Yuyun Yuwariah
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 45363

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGEMBANGAN PRODUKSI PERTANIAN LAHAN KERING DENGAN SISTEM LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA) DI DESA CIGADOG, DAN MANDALAGIRI KECAMATAN, LEUWISARI KABUPATEN TASIKMALAYA Yuwariah, Yuyun
Dharmakarya Vol 4, No 2 (2015): DHARMAKARYA
Publisher : DRPM Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.722 KB)

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat program KKNM PPMD Integratif Periode Januari-April 2014 denganjudul “Pengembangan Produksi Pertanian Lahan Kering dengan Sistem Low External Input SustainableAgriculture (LEISA) di Desa Cigadog dan Mandalagiri Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya”telah dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalammengembangkan pertanian di lahan kering dengan sistem LEISA. Hasil evaluasi menunjukkan bahwasecara umum, program penyuluhan telah berhasil karena adanya peningkatan sasaran antara strategisdari tidak tahu menjadi tahu dan terampil, beberapa sasaran antara strategis yang diberi penyuluhanmenyatakan ketertarikan untuk menggunakan sistem LEISA dengan memenfaatkan potensi local untukproduksi tanaman yang mereka usahakan khususnya di lahan kering, dan akan menularkan ilmunya kepetani lainnya. Salah satu masalah yang masih menjadi kendala dalam mendukung untuk merealisasikanpotensi tersebut adalah terbatasnya petugas penyuluh pertanian yang harus melayani daerah yang cukup luassehingga pembinaan terhadap petani kurang maksimal 
Rerspon tanaman hanjeli (Coix lacryma-jobi L.) akibat kombinasi jarak tanam dengan dosis pupuk organik cair di kecamatan Rancakalong Wahyudin, Agus; Ruminta, Ruminta; Yuwariah, Yuyun; Fauzi, M.
Kultivasi Vol 15, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.536 KB)

Abstract

Pertambahan jumlah penduduk yang sangat besar menyebabkan kebutuhan pangan meningkat.Salah satu alternatif yang dapat dijadikan solusi adalah program diversifikasi pangan.Hanjeli adalah salah satu tanaman pangan alternatif, namun petani belum mendalami teknik budidaya tanaman ini terutama pemupukan.Oleh karena itu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil hanjeli dengan kombinasi jarak tanam dengan dosis pupuk organik cair.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi jarak tanam dengan dosis pupuk organik cair untuk meningkatkan hasil tanaman hanjeli. Percobaan dilaksanakan di Desa Pasir Biru, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang pada bulan Desember 2015 sampai dengan Mei 2016. Bibit Hanjeli yang dipergunakan adalah Hanjeli Pulut aksesi 37.Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 9 perlakuan. Jarak tanam yang dipergunakan adalah 50 x 50 cm, 75 x 50 cm, dan 100 x 50 cm. Dosis pupuk organik cair yang digunakan adalah 15 dan 30 L/ha. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi jarak tanam 50 cm x 50 cm + 30 L ha-1 pupuk organik cair merupakan perlakuan yang dapat menigkatkan komponen hasil dan hasil pada tanaman hanjeli. KataKunci:Coix lacryma-jobi L., Pupuk Organik Cair, Jarak Tanam
Pertumbuhan dan hasil kacang hijau kultivar Kenari dan No. 129 dalam tumpangsari bersisipan di antara padi gogo Yuwariah, Yuyun; Ismail, Ade; Hafhittry, I. N.
Kultivasi Vol 14, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.771 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat-kan waktu penyisipan dua kultivar kacang hijau dalam tumpangsari bersisipan yang terbaik  di antara padi gogo terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Percobaan dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai Juli 2011 di kebun percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Univer-sitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Perco-baan ditata dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan yang terdiri atas 10 perlakuan yaitu A25 = kultivar Kenari + Waktu Penyisipan 25 hari sebelum panen padi gogo, A20 = kultivar Kenari + waktu penyisipan 20 hari sebelum panen padi gogo, A15 = kultivar Kenari + waktu penyisipan 15 hari sebelum panen padi gogo, A10 = kultivar Kenari + waktu penyisipan 10 hari sebelum panen gogo, A5 = kultivar Kenari + waktu penyisipan 5 hari sebelum panen gogo, B25 = kultivar No. 129 + waktu penyisipan 25 hari sebelum panen padi gogo, B20 = kultivar No. 129 + waktu penyisipan 20 hari sebelum panen padi gogo, B15 =  kultivar No.129 + waktu penyisipan 15 hari sebelum panen padi gogo, B10 =  kultivar No. 129 + waktu penyisipan 10 hari sebelum panen padi gogo, B5 = kultivar No. 129 + waktu penyisipan 5 hari sebelum panen padi gogo. Hasil penelitian menunjukkan waktu penyisipan kacang hijau di antara padi gogo dengan kisaran 25, 20, dan 15 hari sebelum panen padi gogo, memberikan pertumbuhan dan hasil kedua kultivar Kenari dan No. 129 lebih baik dibandingkan perlakuan 5 dan 10 hari sebelum panen padi gogo, dan menghasilkan nisbah kesetaraan lahan dengan besaran masing-masing kultivar 1,77; 1,53; 1,27 dan 1,77; 1,53; dan 1,63. Kata kunci : kultivar, waktu penyisipan, kacang hijau, relay intercropping, padi gogo. 
Identifikasi morfologi dan agronomi jagung hibrida Unpad pada tumpangsari dengan padi hitam di dataran tinggi Arjasari Jawa Barat Azizah, Elia; Setyawan, A.; kadapi, Muhamad; Yuwariah, Yuyun; Ruswandi, Dedi
Kultivasi Vol 16, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.239 KB)

