Wayan Winda Angel
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Tabuh Rah pada Ritual Yajna Masyarakat Bali di Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Wayan Winda Angel; Risma Margaretha Sinaga; Suparman Arif
PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 7, No 2 (2019): PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah)
Publisher : FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.366 KB)

Abstract

This study aims to describe the tradition of Tabuh Rah in the Yajna ritual of Balinese community in Balinuraga Village, Sub-District of Way Panji, South Lampung Regency. This study applied descriptive method with qualitative approach. The data collection techniques were carried out through interview, observation, literature and documentation. The data analysis technique was done using qualitative data analysis. The results showed that the tradition of Tabuh Rah in the Yajna ritual of Balinese community of Balinuraga Village is still being preserved, yet the implementation has shifted from the literature, because during Tabuh Rah ritual, there is no du'a making (spell) on the cocks, and not even followed by upakara tradition like candlenut fighting, coconut fighting and egg fighting after the Sata war. Thus, in its development, Tabuh Rah is undergoing desacralization with the emergence of tajen (propan) which made Tabuh Rah its shield through legalizing gambling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi tabuh rah pada ritual yajna Masyarakat Bali di Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi tabuh rah pada ritual yajna Masyarakat Bali di Desa Balinuraga masih dilaksanakan namun dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan sastra, karena saat ritual tabuh rah ayam tidak diberi doa (mantra) dan tidak diikuti dengan upakara seperti adu kemiri, kelapa dan telor setelah perang sata selesai. Tabuh Rah pada perkembanganya mengalami desakralisasi dengan munculnya tajen (propan) yang menjadikan Tabuh Rah sebagai tamengnya dengan melegalisasi perjudian.Kata kunci: masyarakat bali, ritual yajna, tabuh rah