Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

STRUKTUR TANDA NASIONALISME DALAM FILM NASIONAL Analisis Semiotika terhadap Film “Tanah Surga, Katanya" Pietyasafira, Hayati; Bajari, Atwar; Zein, Duddy
PROSIDING KOMUNIKASI PROSIDING : AKSELERSI PEMBANGUNAN MASYARAKAT LOKAL MELALUI KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI (BUKU
Publisher : PROSIDING KOMUNIKASI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.151 KB)

Abstract

Nasionalisme adalah nilai yang harus ditanamkan kepada semua lapisan masyarakat untuk menjaga integritas dan reputasi bangsa.Film memiliki kemampuan untuk membangun rasa cinta tanah tanah air. Melalui dialog antar tokoh, jalan ceritra, ilustrasi musik dan pengambilan gambar, film memiliki kemampuan berceritra kepada penonton mengenai nasionalisme. Namun demikian, untuk mengukur sebuah film memiliki kemampuan menjalankan fungsi tersebut harus dibedah dan direkontruksi secara mendalam. Semiotika melalui cara berpikir dialektik struktura memiliki kemampuan menganalisis media film dengan asumsi bahwa media memiliki kepentingan iedologi pada isi pesan melalui seperangkat tanda yang ditampilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna tentang struktur, tanda dan melalui kajian mitos atau ideologi dengan menggunakan Semiotika Struktural. Objek penelitian adalah film “Tanah Surga, Katanya” yang berceritra tentang nasionalisme. Hasil penelitian menunjukan, bahwa; secara denotatif nasionalisme dalam film “Tanah Surga, Katanya” ditampilkan melalui berbagai gambaran visual pada seluruh adegan film. Gambaran upacara bendera, baju lusuh dan berbagai ekspresi verbal dan non-verbal menjadi alat eksplorasi yang menonjolkan penderitaan ketertinggalan adalah bahasa nasionalisme secara ideologis. Namun demikian, secara konotatif, makna yang dikembangkan dalam mengungkapkan nasionalisme kepada penonton, dengan menyebut sebuah negara lain sebagai pembanding, telah menumbuhkan makna dengan cara merendahkan melalui peminggiran bangsa lain. Hal ini memunculkan kesan, bahwa film tersebut membangun nasionalisme dengan cara yang sempit. Kata kunci: Film, Ideologi,Mitos, Nasionalisme, Semiotika, dan Roland Barthes.
PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI OLEH PENUTUR SUNDA DI KOMPLEKS PERUMAHAN DI KABUPATEN BANDUNG Wagiati, NFN; Zein, Duddy
SUAR BETANG Vol 12, No 1 (2017): Suar Betang, Vol. 12, Nomor 1, Juni 2017
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v12i1.14

Abstract

This study describes the maintenance of the Sundanese language as a means of communication by speakers living in residences in Bandung Regency. The method used is qualitative method with descriptive data analysis. The analysis is divided into six domains of communication, namely kinship, neighborhood, intimacy, education, transaction, and government. The result of the research shows that (1) Sundanese is often used by Sundanese speakers in residential complex in Bandung in four communication domains, namely kinship, intimacy, neighborhood, and transaction. It means that the maintenance of Sundanese language in all four domains is still quite strong. In the realm of education and government, the maintenance of Sundanese language is very weak. (2) The interlocutor factor is crucial to the decision of the use of Sundanese language in the realm of communication. In the realm of education, there are non-Sundanese students who still maintain their mother tongue. This condition continues to grow until finally the number of students speaking Sundanese as their mother tongue decrease in number. In the realm of transaction, the interlocutor factor is also crucial. Sundanese is used by Sundanese speakers if the interlocutor is clearly identified as Sundanese. If it is not recognized, the Indonesian language will be used. Younger speakers also use Indonesian more when dealing with officials in government offices, including village head offices, some of whom are Sundanese and speak one
KALIMAT INVERSI DENGAN SUBJEK KOMPLEKS DALAM BAHASA INDONESIA RAGAM JURNALISTIK Wagiati, NFN; Zein, Duddy
SUAR BETANG Vol 13, No 1 (2018): Suar Bétang, Vol.13, No.1, Edisi Juni, 2018
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v13i1.70

