Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Biomonitoring Escherichia coli and Coliform Contamination in Abalone (Haliotis squamata) Cultivation Pond in Musi Village, Gerokgak Sub-District, Buleleng-Bali. Wiradana, Putu Angga; Yusup, Deny Suhernawan; Soegianto, Agoes
Aquacultura Indonesiana Vol 20, No 1 (2019)
Publisher : Indonesian Aquaculture Society (MAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.013 KB) | DOI: 10.21534/ai.v20i1.143

Abstract

Abalone (Haliotis squamata) is one of the fisheries commodities that have high economic value. This study was conducted to investigate contamination of Escherichia coli and coliform in Abalone cultivation ponds in the Musi Village area, Buleleng Regency, Bali. An experiment was carried out by taking water samples in the abalone pond every week for one month. The results showed that there was no difference between the total number of Escherichia coli and coliform. Water samples that were positive for coliform in the determination test had no differences in each sample with total coliform values (Colonies / 100mL) of 4, 3, 7 and 9 (MPN / 100mL) respectively. While the total number of Escherichia coli is shown after being grown in EMBA selective media which are 4, 3, 7, 4 (MPN / 100mL) respectively. Meanwhile, when compared with the number referenced from the Decree of the State Minister of Environment Number 51 of 2004 concerning Sea Water Quality Standards, the quality of seawater for aquatic cultivation in this study is still classified as Safe (<1000 MPN / 100mL).
PENGAMATAN PERTUMBUHAN COPEPOD SEBAGAI PERSEDIAAN PAKAN ALAMI Suko Ismi; Deny Suhermawan Yusup; Sephia Anjani
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 13 No. 2 (2021): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitkt.v13i2.35454

Abstract

Copepod is a natural food that has a small size in the nauplii stage and high nutritional value. Suitable as initial feed for marine fish larvae with small mouth openings. The research aims to know the harvest of copepods from Genus Acartia in mass culture to feed larvae in marine fish seed production. The research was conducted in 2020 at the Institute for Mariculture Research and Fisheries Extension, Gondol-Bali. The first study was divided into two steps to determine the growth pattern of copepods as a harvest reference in the second study, which was the culture in 3 jars of 10 L. The second was to determine the number of copepods harvested in mass culture as a feed supply. Culture using three fiber tanks volume 1,000 L, Inoculation was given copepodite stage with a density of 50 ind/L and given artificial feed and rearing until the density decreases. Based on the pattern of density growth from the first study, the copepod harvest in the second study began on the eighth day. The highest harvest of the nauplii stage was reached on the seventeenth day with 184.7 ind/L the copepodite stage of 4,4 ind/L. The results of copepod culture are not sufficiently used as the main feed for mass larval production and can only be used as a feed mixture to add nutritional larvae.
Pengaruh Pemberian Pakan Alami Kopepoda Jenis Acartia sp. Terhadap Pertumbuhan Nener Bandeng (Chanos chanos) Dionisius Darmawan Sutanto; Deny Suhernawan Yusup; Joko Wiryatno
Metamorfosa: Journal of Biological Sciences Vol 6 No 2 (2019)
Publisher : Prodi Magister Ilmu Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/metamorfosa.2019.v06.i02.p15

Abstract

Copepods is a zooplankton which is common to be found in the seas and one of the primary food of fish larvae. Copepods believed to be one of the key of aquaculture development because it has higher nutritional value. One of the most researched copepods species is Acartia sp. because having shorter life cycle and the most easily found compared to other copepods species. However information about copepods growth still limited. The research of copepods species Acartia sp. growth was aimed to collect information about Acartia sp. body length and width so that it can known whether fish larvae mouth opening match with copepods body size. This research was done in March 2017 at Gondol Reseach Institute of Mariculture, Gondol, Bali. Acartia sp. sample was collected from mass culture pond’s outlet pipe as much as 250 mL with three repetitions so the total sample was 750 mL then around 1 mL was taken to be observed in the microscope dissecting set which equipped with micrometer at 64 times magnification for measurement process. Variable to be observed was Acartia sp. body length and width. From the research it was known Acartia sp. has four phase of life cycle which is egg, nauplii, copepodit, and adult. Acartia sp. eggs have a measurement around 0,04 mm to 0,05 mm, then nauplii sized around 0,069 mm to 0,182 mm, while copepodit sized around 0,363 mm to 0,584 mm, and the adults sized around 0,865 mm. Acartia sp. has a rapid population growth because one adult Acartia sp. can produce 16 eggs.
Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Kerang di Kawasan Perairan Serangan Bali Gede Surya Indrawan; I Wayan Arthana; Deny Suhernawan Yusup
Metamorfosa: Journal of Biological Sciences Vol 5 No 2 (2018)
Publisher : Prodi Magister Ilmu Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/metamorfosa.2018.v05.i02.p02

