Claim Missing Document
Check
Articles

KARAKTERISTIK UNIT HUNIAN DAN PENGHUNI PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KOTA PONTIANAK Zain, Zairin
Nalars Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Efisiensi dalam penggunaan lahan di perkotaan dan perlunya penataan permukiman menjadikan pembangunan rumah susun menjadi pilihan bagi penentu kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan perumahan. Rusunawa di kelurahan Sungai Beliung Kecamatan Pontianak Barat dihuni oleh masyarakat dengan latar belakang dan karakteristik yang beragam.Perbedaan unit hunian terletak pada ketinggian lantai, posisi dan orientasi dalam blok massa bangunan.Hal ini menyebabkan penghuni melakukan penyesuaian (adjusment) terhadap tipe hunian vertikal dengan memanfaatkan ruang-ruang yang tersedia.penelitian ini dilakukan untuk menelusuri karakteristik unit hunian dan penghuni yang mempengaruhi pola pemanfaatan ruang unit hunian pada Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) di Kelurahan Sungai Beliung, Kota Pontianak.Penelitian in termasuk ke dalam klasifikasi basic research (penelitian dasar). Penelitian dasar tidak ditujuan untuk memberikan efek langsung terhadap pemecahan masalah sehari-hari namun untuk menjawab pertanyaan penelitian atau fenomena yang terjadi untuk pengembangan suatu teori. Dari hasil pengamatan dan analisis dapat disimpulkan bahwa Karakteristik unit hunian Pada Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Di Kelurahan Sungai Beliung Kota Pontianak adalah unit dengan pemanfaatan ruang yang diterjemahkan berdasarkan pemahaman tentang kebutuhan bagi setiap penghuni unit hunian, dan karakteristik penghuni sementara untuk suatu unit hunian yang menjadikannya seperti rumah tinggal horizontal. Kondisi ini dapat dilihat dari motivasi menghuni, intensitas lama tinggal (beraktivitas) di hunian dan jumlah penghuni dengan melakukan perubahan dan fungsi jamak untuk setiap ruang.Kata kunci: unit hunian, penghuni, ruang, rusunawa ABSTRACT. Efficiency of landuse within city and the need of settlement planning had encouraged government to deliver a policy to provide vertical houses as an alternative solution to solve a housing problem. Rental vertical houses as known as Rusunawa at Sungai Beliung district, West Pontianak are occupied by community with variety background and characteristic. The differences of dwelling unit could be seen at the level of floor, position and orientation of the building’s blocks. This situation will affect the dwellers to do adjustment to the vertical dwelling’s unit type by using avalible rooms. This research is aimed to explore the characteristic of dwelling units and the dwellers as well which will affect the pattern of dwelling’s unit rooms at Rusunawa at Sungai Beliung district, West Pontianak.This research has been classified as a fundamental research. This fundamental research is not aimed to give a driect effect to the daily problem solution, but to answer research question or happening phenomena to develop a related theory. From the exploration and analysis result, it could be concluded that dwelling’s unit characteristic of Rusunawa at Sungai Beliung District, West Pontianak is a unit with a space utilization which transformed from an understanding of need for each dwellers, and the characteristic of temporary dwellers of a dwelling’s unit who make it as a horizontal houses. This condition could be seen from the dwellers’ motivation, intensity of the length of stay (activities within dwelling’s unit) and the number of dwellers who make changes and do some functions/ activities in the same room.Keywords: dwelling unit, dwellers, space, rental vertical house.