Abstract

Penelitian ini berjudul “Kalimat Inversi dengan Subjek Kompleks dalam Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik”.  Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji konstruksi predikat dan konstruksi subjek pada kalimat inversi dengan subjek kompleks dan (2) mengkaji perubahan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat pada kalimat inversi dengan subjek kompleks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam bahasa Indonesia ragam jurnalistik banyak ditemukan kalimat inversi dengan subjek kompleks. Bentuk verba yang menjadi predikat pada umumnya berupa verba pasif berawalan {ter-} atau {di-}. Konstituen pengisi predikatnya ada yang berupa kata, yakni verba saja, dan ada pula yang berupa verba + adverbia dan membentuk frasa verbal. Subjek kompleks berdasarkan konstruksinya dapat berupa frasa dan dapat pula berupa klausa. Perubahan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat pada kalimat inversi dengan subjek kompleks pada umumnya bergantung pada konstituen pengisi predikat. Jika predikat berupa verba saja, pembalikan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat akan menghasilkan kalimat yang kurang lazim. Namun, jika predikat berupa verba + adverbia sehingga membentuk frasa verbal, pembalikan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat akan menghasilkan kalimat yang lazim(Inversion Sentences with Complex Subject in Indonesian Language of Journalistic Variety)This research titled “Inversion Sentences with Complex Subjects in Journalistic Style-Indonesian Language.” The purposes of this study are (1) to study the construction of predicate and subject construction in inversion sentences with a complex subject, and (2) to study the change of structure of predicate-subject to subject-predicate in inversion sentence with a complex subject. The result of the research shows that sentences inversion with the complex subject is found frequently used in Journalistic Style-Indonesian Language. The form of verbs that become the predicate is generally a passive verb which beginning with {ter-} or {di-}. The constituents of predicate filler are found in the form of a word, which is verb only and also found in the form of verb + adverbs which forms verbal phrases. The complex subject based on the construction can be whether a phrase or a clause. The structural changes from predicate-subject to subject-predicate in inversion sentences with complex subjects generally depend on the constituents of predicate filler. If the predicate is only a verb, the reversal of the structure from predicate- subject to subject-predicate will form less common sentences. However, if the predicate form is verb + adverbial and creates a verbal phrase, the reversal of the structure from subject-predicate to subject-predicate will form a common sentence
REPRESENTASI HAK PEREMPUAN ATAS KEHAMILAN TIDAK DIRENCANAKAN DALAM AKUN INSTAGRAM @PERKUMPULAN.SAMSARA Ghazala, Abida; Wahyudin, Uud; Zein, Duddy
Jurnal Publisitas Vol 6 No 1 (2019): Oktober
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Candradimuka Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.738 KB) | DOI: 10.37858/publisitas.v6i1.19

Abstract

The objectives of this research are: (1) to find out the denotative meaning on the digital poster titled #PerempuanPunyaPilihan which uploaded by the Instagram account of @perkumpulan.samsara, (2) to find out the connotative meaning on the digital poster titled #PerempuanPunyaPilihan which uploaded by the Instagram account of @perumpulan.samsara, and (3) find out the myth on the digital poster titled #PerempuanPunyaPilihan which uploaded by the Instagram account of @perkumpulan.samsara. The results of this research found that the denotation meaning of digital poster titled #PerempuanPunyaPilihan which was uploaded by the Instagram account of @perkumpulan.samsara contained the issue of unplanned pregnancies, how to overcome them, and the viewpoint caused regarding reproductive health rights especially for women. The connotations meaning expressed in the Instagram account of @perkumpulan.samsara is a form of Samsara's support for any women's choice for their reproductive health rights. The myths in @perkumpulan.samsara’s uploaded digital poster are the need for insight into reproductive health and equality of women's rights in Indonesia as well as removing the negative stigmas about unplanned pregnancy.
PERILAKU KOMUNIKASI DAN MAKNA SAMAWA PADA PASANGAN MENIKAH MELALUI TA’ARUF Kholistiani Puspadina Hapsa; Uud Wahyudin; Duddy Zein
Jurnal Riset Komunikasi Vol 2 No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komuniasi (ASPIKOM) Wilayah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24329/jurkom.v2i1.48