Abstract

Produksi jagung di Indonesia belum mampu menutupi tingginya permintaan jagung nasional. Padi hitam pun secara umum mengalami kondisi yang sama. Upaya peningkatan produksi jagung dapat ditingkatkan melalui penggunaan jagung hibrida. Namun, penggunaan varietas hibrida akan mendatangkan permasalahan lingkungan karena over aplikasi pupuk sintetis. Modifikasi lingkungan secara aktif pada budidaya hibrida jagung dan padi hitam dapat dilakukan dengan cara tumpangsari. Hal ini merupakan salah satu solusi yang ramah lingkungan karena memperkaya bahan organik dan anorganik melalui pemilihan tanaman kedua secara selektif, mencegah gagal panen, diversifikasi pangan dan asupan nutrisi yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan varietas jagung hibrida unpad yang memiliki penampilan morfologi dan agronomi terbaik dalam tumpangsari dengan padi hitam di dataran tinggi. Percobaan lapangan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 18 perlakuan jagung hibrida unpad dan 1 varietas komersil sebagai cek. Untuk mendapatkan Jagung hibrida terpilih analisis dilanjutkan dengan uji Least Significant Increase (LSI). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam kondisi tumpangsari dengan padi hitam, karakter panjang daundengan hibrida terpilih JH6, JH17, JH12, dan karakter bobot biji pipilan kering, dengan hibrida terpilih JH17, JH12, JH8, JH1 dan JH14, memberikan hasil tertinggi dibandingkan cek. Panjang daun dan bobot biji pipilan kering merupakan karakter penting terkait dengan hasil yang tinggi pada jagung hibrida. Namun, memberikan hasil yang sama pada tinggi tongkol dan kandungan klorofil. Untuk mendapatkan jagung hibrida unpad yang lebih stabil dan adaptif perlu dilakukan pengujian lebih lanjut pada musim dan ketinggian tempat yang berbeda.Kata kunci : Morfologi-Agronomi, hibrida,  jagung, padi hitam, tumpangsari
Respons tanaman gandum akibat pemberian sitokinin berbagai konsentrasi dan waktu aplikasi di dataran medium Jatinangor Wicaksono, Fiky Yulianto; Putri, Asyifa Fiani; Yuwariah, Yuyun; Maxiselly, Yudithia; Nurmala, Tati
Kultivasi Vol 16, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.86 KB)

Abstract

SariPertumbuhan dan hasil gandum (Triticum aestivum L.) diketahui dapat ditingkatkan dengan pemberian sitokinin. Sitokinin berperan juga dalam menunda penuaan daun gandum dan mengurangi cekaman panas di dataran medium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi berbagai konsentrasi sitokinin dengan berbagai waktu aplikasinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman gandum. Penelitian menggunakan metode percobaan yang dilakukan di kebun percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang mulai bulan November 2016 sampai dengan Februari 2017. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, sementara rancangan perlakuan adalah faktorial. Perlakuan terdiri dari dua faktor, yaitu konsentrasi sitokinin (3 taraf) dan waktu aplikasi (5 taraf). Semua perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi pada komponen panjang malai. Faktor konsentrasi sitokinin memberikan pengaruh mandiri pada jumlah gabah hampa, sementara waktu aplikasi memberikan pengaruh mandiri pada tinggi tanaman 6 minggu setelah tanam (MST), kandungan klorofil, dan jumlah gabah hampa. Panjang penyinaran yang pendek selama penelitian menyebabkan hasil tanaman tidak optimal. Penelitian lanjutan dapat dilakukan di panjang penyinaran ideal untuk memvalidasi penelitian ini. Kata kunci: gandum, sitokinin, konsentrasi, waktu aplikasi 
Pengaruh pola tanam tumpangsari jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida dan evaluasi tumpangsari di Arjasari Kabupaten Bandung Yuwariah, Yuyun; Ruswandi, Dedi; Irwan, Aep Wawan
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (979.804 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14377