STRATEGI PERLINDUNGAN TERHADAP ARSITEKTUR TRADISIONAL UNTUK MENJADI BAGIAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DUNIA Zain, Zairin
Nalars Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Sebagai salah satu benda cagar budaya bersifat kebendaan, arsitektur tradisional perlu dilakukan pelestariannya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pelestarian arsitektur tradisional agar dapat diteruskan kepada generasi berikutnya dalam keadaan baik dan tidak berkurang nilainya, bahkan perlu ditingkatkan untuk membentuknya sebagai pusaka pada masa datang. Strategi perlindungan terhadap arsitektur cagar budaya beserta artefaknya perlu dilakukan sebagai upaya pelestarian benda cagar dunia. Strategi pelestarian tidak hanya berorientasi masa lampau, namun pelestarian dan perlindungan terhadap arsitektur cagar budaya beserta artefaknya harus dilakukan dengan visi yang berwawasan dan diperuntukkan bagi kepentingan ke masa kini dan masa depan. Adapun hasil dari strategi pelestarian dan perlindungan ini agar dapat berguna bagi masyararakat harus dengan memperhatikan dan menjaga unsur-unsur penting, yaitu:integritas (integrity), keaslian (authenticity) dan kemanfaatan (sustainability use), baik untuk ilmu pengetahuan, sejarah, agama, jatidiri, kebudayaan, maupun ekonomi melalui pelestarian cagar budaya yang keuntungannya (benefit) dapat dirasakan oleh generasi saat ini. Untuk mencapai tujuan ini, langkah strategis yang harus dilakukan untuk perlindungan dan pelestarian arsitektur tradisional untuk menjadi bagian pelestarian cagar budaya dunia adalah menyusun kebijakan umum untuk perlindungan dan pelestarian, menentukan prioritas untuk artefak yang pantas dimasukan, melakukan langkah-langkah hukum, ilmiah, teknis, administrasi dan keuangan yang memadai, melakukan pembentukan atau pengembangan pusat-pusat kajian ilmiah lokal untuk pelatihan dalam perlindungan dan pelestarian serta memperkuat sinergisitas antara pemerintah dengan lembaga penelitian dan lembaga adat setempat.Kata kunci: Strategi, Perlindungan dan Pelestarian, Arsitektur Tradisional, Cagar BudayaABSTRACT. As one of cultural heritage objects, it had been defined that traditional architecture is necessary to be preserved. According to Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 about Cultural Heritage , Preservation is a dynamic effort to maintain the existence of the cultural heritage and its values in a way to protect , develop , and use it. Therefore, it is important to apply the concept of preservation of traditional architecture. This is not for the present generation but also for the future generations, which is needed to be in good condition and will not degrade the value. Though, it is needed too to be improved for the future heritage.The strategy of preservation in architectural heritage and its artifacts is needed to be done as an effort to preserve the world heritage objects. The strategy of preservation is not only oriented to the past, but the preservation and conservation of architectural heritage and its artifact should be completed by applying the vision which eligible for the present and future. The results of the preservation and conservation strategy could be used for community by considering and keeping the essential elements as follow: integrity, authenticity and sustainability use, either for science, history, religion, identity, culture or economy through preservation of cultural heritage which the benefit of it could be used by present generation. To achieve this goal, there are some strategic steps that could be applied to concerved and preserved the traditional architecture to become part of world cultural heritage preservation. Those strategies are by developing a public policy of conservation and preservation, determining the priority of eligible and appropriate artifact, performing some measurement which include legacy, scientific, technical, adequate financial and administration, performing the establishment or development of local training centers for scientific studies for conservation and preservation as well as by strengthening the synerginity of government and local authority either local research institution or local traditional institution.Keywords: Strategy, Conservation and Revitalization, Traditional Architecture, Cultural Heritage
SPACE :IDENTIFICATIONS AND DEFINITIONS Case study on The Traditional Malay Dwellings of West Kalimantan Indonesia Zain, Zairin
Nalars Vol 10, No 2 (2011): NaLARs Volume 10 Nomor 2 Juli 2011
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT. A house has function as a shelter for the occupants from directly physical influence of the environmental changes such as climate or weather. Each object of traditional Malay dwellings which taken as case study represent the type of traditional Malay dwellings in each city across West Kalimantan. According to the indentifications on the space, researcher have found the definitions of respective rooms within  The Traditional Malay Dwellings of West Kalimantan which is related to the religious belief of the Malays. The teaching of Islam is manifested in the design of house’s form and elements that support the space inside the dwellings. Keywords : traditional dwelling, space, identification, definitions ABSTRAK. Sebuah rumah memiliki fungsi sebagai pelindung bagi penghuninya dari pengaruh fisik secara langsung dari perubahan lingkungan seperti iklim atau cuaca. Setiap obyek dari hunian tradisional Melayu yang diambil sebagai studi kasus mewakili setiap tipe hunian tradisional Melayu pada setiap kota di Kalimantan Barat. Berdasarkan identifikasi ruang, peneliti menemukan definisi dari ruang tertentu dalam hunian tradisional Melayu di Kalimantan Barat yang dikaitkan dengan kepercayaan agama dari orang Melayu. Ajaran Islam diwujudkan dalam disain bentuk rumah dan elemen-elemen yang mendukung ruang di dalam hunian-hunian tersebut. Kaca kunci: hunian tradisional, ruang, identifikasi, definisi