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif, pengalaman dan perilaku komunikasi, serta makna sakinah, mawaddah, warahmah pada pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat hal yang menjadi motif seseorang menikah melalui ta’aruf. (1) Pengaruh lingkungan sekitar, (2) tidak ingin terkena dampak buruk berpacaran, (3) ingin memperoleh kebaikan, (4) ingin mendapatkan keberkahan pernikahan. Sebelum menikah, komunikasi antara laki-laki dan perempuan yang berta’aruf didampingi oleh mediator. Setelah menikah, komunikasi dilakukan untuk menghidupkan suasana dalam rumah tangga serta untuk mengatasi konflik. Sakinah dimaknai sebagai ketenangan yang muncul dari rasa saling percaya, saling mengingatkan, saat berkumpul dengan keluarga dan kondisi dimana keimanan meningkat. Mawaddah diartikan sebagai bentuk pembuktian, usaha memberikan yang terbaik, perasaan yang hanya diberikan untuk Allah, pengorbanan, serta kebersamaan. Sedangkan warahmah dimaknai sebagai upaya menjauhkan keluarga dari neraka, bentuk perhatian, rasa nyaman, serta mau menerima apa adanya.
Tarik-Menarik Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa di Kabupaten Pangandaran dalam Tinjauan Dialektoekolinguistik Wagiati Wagiati; Duddy Zein
MABASAN Vol. 14 No. 1 (2020): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v14i1.332

Abstract

Penelitian ini mengkaji tarik-menarik bahasa Sunda dan bahasa Jawa di Kabupaten Pangandaran sebagai bentuk primordialisme masyarakat perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah dalam tinjauan dialektoekolinguistik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua, yaitu pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. Secara teoretis, pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan dialektoekolinguistik. Adapun secara metodologis, penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Penyediaan data yang dilakukan dengan metode cakap dan metode simak. Instrumen yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah daftar kosakata (swadesh) yang memuat bahasa dalam sistem kekerabatan yang ada, kata ganti, dan bagian tubuh. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif-sinkronis. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat – Indonesia dengan memilih lima kecamatan sebagai daerah pengamatan yang ditentukan berdasarkan arah mata angin, yaitu Kecamatan Cimerak, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Padaherang, dan Kecamatan Pangandaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bahasa Sunda dialek Pangandaran memperlihatkan adanya gejala (a) variasi bunyi vokal, (b) variasi bunyi konsonan, (c) aparesis, (d) apokop, dan (e) gejala leksikal; (2) gejala-gejala bahasa yang ada memperlihatkan adanya tarik-menarik antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa di Kabupaten Pangandaran sebagai bentuk primordialisme masyarakat perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI OLEH PENUTUR SUNDA DI KOMPLEKS PERUMAHAN DI KABUPATEN BANDUNG NFN Wagiati; Duddy Zein
SUAR BETANG Vol 12, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v12i1.14

Abstract

This study describes the maintenance of the Sundanese language as a means of communication by speakers living in residences in Bandung Regency. The method used is qualitative method with descriptive data analysis. The analysis is divided into six domains of communication, namely kinship, neighborhood, intimacy, education, transaction, and government. The result of the research shows that (1) Sundanese is often used by Sundanese speakers in residential complex in Bandung in four communication domains, namely kinship, intimacy, neighborhood, and transaction. It means that the maintenance of Sundanese language in all four domains is still quite strong. In the realm of education and government, the maintenance of Sundanese language is very weak. (2) The interlocutor factor is crucial to the decision of the use of Sundanese language in the realm of communication. In the realm of education, there are non-Sundanese students who still maintain their mother tongue. This condition continues to grow until finally the number of students speaking Sundanese as their mother tongue decrease in number. In the realm of transaction, the interlocutor factor is also crucial. Sundanese is used by Sundanese speakers if the interlocutor is clearly identified as Sundanese. If it is not recognized, the Indonesian language will be used. Younger speakers also use Indonesian more when dealing with officials in government offices, including village head offices, some of whom are Sundanese and speak one
KALIMAT INVERSI DENGAN SUBJEK KOMPLEKS DALAM BAHASA INDONESIA RAGAM JURNALISTIK NFN Wagiati; Duddy Zein
SUAR BETANG Vol 13, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v13i1.70

