This Author published in this journals
All Journal JURNAL AGRICA
Marthin Sibagariang
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

ANALISIS PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Marthin Sibagariang; Zulkarnain Lubis; Hasnudi Hasnudi
JURNAL AGRICA Vol 3, No 2 (2010): JURNAL AGRICA
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/agrica.v3i2.993

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor strategi internal dan eksternal guna merumuskan strategi pengembangan Inseminasi Buatan (IB) serta untuk mengetahui telah sejauh mana pelaksanaan Inseminasi Buatan pada sapi dan dampaknya pada peternak sapi di Provinsi Sumatera Utara.Pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis kwalitatif dan kwantitatif secara sederhana. Secara kwantitatif alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT, dan analisis kwantitatif secara sederhana dengan Cara menyusun tabel frekwensi, tabel frekwensi ini berguna untuk mengetahui distribusi dari tanggapan responden. Hasil analisis SWOT berada pada kwadran 3, yaitu Pengembangan Inseminasi Buatan di Sumatera Utara mempunyai peluang yang besar, tetapi dilain pihak menghadapi beberapa kelemahan internal dalam memanfaatkan peluang yang ada sehingga pengembangan Inseminasi Buatan di Sumatera Utara belum optimal. Hasil analisis secara kwantitatif secara sederhana menggambarkan bahwa sesungguhnya Sumatera Utara tidak kekurangan SDM di bidang tehnologi Inseminasi Buatan akan tetapi penyebarannya belum merata, Antusiasme peternak untuk menerapkan tehnologi Inseminasi Buatan belum diikuti sikap proaktif mereka dalam merobah sistim pemeliharaan dan menjalin komunikasi dengan petugas. Pelaksanaan IB secara nyata memberikan manfaat positif terhadap peningkatan mutu genetic ternak dan pendapatan peternak, hal ini juga dibuktikan dengan sistim IB produktifitas ternak lebih tinggi dibandingkan dengan kawin alam. Namun sangat disayangkan bahwa peran pemerintah daerah hampir disetiap tingkat II masih sangat rendah mendukung pengembangan IB.