ANALISIS BENTUK DAN RUANG PADA RUMAH MELAYU TRADISIONAL DI KOTA SAMBAS KALIMANTAN BARAT Zain, Zairin
Nalars Vol 11, No 1 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 1 Januari 2012
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Arsitektur rumah Melayu tradisional di kota Sambas juga merupakan unsur kebudayaan nasional yang mempunyai struktur, fungsi dan style dengan bentuk fisik dalam proses pembuatannya senantiasa memberikan karakteristik tersendiri. Arsitektur tradisional sebagai hasil karya, cipta, karsa dan rasa manusia sebagai unsur kebudayaan manusia, yang tidak lepas dari interaksi dan pemahaman antara lingkungan fisik alam sekitar dengan keahlian atau kemampuan masyarakat dalam membentuk suatu kognisi. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 (tiga) kasus rumah tradisional yang dijadikan sebagai kasus penelitian. Lokasi ketiga kasus tersebut terletak di kampung Dalam Kaum sebanyak 1 (satu) rumah Potong Kawat (kasus II) dan kampung Tanjung Mekar sebanyak 2 (dua) buah rumah yaitu potong Limas (kasus I) dan Potong Godang (kasus III). Kedominanan bentuk yang diberikan pada rumah tinggal Melayu tradisional baik secara vertikal maupun horizontal pada elemen pembentuk fasad disusun untuk memberikan perlindungan total dan kebebasan bagi anggota keluarga; sedangkan susunan ruang pada rumah Melayu tradisional di kota Sambas diarahkan pada penggunaan ruang secara bersamaan agar dapat menampung orang dalam jumlah yang banyak. Kata kunci : rumah Melayu tradisional, bentuk, ruang, kestabilan struktur ABSTRACT. The architecture of traditional Malay houses in the town of Sambas is also an element of the national culture and they also owned structure, function and style with the form, in its development process, is physically continues to provide its own characteristics. The traditional architecture as a result of the work, creativity initiative and the sense of man is an element of human culture, which can not be separated from the interaction and the understanding of the natural and physical environment with the skill or ability of the communities to form a cognition. The research was conducted on 3 (three) cases of the traditional Malay houses that serve as cases on this study. Three cases and its location site which were choosed as samples is in the following: 1 sample in the village of Dalam Kaum for Potong Kawat or the Kawat shape (as case II) and 2 samples were choosen in the village of Tanjung Mekar for Potong Limas or the Limas shape (as case I) and Potong Godang or Godang shape (as case III). The dominance is given by the form of traditional Malay houses, either vertically or horizontally, on the facade is forming the element arrangement to provide the total protection and freedom for all family members, whereas the spatial arrangement of the traditional Malay houses in the town of Sambas is directed to the use of space at the same time in order to accommodate many people in large numbers for traditional ceremony.Keywords : traditional Malay houses, forms, space, stability of the structure 
KOSMOLOGI RUANG KELUARGA RUMAH TRADISIONAL MELAYU PONTIANAK DITINJAU DARI PERSPEKTIF KEPRIBADIAN DAN KEBUDAYAAN Zain, Zairin
Nalars Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Kegiatan penyebaran agama Islam di Indonesia merupakan hal yang sangat penting bagi sejarah pertumbuhan kota dan kebudayaan Melayu Pontianak. Pengamatan terhadap rumah tradisional Melayu Pontianak, terlihat bahwa masyarakat memberikan perhatian yang besar terhadap ruang keluarga baik mengenai luas maupun hal-hal khusus untuk memberikan kenyamanan yang dikaitkan dengan agama Islam yang mereka anut. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran sebuah ruang keluarga bagi masyarakat Melayu Pontianak ditinjau dari perspektif kepribadian dan kebudayaan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya serta hubungan keduanya terhadap tinjauan teori kosmologi.  Dari hasil pembahasan diketahui bahwa adat istiadat dan pandangan hidup Melayu Pontianak dipengaruhi hukum syara’ Islam, hal ini juga mempengaruhi kehidupan sosial-budaya, cara hidup dan aktivitas masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk ruang. Norma-norma Islam sebagai wujud kebudayaan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia (Hablumminannas) dan hubungan manusia dengan Sang Khalik (Hablumminallah) melekat sebagai kepribadian menjadi acuan segala tindak-tanduk Masyarakat Melayu Pontianak diterapkan dalam pengunaan ruang di rumah tradisional Melayu Pontianak agar aktivitas yang dilakukan tidak melanggar norma sehingga terjadi keseimbangan antara dunia dan akhirat. Kata Kunci :  Ruang Keluarga, Rumah Tradisional Melayu Pontianak, Kosmologi, Norma Islam