Abstract

Penelitian ini berjudul “Kalimat Inversi dengan Subjek Kompleks dalam Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik”.  Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji konstruksi predikat dan konstruksi subjek pada kalimat inversi dengan subjek kompleks dan (2) mengkaji perubahan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat pada kalimat inversi dengan subjek kompleks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam bahasa Indonesia ragam jurnalistik banyak ditemukan kalimat inversi dengan subjek kompleks. Bentuk verba yang menjadi predikat pada umumnya berupa verba pasif berawalan {ter-} atau {di-}. Konstituen pengisi predikatnya ada yang berupa kata, yakni verba saja, dan ada pula yang berupa verba + adverbia dan membentuk frasa verbal. Subjek kompleks berdasarkan konstruksinya dapat berupa frasa dan dapat pula berupa klausa. Perubahan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat pada kalimat inversi dengan subjek kompleks pada umumnya bergantung pada konstituen pengisi predikat. Jika predikat berupa verba saja, pembalikan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat akan menghasilkan kalimat yang kurang lazim. Namun, jika predikat berupa verba + adverbia sehingga membentuk frasa verbal, pembalikan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat akan menghasilkan kalimat yang lazim(Inversion Sentences with Complex Subject in Indonesian Language of Journalistic Variety)This research titled “Inversion Sentences with Complex Subjects in Journalistic Style-Indonesian Language.” The purposes of this study are (1) to study the construction of predicate and subject construction in inversion sentences with a complex subject, and (2) to study the change of structure of predicate-subject to subject-predicate in inversion sentence with a complex subject. The result of the research shows that sentences inversion with the complex subject is found frequently used in Journalistic Style-Indonesian Language. The form of verbs that become the predicate is generally a passive verb which beginning with {ter-} or {di-}. The constituents of predicate filler are found in the form of a word, which is verb only and also found in the form of verb + adverbs which forms verbal phrases. The complex subject based on the construction can be whether a phrase or a clause. The structural changes from predicate-subject to subject-predicate in inversion sentences with complex subjects generally depend on the constituents of predicate filler. If the predicate is only a verb, the reversal of the structure from predicate- subject to subject-predicate will form less common sentences. However, if the predicate form is verb + adverbial and creates a verbal phrase, the reversal of the structure from subject-predicate to subject-predicate will form a common sentence
PENGARUH STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN, BUDAYA ORGANISASI, KARAKTERISTIK INDIVIDU INOVATIF DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH Asep Suryana; Duddy Zein; Suwandi Sumartias; Ilham Gemiharto
Manajemen Komunikasi Vol 3, No 2 (2019): Accredited by Republic Indonesia Ministry of Research, Technology, and Higher Ed
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.665 KB) | DOI: 10.24198/jmk.v3i2.20754