Abstract

Kerang merupakan salah satu sumberdaya laut di Pulau Serangan yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber bahan pangan bergizi dan bernilai ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan perairan Serangan. Sampel kerang diperoleh dari hasil tangkapan masyarakat di tiga lokasi dan tempat pengumpul kerang. Metode yang digunakan adalah preparasi pengabuan basah dan dianalisis dengan alat ICPE (Inductedvely coupled plasma emission). Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang bernilai ekonomi (Marcia opima, Marcia hiantina, Perna sp.) yang ditangkap oleh nelayan melebihi ambang batas BPOM (2,093 - 2,571 mg/kg). Namun proses pendedahan dengan perendaman 24 jam menurunkan kandungan timbal (Pb) di bawah ambang batas (0,387 - 0,971 mg/kg).
Pengaruh Pemberian Pakan Beberapa Alga Makro (Ulva sp., Gracilaria sp., Halymenia sp.) Terhadap Pertumbuhan Abalon Haliotis squamata Desi Damayanti; Deny Suhernawan Yusup; Ibnu Rusdi
Metamorfosa: Journal of Biological Sciences Vol 5 No 2 (2018)
Publisher : Prodi Magister Ilmu Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/metamorfosa.2018.v05.i02.p08

Abstract

Teknologi produksi benih dan pakan abalon Haliotis squamata telah berhasil dikembangankan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol, sedangkan pakan untuk pendederan juvenil abalon masih memerlukan pengembangan lebih lanjut untuk memperoleh bahan pakan yang optimum untuk pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan beberapa jenis alga makro segar (Ulva sp., Gracilaria sp., Halymenia sp.) yang diberikan dalam komposisi tunggal ataupun kombinasi (7 komposisi) terhadap pertumbuhan juvenil abalon H. squamata. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3 kali ulangan. Percobaan dilakukan dalam keranjang plastik ukuran 287 x 140 x 52 mm dengan kepadatan 25 ekor (berat badan 1,75 ± 0,08 g, panjang cangkang 21,96 ± 0,34 mm, lebar cangkang 13,37 ± 0,24 mm). Pengukuran abalon dilakukan setiap 2 minggu sekali, dan pemeliharaan abalon dilakukan selama 87 hari dengan pemberian pakan setiap 2 hari sekali. Hasil penelitian ini diketahui bahwa perlakuan dengan pemberian pakan kombinasi Ulva sp., Gracilaria sp., dan Halymenia sp. memberikan pertumbuhan yang paling baik pada berat badan (BB), panjang cangkang (PC), serta lebar cangkang (LC), berturut-turut yaitu 4.70±0.20 g, 30.61±0.44 mm, serta 18.94±0.26 mm, sedangkan perlakuan pakan Halymenia sp. yang terendah. Nilai rasio konversi pakan (FCR) terendah yaitu pada perlakuan Ulva sp. dan Halymenia sp. 13,55±1,06, dan tertinggi yaitu pada perlakuan Gracilaria sp. 23,89±2,63.
Response of North Pacific Seastar Asterias amurensis To Food Attractant (Betaine) Deny Suhernawan Yusup
Jurnal Biologi Udayana Vol 16 No 2 (2012): Jurnal Biologi
Publisher : Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.512 KB)