PENGARUH ASPEK EKSTERNAL PADA RUMAH MELAYU TRADISIONAL DI KOTA SAMBAS KALIMANTAN BARAT Zain, Zairin
Nalars Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Fungsi rumah secara fisik untuk mempertahankan hidup mereka dari ancaman lingkungan seperti iklim dan cuaca atau hewan liar, sementara rumah juga sebagai diperuntukkan untuk kebutuhan rohani mereka dengan memfasilitasi interaksi antara penghuni di rumah atau interaksi dengan orang di luar rumah. Kebutuhan rohani di sini juga berarti bahwa rumah adalah tempat penampungan untuk mencapai kebahagiaan keluarga. Sebuah rumah memiliki fungsi sebagai tempat tinggal bagi penghuni dari pengaruh langsung fisik dari perubahan lingkungan seperti iklim atau cuaca. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 (tiga) kasus rumah tradisional di kota Sambas yang dijadikan sebagai kasus penelitian. Lokasi ketiga kasus tersebut terletak di kampung Dalam Kaum sebanyak 1 (satu) rumah Potong Kawat (kasus II) dan kampung Tanjung Mekar sebanyak 2 (dua) buah rumah yaitu potong Limas (kasus I) dan Potong Godang (kasus III). Rumah Melayu tradisional di kota Sambas telah dirancang menyesuaikan dengan persyaratan iklim lokal yang menggunakan perangkat kontrol terhadap pengaruh sinar matahari langsung dan bahan kapasitas termal rendah. Penyesuaian-penyesuaian yang ditemukan di rumah-rumah tradisional Melayu di kota Sambas dalam penggunaan bahan dan desain yang mampu mengurangi pengaruh diterima dengan mengendalikan pemanasan, pendinginan, kelembaban dan menstabilkan lingkungan internal. Penggunaan material panas yang rendah di semua bagian rumah Melayu tradisional di kota Sambas mampu mengendalikan pemanasan yang berlebihan di dalam rumah pada siang hari dan juga oleh desain yang cocok digunakan untuk menjaga kehangatan pada malam hari atau musim hujan. Kata kunci : rumah Melayu tradisional, faktor ekternal, keawetan struktur, kenyamanan termal ABSTRACT. Function of a house is physically  to preserve human lives from the environmental threats such as climate, bad weather or wild animals, while the house as well to accomodating for their spiritual needs by facilitating the interaction between the occupants inside the house or the interaction with people outside the home. The spiritual needs here is also means that the house as a shelter for the family happiness. A house has a function as a residence for the occupants from the direct physical influences of the environment such as the climate change or weather. The research was conducted on 3 (three) cases of the traditional Malay houses that serve as cases on this study. Three cases and its location site which were choosed as samples is in the following: 1 sample in the village of Dalam Kaum for  Potong Kawat or the Kawat shape (as case II) and 2 samples were choosen in the village of Tanjung Mekar for Potong Limas or the Limas shape (as case I) and Potong Godang or Godang shape (as case III). The traditional Malay dwellings in the town of Sambas have been designed with adjustment to the local conditions of climatic by using a control device to the direct effects of sunlight and by the materials of low thermal capacity. Adjustments are found in the traditional Malay houses in the town of Sambas with the use of low thermal capacity materials that can reduce the received impacts  by controlling the heating, cooling, moisture and also stabilize the internal environment inside the house. The use of material with low thermal capacity in all parts of the traditional Malay house in the town of Sambas is able to control excessive heating in the house during the day and its also caused by a suitable design to keep the warmly conditions at night or in the rainy season. Keywords : traditional Malay dwellings, external factors, structure durability,thermal comfort
The Ecological Responsive Buildings: Traditional House in the Kapuas Riverside of West Kalimantan Zain, Zairin
KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE Vol 8, No 2 (2016): Komunitas, September 2016
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v8i2.5836

Abstract

Natural and environmental conditions were the main factor that caused people make adjustments to their residences. People need houses with the reasons are usually to meet the needs of privacy, comfort, storage of possessions, acquisition, storage and preparation of food, shelter from the weather protection from insects and/or pests, safety, kinship and social, gathering and travel, and movement. The condition of balance is achieved by the design adjustments made so that the buildings cause the least amount of impact on the surrounding environment. The advantages of the stage house for a hot and humid climate area of West Kalimantan is done to responds the ecological advantages of surrounding environment. The raised floor feature has been the best mitigation feature not only to keep dry from constant flood but also to built into the nature whilst living near riverside area. The stage house with modern concept can be designed to allow for cross ventilation, natural lighting, thermal comfort, privacy (visual and social), functionality and the effective cost for house handling.