Abstract

Dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) sejak tahun 2016, perkembangan bisnis di Indonesia, baik yang berkaitan dengan barang (goods) maupun pelayanan (services), memperlihatkan trend yang meningkat dan kompetitif. Keadaan tersebut tidak hanya diperlihatkan oleh perusahaan-perusahaan yang besar saja juga oleh perusahaan menengah dan kecil yang sebut usaha kecil dan menengah (UKM). Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengukur pengaruh strtegi komunikasi pemasaran, budaya organisasi, karakteristik individu inovatif dan komitmen organisasional terhadap kinerja UKM dalam menghadapi masyarakat Ekonomi Asean (MEA0 di Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang bersifat eksplanatoris (explanatory survey). Penelitian ini, diarahkan pada pengungkapan hubungan kausal antar variabel yang diteliti. Objek yang diteliti adalah pemilik dan atau pengelola Industri Skala Kecil dan Menengah yang ada di Jawa Barat, yang merupakan populasi dan sampel diambil secara random. Hasil penelitian menunjukkan bahwa. (1) komitmen organisasional pelaku bisnis usaha kecil dan menengah (UKM) secara simultan dipengaruhi oleh strategi komunikasi pemasaran, budaya organisasi dan karakteristik individu pelaku bisnis UKM. Namun secara individual atau parsial dipengaruhi oleh strategi komunikasi pemasaran dan budaya organisasi. Dengan demikian maka tinggi rendahnya komitmen organisasional pelaku bisnis UKM dapat ditentukan oleh tinggi rendahnya strategi komunikasi pemasaran dan budaya organisasi. (2) kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) secara simultan dipengaruhi oleh strategi komunikasi pemasaran, budaya organisasi dan karakteristik individu pelaku bisnis UKM. Namun secara individual atau parsial dipengaruhi oleh strategi komunikasi pemasaran dan karakteristik individu pelaku bisnis UKM.Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa tinggi rendahnya kinerja UKM tergantung pula pada tinggi rendahnya strategi komunikasi pemasaran dan karakteristik individu pelaku bisnis UKM, (3) Kinerja Usaha Kecil dan Menengah dipengaruhi oleh komitmen organisasional baik secara simultan maupun individu (parsial), Dengan demikian kinerja UKM dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan komitmen organiasional pelaku bisnis UKM, (4) Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) secara simultan dipengaruhi oleh strategi komunikasi pemasaran, budaya organisasi, karakteristik individu pelaku bisnis UKM dan komitmen organisasional pelaku bisnis UKM. Namun deMikian, secara individu atau parsial dipengaruhi oleh strategi komunikasi pemasarandan koitmen organisasional. Dengan demikian, tinggi rendahnya kinerja UKM ditentukan oleh tinggi rendahnya strategi komunikasi pemasaran dan komitmen organisasional pelaku bisnis UKM.
Strategi komunikasi antaretnik penutur Sunda di Kabupaten Pangandaran di tengah kondisi multilingual Duddy Zein; Nani Darmayanti
Manajemen Komunikasi Vol 4, No 1 (2019): Accredited by Republic Indonesia Ministry of Research, Technology, and Higher Ed
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.457 KB) | DOI: 10.24198/jmk.v4i1.23486

Abstract

Komunikasi antaretnik di Kabupaten Pangandaran memperlihatkan gejala yang menarik, baik dari aspek komunikasi maupun dari aspek lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi masyarakat di Kabupaten Pangandaran yang multietnik, khususnya Sunda dan Jawa. Kondisi multietnik tersebut menyebabkan kondisi bahasa di Kabupaten Pangandaran menjadi multilingual. Penelitian ini mengkaji strategi komunikasi antaretnik penutur Sunda di Kabupaten Pangandaran di tengah kondisi multilingual. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi atau metode gabungan. Penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pangandaran dengan memilih lima kecamatan sebagai daerah pengamatan yang ditentukan berdasarkan arah mata angin, yaitu Kecamatan Cimerak, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Padaherang, dan Kecamatan Pangandaran. Masing-masing kecamatan ditentukan empat desa yang dipilih berdasarkan arah mata angin juga. Sebanyak 30 orang yang terdiri dari berbagai kalangan yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Pangandaran dijadikan sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bahasa Sunda sebagai alat komunikasi masih sering digunakan secara konsisten oleh penutur Sunda di Kabupaten Pangandaran, pada tiga ranah komunikasi, yaitu ranah kekeluargaan, kekariban, dan ketetanggaan, (2) strategi komunikasi antaretnik masyarakat tutur Sunda di Kabupaten Pangandaran didominasi oleh alih kode dan campur kode.