarkan kesepakatan Montreal Protocol tahun 2000, bahkan harus dimusnahkan di seluruh dunia pada tahun 2015. Di beberapa negara maju sudah gencar dilakukan penelitian untuk mencari senyawa biofumigan sebagai alternatif pengganti metil bromida. Tulisan ini menguraikan salah satu sumber biofumigan  yang cukup prospektif dan cukup banyak diteliti, yaitu, glukosinolat (GSL), termasuk beberapa aspek berkaitan dengan biosintesis dan hidrolisis senyawa tersebut dan produk yang dihasilkan, sumber tanaman penghasil  GSL,  pengaruh  biofumigan  terhadap patogen tular tanah dan mikroorganisme lainnya, serta prospek dan kendala pemanfaatan biofumigan di Indonesia. GSL berasal dari tanaman famili kubis-kubisan (Brassicaceae). Ada sekitar 350 genera dan 2500  spesies  famili  Brassicaceae  yang  diketahui mengandung senyawa GSL. GSL merupakan senyawa yang  mengandung  nitrogen  dan  belerang  hasil metabolit sekunder tanaman. GSL akan dihidrolisis apabila  terjadi  kontak  dengan  enzim  mirosinase, biasanya melalui pelukaan jaringan tanaman. Hasil hidrolisis adalah beberapa senyawa, baik yang bersifat volatil maupun tidak, misalnya isotiosianat (ITS), ion tiosianat (SCN-), nitril, epitionitril, indolil alkohol, amin, sianid organik dan oksazolidinetion. Senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis tergantung pada suhu, pH, dan jenis tanah. Meskipun sudah banyak bukti bahwa senyawa ITS mampu mengendalikan patogen-patogen   tular   tanah,   namun   untuk penerapannya di Indonesia masih perlu penelitian supaya diperoleh hasil yang efektif, seperti eksplorasi jenis-jenis Brassicaceae   lokal   sebagai   sumber biofumigan, teknik aplikasi di lapangan (pola tanam, rotasi, tumpangsari, tanaman penutup tanah), dan faktor-faktor  abiotik  yang  berpengaruh  terhadap biosintesis maupun hidrolisis GSL di dalam tanah.Kata  kunci:  Brassicaceae,  biofumigan,  hidrolisis, sumber  tanaman,  prospek  pengem-bangan di Indonesia ABSTRACTBiofumigant as an environmentally friendly method to control soilborne plant pathogensMethyl bromide (MBr) is a broad spectrum pesticide used to control insects, nematodes, and pathogens both in soils and storages. Under the Montreal Protocol 2000, MBr has been banned excempted for critical use and it is scheduled to be eliminated completely as of 2015. Several developed countries are intensively seeking for biofumigants as an alternative substances to substitute MBr. This paper discuses glucosinolate (GSL),  one of the most prospective biofumigant, including its biosynthesis, hydrolisis process and their products, effect on soilborne pathogen and other soil microorganisms, as well as its prospect and constrains of the development of biofumigant in agricultural system in Indonesia. There are about 350 genus and 2500 spesies of Brassicaceae plants known to contain GSLs. The GSLs are secondary metabolites that contain sulfur, nitrogen and a group of glucose. The GSL is only hydrolysed when it is contacted with myrosinase enzym in the presence of water, commonly occured when plant tissue is damaged. Various hydrolysis products of volatile and non volatile compounds are known such as isothiocyanates (ITCs), ion thiocyanates (SCN-), nitrile, epithionitrile, indolyl alcohol, amine, organic  cyanide  and  oxazolidinethion.  Type  of hydrolised products depends on soil temperature, pH, and soil types. Ample evidences support the use of ITCs to control soilborne pathogens and yet to obtain effective control in a large scale application, especially in Indonesia, needs more comprehensive studies, such as exploration of biofumigant sources from indigenous or local species of Brassicaceae, application methods (cropping system, rotation, intercropping, or cover crop) and other abiotic factors affecting the hydrolysis process of GSL in soil.Keyword: Brassicaceae, biofumigant, hydrolisis, plant source, prospect, Indonesia.