MENGENAL ARSITEKTUR LOKAL: KONSTRUKSI RUMAH KAYU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS, PONTIANAK Lestari, Lestari; Zain, Zairin; ., Rudiyono; ., Irwin
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.619 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v3i2.18321

Abstract

Keberadaan sungai Kapuas sebagai sumber kehidupan dan jalur transportasi air, memunculkan permukiman-permukiman di tepian sungai Kapuas.Rumah-rumah yang berada di pemukiman tepian sungai Kapuas umumnya didirikan langsung di tepian sungai Kapuas.Rumah tersebut sebagian besar berupa rumah kayu yang terhubung dengan gertak-gertak sebagai jalur penghubung antar rumah.Konstruksi rumah kayu ini menarik untuk diamati mengingat keadaan tepian sungai perlu diselesaikan oleh bangunan agar tetap bertahan.Tulisan ini memaparkan kontruksi rumah kayu pada salah satu kasus daerah tepian sungai kapuas. Daerah kasus yang diambil adalah Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kota Pontianak.Dalam tulisan ini dipaparkan konstruksi kayu berdasarkan bagian-bagian rumah mulai dari pondasi, rangka, dinding, sampai atap.Terdapat beberapa tipe konstruksi pada kasus yang diteliti.Pertimbangan umum terletak pada kemudahan konstruksi, tampilan atau fasad dan lokasi keberadaan rumah The existence of the Kapuas river as a source of life and water transportation, led to settlements growth on side the Kapuas river. The houses are located on side Kapuas river are generally directly constructed at the river. The houses  mostly made of wood which connected by wooden bridge as connecting lines between houses. Construction of wooden houseis interesting to be identifiedbecause the building must bedurable with the condition around the river. This paper describes the wooden houses construction in one case area of the Kapuas riverside. Case study is taken at Kelurahan Bansir Laut, South East Pontianak District. In this paper described the wooden construction : the foundation, frame, wall, and the roof. There are several types of construction in the cases studied. General considerations is the ease of construction, appearance or facade and location of the house.REFERENCESAbdurachman., Nurwati Hadjib. (2006). Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat Untuk Komponen Bangunan. PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148: BogorHidayat, Husnul. (2014). Konteks Ekologi Kota Tepian Sungai dalam Perspektif Lokalitas Bahan Bangunan. Membangun Karakter Kota Berbasis Lokalitas. Architecture Event 2014Hidayati, Zakiah. (2012). Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Vernakula Rumah Suku Kutai Tenggarong, Kalimantan Timur . JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181Khaliesh, Hamdil., Indah Widiastuti., Bambang Setia Budi. (2012). Karakteristik Permukiman Tepian Sungai Kampung Beting di  Kota Pontianak. Prosseding Temu Ilmiah IPLBI 2012. BandungNingsih, Deffi Surya., Za’aziza Ridha Julia., Larissa Hilmi., Leo Darmi. (2016). Rayap Kayu (Isoptera) Pada Rumah-Rumah Adat Minangkabau Di Sumatera Barat diakses online padahttp://artikel.dikti.go.id/index.php/PKM-P/article/viewFile/23/23 pada tanggal 28 September 2016Puspantoro, Ign Benny, Ir. (2005). Konstruksi Bangunan Gedung : Sambungan Kayu Pintu Jendela. Penerbit Andi : YogyakartaZain, Zairin. (2012). Pengaruh Aspek Eksternal pada Rumah Melayu Tradisional di kota Sambas. Jurnal NALARSs Vol 11 No. 2 Juli 2012 .Universitas Muhammadiyah Jakarta. JakartaZain, Zairin., Indra Wahyu Fajar. (2014). Tahapan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Melayu di Kota Sambas Kalimantan Barat. Jurnal Langkau Betang Vol 1 No. 1 2014 . Universitas Tanjungpura. Pontianak
IDENTIFIKASI AKTIVITAS MENDIRIKAN BANGUNAN DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KORIDOR JALAN KOM. YOS SUDARSO PONTIANAK Zain, Zairin; Fahmie, Azwar
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 5, No 1 (2018): June
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (849.968 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v5i1.25709

Abstract