Abstract

Jagung dan kedelai merupakan tanaman pangan terpenting setelah padi di Indonesia. Konsumsi jagung dan kedelai akan terus mengalami peningkatan setiap tahun dikarenakan pertambahan jumlah penduduk. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman dapat dilakukan dengan cara tumpangsari. Sistem tumpangsari merupakan sistem pertanaman dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman secara serentak pada lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui genotip jagung hibrida yang terbaik ditumpangsarikan dengan kedelai. Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret 2016 sampai bulan Agustus 2016 di Arjasari, Kabupaten Bandung dengan ketinggian tempat mencapai  960 m di atas permukaan laut. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 20 perlakuan dan diulang sebanyak 2 kali, dengan perlakuan 18 genotip dan 2 genotip cek, terdiri dari F1B X 4.8.8, F1E X 1.1.3, F1D X 3.1.4, F1F X G203, F1A X 4.8.8,, F1E X 3.1.4, F1H X G-673, F1I X G203, F1B X 1.1.3, F1E X 3.1.4, F1C X G203-1, F1G X 16.5.15, F1D X 16.5.15, F1H X 1.1.3, F1A X 16.5.15, F1I X G673, F1G X 673, F1C X 4.8.8, Maros 1 x 2 dan Maros 11 x 12 yang masing-masing ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sistem tanam tumpangsari jagung dan kedelai dapat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung genotip F1F x 3.1.4, Maros 1 x 2, dan Maros 11 x 12.  Perlakuan jagung hibrida genotip F1B x 1.1.3, F1B x 4.8.8, F1C x 4.8.8, F1I x G203-1, Maros 1 x 2 dan Maros 11 x 12  yang ditumpangsarikan dengan kedelai memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot biji pipilan kering per petak sebesar 2,60 – 3,30  kg/m2 setara dengan 5,77 – 7,34 ton/ha.Kata kunci : Jagung Hibrida, Kedelai, Tumpangsari
Karakterisasi dan Kekerabatan 23 Genotip Jawawut (Setaria italica L. Beauv) yang Ditanam Tumpangsari dengan Ubi Jalar Berdasarkan Karakter (Agromorfologi Characterization and Relationship of 23 Foxtail Millet (Setaria italica L. Beauv) Genotypes Intercropped With Sweet Potato Based on Agromorphological Traits) Ali Qosim, Warid; Randall, Alan; Yuwariah, Yuyun; Nuraini, Anne; Nurmala, Tati; Irwan, Aep Wawan
JURNAL PANGAN Vol 25, No 1 (2016): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1141.505 KB) | DOI: 10.33964/jp.v25i1.303

Abstract

Diversifikasi pangan lokal merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi krisis pangan akibat pertambahan jumlah penduduk di Indonesia setiap tahun. Produksi dan pengembangan jawawut di Indonesia masih tergolong rendah karena terbatas oleh ketersediaan lahan. Tumpangsari merupakan praktek pertanian berkelanjutan dan alternatif dalam pengembangan jawawut di Indonesia. Namun, sistem tanam tumpangsari dapat menyebabkan kompetisi antar tanaman. Strategi untuk mengurangi tingkat kompetisi antar tanaman dapat dilakukan dengan penanaman dua jenis tanaman yang mempunyai morfologi, perakaran dan umur panen yang berbeda. Budidaya jawawut dan ubi jalar tidak membutuhkan irigasi. Berdasarkan informasi tersebut, jawawut dan ubi jalar dapat dibudidayakan secara tumpangsari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter agromorfologi yang memberikan kontribusi yang nyata terhadap keragaman 23 genotip jawawut yang ditanam secara tumpangsari dengan ubi jalar. Hasil penelitian menunjukkan koefisien ketidakmiripan yang terbentuk di antara 23 genotip jawawut yang diamati karakter agromorfologinya yaitu berkisar antara 0,24 - 2,34, dan membagi dua klaster utama, yaitu klaster A dan B. Karakter tinggi tanaman 14 hst, 28 hst, 42 hst dan 56 hst, jumlah daun 14 hst dan 42 hst, indeks luas daun 49 hst dan umur panen merupakan karakter yang memberikan kontribusi terhadap keragaman paling tinggi yaitu sebesar 46,82 persen.Local food diversification is one of attempt to anticipate food crisis due to population growth in Indonesia every year. Production and development of millet in Indonesia is still relatively low because it is limited by the availability of land. Intercropping is sustainable and alternative farming practices in the development of millet in Indonesia. However, intercropping system may be occur competition between plants. Strategies to reduce the level of competition between plants by planting two types of plants which have different morphology, root and harvesting time. Cultivation of millet and sweet potatoes do not require irrigation. Based on the information millet and sweet potatoes can be cultivated intercropped. The purpose of this study was to determine the agromorplogical traits which make a significant contribution to the diversity of 23 genotypes of millet were planted with sweet potatoes. Result showed that dissimilarity coefficient between 23 genotypes of millet were 0,24 to 2,34, and split two main clusters, cluster A and B. Plant height at 14 DAP, 28 DAP, 42 and 56 DAP, leaf number at 14 DAP and 42 DAP, leaf area index at 49 DAP and harvesting time were the highest character which contributes to the diversity, 46,82 percent.