Abstract

Penelitian tentang respon hewan bintang laut Pacific Utara telah dilakukan di Tasmania Aquaculture and Fisheries Institute (TAFI) Taroona Hobart Tasmania. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon Asterias amurensis terhadap stimulant (asam amino Betaine) dan ambang  konsentrasi yang direspon  serta orientasi pemangsaan (NGDR dan kecepatan merayap). Tujuh konsentrasi (Molar) larutan Batine yang ditandai pewarna rhodamine digunakan dalam penelitian ini yaitu: 0 M (kontrol), 10-1 M; 10-3 M; 10-4 M; 10-5 M; 10-6 M; 10-7 M; 10-8 M.  Kecepatan arus yang digunakan adalah 1.1 cm/dt. Respon di rekam dengan video kamera dan dianalisa dengan program MOCHA. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa respon maksimum ditunjukkan pada konsentrasi 10-5 M (P: 0.05, IDF= 3.843). Kosentrasi ambang diduga antara 10-7 M and 10-8 M.  Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan respon bintang laut kecil dengan yang besar.  Hasil analisa statistik juga menunjukkan bahwa NGDR dan keceparan merayap tidak ada perbedaan diantara konsentrasi Betaine.
ASOSIASI MAKROZOOBENTOS PADA PADANG LAMUN DI PANTAI MERTA SEGARA SANUR, BALI Gede Surya Indrawan; Deny Suhernawan Yusup; Devi Ulinuha
Jurnal Biologi Udayana Vol 20 No 1 (2016): Jurnal Biologi
Publisher : Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (878.222 KB)

Abstract

Makrozoobentos merupakan salah satu komunitas organisme dasar perairan yang berasosiasi dengan ekosistem lamun. Penelitian ini bertujuan mengetahui asosiasi makrozoobentos dengan kepadatan padang lamun dan tipe sedimen di Pantai Merta Segara. Penelitian dilaksanakan bulan Oktober-Desember 2013 pada waktu surut terendah.engambilan sampel dilakukan dengan metode transek kuadrat yang terdiri dari 3 transek dan dibentangkan sepanjang 300 m dengan interval antar transek 50 m. Hasil penelitian diperoleh Indeks diversitas (H’) 4,7 dan Indeks keseragaman (E) 0,85, mengindikasikan bahwa kawasan tersebut tergolong stabil. Jumlah jenis ditemukan 47 jenis dalam 9 kelas, dengan spesies yang mendominansi Eurythoe sp. (Polychaeta), dan nilai indeks dominansi (C) 0,05. Presentase tutupan lamun rata-rata sebesar 51,10 %, sedangkan tipe sedimen di dominansi oleh koarsa dan pasir kasar. Sebaran makrozoobentos menunjukkan adanya asosiasi dengan kepadatan tutupan lamun dan tipe sedimen gravel.
SEBARAN BULU BABI (ECHINOIDEA) DI KAWASAN PADANG LAMUN PANTAI MERTA SEGARA, SANUR-BALI Timothy Herman Laning; Deny Suhernawan Yusup; Joko Wiryatno
Jurnal Biologi Udayana Vol 18 No 2 (2014): JURNAL BIOLOGI
Publisher : Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (846.917 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk melihat sebaran hewan bulu babi di kawasan padang lamun Pantai Merta Segara, Sanur. Penelitian ini telah dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada saat keadaan surut dari bulanOktober 2012 sampai Februari 2013 di Pantai Merta Segara, Sanur. Penelitian ini menggunakan 4 transek sejajar garis pantai dengan panjang 50 meter, dengan 15 kuadrat berukuran 10x2,5m pada masing-masing transek. Jarak antar transek adalah interval 20 meter. Hasil pengamatan diperoleh 9 spesies (5 famili), yaitu Diadema savignyi, Diadema setosum, Diadema palmeri, Echinothrix calamaris, Echinometra mathei, Echinocardium sp., Mespilia globulus, Tripneustues gratilla dan   Toxopneustes sp.Indeks keragaman yang sedang (H’= 2,43) menunjukanpola penyebaran yang merata (E = 0,76) dan tingkat dominansi yang rendah (D = 0,25). Aktifitas penambatan kapal dan aktivitas wisatawan diduga berdampak netatif terhadap keberadaan lamun yang secara tidak langsung mengancam keberadaan bulu babi. Selain itu, ditemukan adanya keterkaitan antara jumlah spesies bulu babi dengan tipe substrat pasir halus sebagai habitatnya.
DISTRIBUSI HORIZONTAL MOLUSKA DI KAWASAN PADANG LAMUN PANTAI MERTA SEGARA SANUR, DENPASAR Buya Azmedia Istiqlal; Deny Suhernawan Yusup; Ni Made Suartini
Jurnal Biologi Udayana Vol 17 No 1 (2013): Jurnal Biologi
Publisher : Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.722 KB)

Abstract

A research on spatial distribution of Mollusc inhabitant seagrass bed at Merta Segara Beach Sanur, Denpasar was carried out from October to December 2012. The study site is well recognized as a place of tourist activities. Line transects with quadrate methods were applied as the sampling technique. Samples were collected in a total of 60 quadrates (10 m x 2.5 m) from four line transects with the interval of 50 m between each transect. At a sampling point chosen randomly, one transect was lined up toward the sea, then on each side of transect, 15 quadrates were laid with the interval of 20 m. The study found 31 individuals which 24 were classified as Gastropods, and 7 individuals classified as Bivalve. Overall, the study indicated that the Mollusc communities were in stable condition (H’= 3,74 and E= 0,75). The horizontal distribution of Mollusc was neither associated with seagrass percentage cover or the use of jetty piling. The spatial distribution seemed related to the use of area as tourist activities.
Komunitas Padang Lamun dan Ikan Pantai di Perairan Kendari, Sulawesi Tenggara (Seagrass and Coastal Fish Communities in Kendari Waters, South-East Sulawesi) Susi Rahmawati; Fahmi Fahmi; Deny S Yusup
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 17, No 4 (2012): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.032 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.17.4.190-198

Abstract

Salah satu peran ekologis padang lamun adalah tempat pemeliharaan ikan yang ditunjang oleh struktur vegetasi lamun. Keberadaan lamun dapat memengaruhi kelimpahan ikan pada suatu perairan dangkal. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kondisi lamun dan fungsi lamun sebagai area pemeliharaan ikan dalam menunjang kelimpahan ikan. Penelitian dilakukan di Perairan Kendari, Sulawesi Tenggara. Stasiun penelitian ditentukan pada enam lokasi, yaitu tiga lokasi bervegetasi lamun dan tiga lokasi tanpa vegetasi lamun. Parameter penelitian antara lain struktur komunitas lamun dan kelimpahan ikan. Data dianalisis secara statistik dengan one way ANOVA dan korelasi Person program Grahpad Prism 5.0 (Trial session). Penutupan lamun rata-rata berkisar antara 25 - 51% dan kerapatan berkisar 327,78 - 597,22 ind m-2.Struktur komunitas pada ketiga vegetasi lamun tidak berbeda secara signifikan. Ikan tercatat 73 jenis dan 1815 individu, antara lain ikan-ikan yang biasa ditemukan di ekosistem lamun seperti Apogon margaritophorus, Lutjanus gibbus, dan Achreichthys tomantosus. Jenis ikan yang paling melimpah adalah Siganus canaliculatus dengan rata-rata kelimpahan 0,378 ind m-2. Rata-rata kelimpahan ikan lebih besar pada stasiun bervegetasi dibandingkan stasiun yang tidak bervegetasi. Kerapatan lamun memiliki korelasi positif terhadap kelimpahan ikan (p<0,05). Kondisi lamun di Perairan Kendari tergolong cukup baik dan dapat menunjang kekayaan dan kelimpahan ikan pantai.Kata kunci: kerapatan lamun, peran ekologi, pemeliharaan ikan, SulawesiOne of ecological role of seagrass is as nursery area which hold by their own vegetation structure. Seagrass community can influence the abudance of fish in a shallow water. This study aimed to identify the seagrass bed condition as nursery area for supporting fish abudance. The study was conducted in Kendari Waters, South-East Sulawesi. Research station was set in six location .i.e. three location at seagrass vegetated and three location without seagrass. Parameter of the study was community structure of seagrass and abudance of fish. Data were analised statistically using one way ANOVA and Person correlation Grapad Prism 5.0 (Trial session). Mean of seagrass coverage was about 25 to 51% and density 327.78 to 597.22 ind m-2. There were no difference on community structure of seagrass at each location. There were 73 species of fish and 1815 individuals, there were fish that usually find in seagrass ecosystem for example Apogon margaritophorus, Lutjanus gibbus, and Achreichthys tomantosus. The most abundant species was Siganus canaliculatus (Siganidae) with mean abundance 0.378 ind m-2. Mean of fish abundance was higher in vegetated area than unvegetated. Seagrass density positively correlated with fish abundace (p<0.05). Seagrass community in Kendari Water showed a fairly good and good condition to support coastal fishes richness and abundance.Key words: seagrass density, ecologi role, nursery area, fish communities, Sulawesi