Setiap kota tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan dinamika yang ada di dalamnya. Agar perkembangan kota tersebut dapat terarah dan teratur diperlukan suatu pedoman bagi kegiatan pembangunan dan pemanfaatan ruang. Pedoman bagi kegiatan pembangunan dan pemanfaatan ruang kota tersebut adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW) serta peraturan yang terkait dengan aktivitas pemanfaatan ruangnya.Dalam RTRW Kota Pontianak, masing-masing wilayah merupakan bagian wilayah kota yang menjadi fokus perencanaan. Perkembangan wilayah akan membawa pengaruh terhadap pemanfaatan ruang yang ada. Hal ini dapat dilihat dari beberapa fenomena yang terjadi, yaitu adanya penyimpangan terhadap pemanfaatan ruang yang sudah ditetapkan dalam rencana tata ruang. Kondisi ini dapat dilihat dengan mudah pada ruas-ruas jalan utama yang menjadi cerminan wajah Kota Pontianak. Pada ruas jalan utama  masih banyak terdapat bangunan yang  berdiri tidak sesuai dengan aturan rencana tata ruang dan tata bangunan yang ada. Akibat lebih jauh dari kondisi ini adalah penataan bangunan sebagai inti fisik kota terkesan kurang teratur dan berkembang tidak sesuai harapan.Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi terhadap pemanfaatan ruang bagi aktivitas  mendirikan bangunan di sepanjang koridor Jalan Kom Yos Sudarso Pontianak yang merupakan salah satu jalan utama di Kota Pontianak untuk melihat kesesuaiannya dengan peraturan tata ruang dan bangunan yang berlaku khususnya peraturan yang berkaitan dengan perencanaan RMJ dan GSB pada kawasan tersebut.Penelitian ini menggunakan desain riset deskriftif dengan survei sebagai instrumen penelitian, yaitu dengan melakukan obsevasi dan pengamatan langsung dilapangan untuk memperoleh data primer berkaitan dengan jumlah dan karakteristik bangunan di sepanjang koridor Jalan Kom Yos Sudarso Pontianak. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriftif untuk melihat frekuensi dan pola sebaran data yang dimati. Dari analisis tersebut maka dapat diketahui gambaran  tentang frekuensi, kecenderungan serta pola sebaran aktivitas mendirikan bangunan di sepanjang koridor jalan Kom Yos Sudarso Pontianakterhadap penerapan peraturan tata ruang dan bangunan pada wilayah penelitian.Hasil identifikasi didapat 216 unit bangunan atau 17,2 % terkena perencanaan RMJ dan sebagian besar adalah bangunan dengan fungsi usaha. Sementara itu, bangunan yang tidak sesuai dengan penataan GSB pada wilayah penelitian ini sebesar 825 unit bangunan atau mencapai 65,6 % dari seluruh bangunan yang diamati. Fungsi bangunan yang paling banyak melanggar aturan penataan GSB adalah bangunan dengan fungsi usaha serta bangunan yang berfungsi sebagai hunian dan usaha yang mencapai 41,9 % dan 14,3 % dari total bangunan yang di amati.Kata-Kata Kunci:  Pemanfaatan Ruang, Aktivitas Mendirikan Bangunan, Koridor JalanIDENTIFICATION ON THE ACTIVITIES OF  BUILDING CONSTRUCTION  WITH REGARD TO SPATIAL USE AT KOM YOS SUDARSO’S STREET CORRIDORS PONTIANAKEvery city grows and develops according to the potential and dynamics the city has in itself. For the development of the city to be orderly and well directed, a guideline is needed for development activities and spatial utilization. Such a guideline for the development and utilization of urban space is known as Urban Spatial Plans (RTRW) as well as regulations related to the activities of spatial utilization. In the RTRW of Pontianak City, each region is a part of the city that becomes the focus of planning. The development of a region will obviously affect the utilization of existing space. This can be seen from several phenomena that occur, namely deviation against space utilization that has been defined in the spatial plan. This condition can easily be seen on the sections of main roads that constitute as reflection of the face of Pontianak City. On the main road, sections there are still found many buildings that are not in accordance with the existing spatial plan and building layout. A further consequence of such a condition is that the arrangement of buildings as the physical core of the city seems to be less organized and develops not as it had been expected to be.The purpose of this study is to identify the use of space for the activity of building constructions along the corridor of Kom Yos Sudarso Pontianak street which is one of the main roads in Pontianak City and to see if they are in compliance with the existing spatial and building regulations, particularly the regulations relating to the RMJ plans (Street Owned Space) and GSB (Building Border Line) on the area in question. This research uses descriptive research design with a survey as its main research instrument by conducting observation and direct field observation to get the primary data related to the numbers and characteristics of the buildings along the corridor of Kom Yos Sudarso Street, Pontianak. The analysis used is descriptive analysis to see the frequency and pattern of data distribution being observed. From the analysis, it could be seen that the description of the frequency, tendency and patterns of building activity distribution along the corridor of Kom Yos Sudarso Street Pontianak with regard to the implementation of spatial and building regulations in the researched area.Identification results obtained 216 building units or 17.2% exposed to planning RMJ and as large is a building with business functions. Meanwhile, buildings that are inconsistent with the GSB structuring in this research area are 825 units of buildings or 65.6% of all buildings observed. Building functions that most violate GSB structuring rules are buildings with business functions as well as buildings that serve as occupancy and businesses that reach 41.9% and 14.3% of the total buildings observed.Keywords: Space Utilization, Building Activity, Road CorridorREFERENCESIrawati, H.,Haryanto, R. (2015).  Perubahan Fungsi Lahan Koridor Jalan Selokan Mataram Kabupaten Sleman. Jurnal Teknik PWK  Vol.  4 No. 2    (2015)Kementerian Hukum dan HAM RI. (2007). Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Kementerian Hukum dan HAM RI. JakartaKementerian Hukum dan HAM RI. (2002). Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan GedungKementerian Pekerjaan Umum RI. (2007). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan. Kementerian Pekerjaan Umum RI. JakartaNurmandi, A. (1999), Manajemen Perkotaan. Lingkaran Bangsa. YogyakartaSekretariat Daerah Kota Pontianak. (2008).  Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 3 Tahun 2008 tentang Bangunan Gedung. Sekretariat Daerah Kota Pontianak. PontianakSekretariat Daerah Kota Pontianak. (2013). Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 2 Tahun 2013 tentang RTRW Kota Pontianak. Sekretariat Daerah Kota Pontianak. PontianakWardhana, I, W., Haryanto, R. (2016).  Kajian Pemanfaatan Ruang Kegiatan Komersial Koridor Jalan Taman Siswa Kota Semarang . Jurnal Pengembangan Kota Volume 4 No. 1 : 49–57 (2016)Yahya, M. (2015). Kajian Tata Bangunan dan Lingkungan pada Koridor Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Makassar. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015. B.033-B.038
DISAIN STRUKTURAL DALAM PERSPEKTIF KEARIFAN LOKAL PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU KOTA SAMBAS KALIMANTAN BARAT Zain, Zairin; Fajar, Indra Wahyu
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.019 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v1i2.18797

Abstract

Rumah itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan fisik dan spiritual bagi penghuni. Ini berarti bahwa fungsi rumah secara fisik dibangun untuk mempertahankan hidup mereka dari ancaman lingkungan seperti iklim, cuaca atau hewan liar, sementara rumah juga diperuntukkan untuk kebutuhan rohani mereka dengan memfasilitasi interaksi antara penghuni di rumah atau interaksi dengan orang di luar rumah. Untuk itu, menarik untuk mendalami kearifan lokal  yang hidup di  masyarakat tradisional di Kota  Sambas Kalimantan Barat, melalui pemahaman disain struktural  dari  elemen-elemen  tempat tinggal tersebut. Disain struktural bangunan dikerjakan dalam memenuhi tujuan-tujuan untuk  safety,  values,  fitness,  compatibility  dan  flexibility. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa disain struktural rumah tradisional Melayu di kota Sambas dibangun dengan  Tujuan  Safety  diperoleh dari keadaan yang memperhatikan kedominanan, proporsi dan keseimbangan; Tujuan Value diperoleh dari perhatian terhadap konstruksi ruang, keterhubungan ruang, susunan dan perletakan kolom; Tujuan Fitness diperoleh dari pemilihan dan pola struktur; Tujuan Compatibility diperoleh dari perhatian terhadap pemilihan material, orientasi bangunan dan bentuk-bentuk struktur ruang; sedangkan Tujuan Flexibility diperoleh dari susunan dan keterkaitan ruang serta pemilihan sistem struktur. The house was built to meet the physical and spiritual needs of the occupants. This means that the physical functions of house was bulit to maintain their living from environmental threats such as climate, weather or wild animals, while the house as well intended for their spiritual needs to facilitating the interaction between the occupants in the house or interaction with people outside the house. For that, it is interesting to explore the local wisdom that growing in traditional people of the Sambas town West Kalimantan, through an understanding of the structural design of the house elements. Structural design of the building is done to fulfill the objectives of safety, values, fitness, compatibility and flexibility. From the results of this study found that the structural design of the Malay traditional house in Sambas town was built with the aim of Safety obtained from the state of attention to dominance, proportion and balance; the aim of Value obtained from the state of attention to the construction of space, the connectedness of space, arrangement and placement of columns; the aim of Fitness obtained from the state of attention to the selection and patterns of structures; the aim of Compatibility obtained from the state of attention to the material selection, building orientation and the forms of spatial structure; while the aim of Flexibility is obtained from the state of attention to the composition and  space connectedness and the structural systemREFERENCESAlMudra, Mahyudin. 2004. Rumah Melayu Memangku Adat Menjemput Zaman. Balai Kajian Dan Pengembangan Budaya Melayu. YogyakartaBappeda Kab. Sambas, 2012. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Sambas 2012-2032. Bappeda Kab. Sambas. SambasBPS-Kalimantan Barat. 2010. Kalimantan Barat Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat. PontianakNoble, Allen G. 2007.  Traditional Buildings ~ A Global Survey of Structural Forms and Cultural Functions. I.B.Tauris & Co Ltd, New YorkTahir, M. M.; M. F. M. Zain; K. Sopian; I. M. S. Usman; M. Surat; N. A. G. Abdullah; N. Tawil; M. F; I. Md Nor, A. I. Che-Ani. 2010. The development of a sustainably responsive ultra low energy terrace housing for the tropics incorporating the raised floor innovation. Proceedings of the 5th IASME / WSEAS International Conference on ENERGY & ENVIRONMENT (EE '10) University of Cambridge, United Kingdom p. 36-45, Energy and Environmental Engineering Series: A Series of Reference Books and Textbooks. Published by WSEAS Press.Wahl, Iver. 2007. Building Anatomy : An Illustrated Guide to How Structures Work. Mc.Graw Hill Company Inc. New York Zain, Zairin; Indra Wahyu Fajar. 2014. Tahapan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Melayu Di Kota Sambas Kalimantan Barat. Jurnal Langkau Betang Volume 1 Nomor 1 Tahun 2014. Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura dan Pusat Studi Disain Universitas Tanjungpura. PontianakZain, Zairin. 2013. The Anatomy of  traditional Dwellings: Comparative Study between Malay and Dayak Indigenous Architecture in West Kalimantan. LAP Lambert Academic Publishing/AV Akademikerverlag GmbH & Co. KG. Saarbrücken. GermanyZain, Zairin. 2012a. Pengaruh Aspek Eksternal Pada Rumah Melayu Tradisional di Kota Sambas. Jurnal NALARs, Vol 11 No 2 Juli 2012. Universitas Muhammadiyah Jakarta. JakartaZairin Zain. 2012b. Analisis Bentuk dan Ruang pada Rumah Melayu Tradisional di Kota Sambas, Kalimantan Barat.  Jurnal NALARs Volume 11 No. 2 Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta