Claim Missing Document
Check
Articles

INVESTIGASI SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN LOMBOK BARAT Dudi Septiadi; Maiser Syaputra; Fariq Azhar; Ahmad Fauzan
Jurnal Ekonomi-Qu Vol 11, No 2 (2021): Jurnal Ekonomi-Qu
Publisher : FEB Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35448/jequ.v11i2.13229

Abstract

Investigation of leading sectors is a strategic effort in planning regional economic development in the future. This research aims to; 1) describe the objective condition of the economic sector of West Lombok Regency; 2) analyze the growth pattern and classification of the economic sector of West Lombok Regency; 3) analyze and map leading sectors to improve the economy in West Lombok Regency. This research was conducted by observing the pattern of development of the structure forming GRDP. The unit of analysis used in this study is the sectoral GRDP structure of West Nusa Tenggara Province as the top region and the sectoral GRDP structure of West Lombok Regency as the bottom region (area of research analysis). The data used in this study is a type of secondary data. Research data sourced from the Central Bureau of Statistics. The observation period is sectoral GRDP from 2016 – 2019.  The research method used in this article is quantitative descriptive analysis. The available data were analyzed using descriptive analysis approach, Klassen Typology analysis and Location Quotient (LQ) analysis. The process of data analysis using Microsoft Excel application. The results of the analysis show that the Agriculture, Forestry, and Fisheries Sector has a contribution of 20.40 percent in forming GRDP with a value of Rp. 2222.29 Billion. Based on the results of the location quotient analysis, there are 12 basic sectors and 5 non-basic sectors. Based on the typology classification analysis, there are two sectors including the Advanced and Fast Growing sectors, namely the water supply, waste management, waste & recycling sector; and the transportation & warehousing sector, where both sectors based on location analysis are included in the basic sector category. Based on the classification typology analysis, the agricultural sector; the trade sector; and the company service sector are relatively lagging sectors, where the three sectors are included in the non-basic sector category. 
SISTEM KANDANG DALAM KEGIATAN PENANGKARAN (BUDIDAYA) KUPU-KUPU Maiser Syaputra
MEDIA BINA ILMIAH Vol 14, No 11: Juni 2020
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.755 KB) | DOI: 10.33758/mbi.v14i10.567

Abstract

Penangkaran kupu-kupu dapat berhasil bila dapat terbentuk kondisi lingkungan buatan  yang sesuai untuk hidup dan perkembangbiakakan kupu-kupu. Untuk itu perlu pengetahuan tentang siklus hidup, jenis kelamin, perilaku kawin, genetik serta komponen habitatnya, demikian pula teknik-teknik perlakuan spesies di dalam penangkaran termasuk diantaranya juga pengelolaan sistem kandang bagi kupu-kupu di penangkaran. Sebagai bahan pembelajaran, pembanding dan rujukan bagi upaya penangkaran kupu-kupu diberbagai kawasan lain di Indonesia,  maka penelitian berjudul ‘sistem kandang dalam kegiatan penangkaran (budidaya) kupu-kupu’ ini menjadi penting untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui jenis dan fungsi kandang yang digunakan dalam kegiatan penagkaran kupu-kupu, (2) Mengidentifikasi spesifikasi bahan kandang dan melakukan studi komparasi perbedaan jenis-jenis kandang tersebut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi literatur dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan, (1) dalam kegiatan penangkaran kupu-kupu dibutuhkan setidaknya lima jenis kandang yang digunakan dalam tiap tahap pemeliharaan kupu-kupu yakni kandang reproduksi, kandang pemeliharaan telur, kandang pemeliharaan larva, kandang penyimpanan kepompong dan kandang kupu-kupu dewasa  (2) kandang reproduksi memiliki bentuk persegi, terbuat dari rangka pipa besi dan ditutupi oleh jaring/net, kandang pemeliharaan telur berupa toples/cawan petri, kandang pemeliharaan larva berupa selubung jaring/kotak/gelas kaca, kandang kepompong berupa lemari alumunium/kayu dan kandang kupu-kupu berbentuk persegi/kubah dari rangka besi dan paranet.
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA NURAKSA Maiser Syaputra
Wanamukti: Jurnal Penelitian Kehutanan Vol 22, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35138/wanamukti.v22i2.332

Abstract

Tahura is a nature conservation area with a purpose to collecting natural or non-native plants and or animals, native and or non-native species, which are utilized for research, science, education, supporting cultivation, culture, tourism and recreation. As a conservation area whose territory is directly adjacent to the community, Nuraksa Forest Park is a source of economy and life for the surrounding community so that it can be said that there is community dependence on land in the area. This is a challenge in managing the area. In an effort to provide management direction so that the functions and benefits that have been regulated in the legislation and the achievement of the goals that have been formulated can be achieved, the perceived need for activities to identify problems and management strategies of Nuraksa Forest Park. The research was carried out through a series of activities, which consisted of literature studies, interviews and field surveys. The results of the SWOT analysis of the management of Nuraksa Forest Park are in quadrant III. This shows that Nuraksa Forest Park faces enormous opportunities, but on the other hand faces several internal obstacles / weaknesses. The strategy that must be implemented is to minimize the internal problems of the institution so that it can seize better opportunities.
PERILAKU SOSIAL JALAK BALI (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) DI KANDANG PERKEMBANGBIAKAN UNIT PENGELOLAAN KHUSUS PEMBINAAN JALAK BALI TEGAL BUNDER TAMAN NASIONAL BALI BARAT Sonia Wulandari; andi chairil ichsan; Maiser Syahputra
Jurnal Belantara Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Forestry Study Program University Of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.915 KB) | DOI: 10.29303/jbl.v2i1.70

Abstract

Management of breeding  activities consists of feed aspect, sex ratio, reproduction, health, and other needs. Jalak social behavior in UPKPJB Tegal Bunder consists of 9 behaviors consisting of interdisciplinary behavior, approaching each other, making out, marrying, cleaning the beak, chasing each other, pecking each other, mutual voices and nursery care. From the observation, there is some male and female behavior. The highest social behavior is performed by females about 420 times, while males are about 388 times during observation time.
POPULASI DAN SEBARAN LUTUNG (Trachypithecus auratus) DI KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) SENARU Maiser Syaputra; Kornelia Webliana; Indriyatno
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 3 No. 4 (2017): Desember 2017
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lutung (Trachypithecus auratus) atau sering juga disebut Lutung Jawa merupakan satwa endemik Indonesia yang penyebaran paling timurnya berada di Pulau Lombok. Lutung yang terdapat di Lombok merupakan sub spesis dengan nama Trachypithecus auratus auratus yang berbeda dengan jenis Trachypithecus auratus mauritius yang berada di barat Pulau Jawa. Menariknya di Pulau Lombok penyebaran satwa ini terbatas hanya pada ekosistem rinjani, salah satunya berada di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru yang berada di Desa Senaru Kabupaten Lombok Utara. Karena terbatasnya informasi, keberadaan Lutung di KHDTK Senaru menjadi menarik untuk diteliti khususnya mengenai populasi dan sebarannya. Penelitian ini bertujan untuk mengkaji struktur populasi lutung serta mengetahui pola sebaran lutung di KHDTK Senaru yang bermanfaat sebagai data dasar bagi KHDTK terkait pengelolaan keanekaragaman hayati.
STRUKTUR POPULASI BEKANTAN (NASALIS LARVATUS) DI RAWA GELAM Reni Srimulyaningsih; Maiser Syaputra
Jurnal Belantara Vol 4 No 1 (2021)
Publisher : Forestry Study Program University Of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (856.602 KB) | DOI: 10.29303/jbl.v4i1.519

Abstract

Number of proboscis monkey population in Cajuputi Swamp Forest is 258 individual. This population is strongly influenced by condition of its habitat which is to degradation to 3.417 hektar. The object of research is to analyzed structure of proboscis monkey population. Method of research are river survey (Sha et al, 2008) and concentration count (Anonymous, 1981; Alikodra, 2002). The avarage density of proboscis monkey in their homerange is 3 individuals/hectares, with 30,2% males and 48,5 % females. This population is slow growth because there is only one baby/year, this is also indicated by number of 14 individuals babies (5,4%) and 41 infant (15,9%) lower when compared to number of adult indiviuals, so it is very worryng for continued growth of the population.
POTENSI KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA) DI TAMAN WISATA ALAM KERANDANGAN UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN WIASATA ALAM Maiser Syaputra
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 5 No. 4 (2019): Desember 2019
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) dapat dipandang sebagai suatu hal yang penting, hal ini berkaitan dengan potensinya sebagai pendukung atraksi wisata dan boindikator kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman kupu- kupu, menganalisa tingkat keanekaragaman jenis, kekayaan, kemerataan serta status konservasi kupu- kupu berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan di Kawasan TWA Kerandangan. Output lain dari penelitan ini adalah memberikan rekomendasai berupa jalur-jalur di TWA Kerandangan yang berpotensi dikembangakan sebagai jalur wisata Tracking pengamatan kupu-kupu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Time search yang merupakan modifikasi dari metode transek garis. Dalam penggunaannya metode Time search tidak menggunakan batasan jarak/luasan tertentu melainkan waktu. Bentang alam lokasi penelitian berupa bukit, lembah, dan aliran sungai menjadi dasar dalam menentukan petak contoh/jalur pengamatan. Jalur pegamatan diambil berdasarkan perwakilan dari bentang alam yang ada di TWA Kerandangan yakni meliputi hutan sekunder, aliran sungai (riparian), jalur forest tracking, air terjun dan taman. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat 187 individu kupu-kupu dari 35 spesies yang berhasil teridentifikasi. Selain itu diketahui juga bahwa jalur pengamatan dengan tingkat keanekaragaman dan kekayaan kupu-kupu tertinggi berada pada jalur forest tracking (H’ = 2,72 dan Dmg = 4,5) dan jalur pengamatan dengan tingkat kemerataan tertinggi berada pada jalur riparian (E = 6,95). Dilihat dari status konservasinya, terdapat satu spesies dilindungi di lokasi penelitian yaitu Toides helena. Berdasarkan kelimpahan jenis dan individu kupu-kupu yang ada, jalur yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai jalur wisata tracking pengamatan kupu-kupu adalah jalur forest tracking dan telusur sungai.
ANALISIS PRODUK DAN PASAR WISATA UNTUK OPTIMALISASI EMBUNG BUAL SEBAGAI DESTINASI WISATA LOMBOK TENGAH Kornelia Webliana; Maiser Syaputra; Indriyatno
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 4 No. 4 (2018): Desember 2018
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Aik bual merupakan salah satu destinasi wisata Pulau Lombok yang menarik dan menawarkan perpaduan antara atraksi alam dan budaya. Desa ini terletak di Kabupaten Lombok Tengah dengan atraksi utama Embung Bual yang berasal dari mata air yang bersumber dari wilayah hutan di sekitar desa Aik Bual. Dalam rangka mengembangkan Embung bual sebagai salah satu atraksi wisata dilakukan analisis terhadap dua komponen penting, yaitu produk (product) dan pasar wisata (market). Produk wisata terdiri dari atraksi wisata, dan landscape. Sedangkan pasar wisatwan berhubungan dengan persepsi dan preferensi wisatawan. Hasil penelitian menunjukan produk wisata berupa jenis atraksi wisata pendukung di desa Aik Bual terdiri dari atraksi alam berupa mata air, gua dan hutan serta traksi buatan seperti embung bual, makam keramat, areal berkemah, areal piknik, pengolahan aren, rumah produksi HHBK. Dengan Hasil penilaian landscape kawasan sekitar Embung Bual masih termasuk dalam kategori menarik dan relatif alami. Analisis pasar wisatawan (market) menunjukan wisatawan yang berkunjung didominasi oleh wisatawan lokal dengan motivasi kunjungan terbesar yaitu untuk berrekreasi (92%). Sejumlah 14% wisatawan merasa tidak puas berkunjung ke kawasan Embung Bual dan faktor ketidakpuasan dipengaruhi oleh beberapa permasalahan yaitu kurangnya fasilitas perdagangan (44%), kurang memadainya sarana penunjang (31%), kurangnya sarana akomodasi (17%) dan wisatawan merasa kesulitan dalam mencapai lokasi (8%). Sedangkan diperoleh hasil kepuasan pengunjung dalam berwisata yaitu 86% dan mendukung penataan kawasan wisata Embung Bual.
IDENTIFIKASI TAPAK, PEMBAGIAN RUANG, DAN AKTIVITAS PENGELOLAAN PARIWISATA ALAMGILI PASERANGPADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG BRANG REA Maiser Syaputra
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 4 No. 3 (2018): September 2018
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tapak (site), secara fisik merupakan bagian dari suatu lanskap (bentang alam) atau lanskap itu sendiri. Tapak didefinisikan sebagai suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan, yang direncanakan atau dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu(Nurisjah, 2004). Knudson (1980) menyatakan, bahwa perencanaan tapak adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan mengintrepertasikan data, memproyeksikan ke masa depan, mengidentifikasikan masalah dan memberikan pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada. Desain tapak pada kawasan hutan Gili Paserang khususnya pada blok pemanfaatan bertujuan agar kegiatan pariwisata alam dapat terselenggara secara serasi dan harmonis, sesuai kaidah, prinsip, dan fungsi kawasan. Secara teknis, berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor 4 tahun 2017 desain tapak bertujuan untuk membagi ruang (peruntukan) pengelolaan pariwisata alam ke dalam ruang usaha dan ruang publik. Penelitian ini menggunakan metode Berau land of management untuk mengetahui potensi masing-masing objek wisata alam yang ada.
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN STRATEGI DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI JALUR PENDAKIAN TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI Maiser Syaputra
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 4 No. 2 (2018): Juni 2018
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional, pada tahun 2016 jumlah kunjungan wisatawan baik itu wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Gunung Rinjani mencapai angka 93.018 orang (naik dari 13.956 orang pada tahun 2010). Besarnya kunjungan wisatawan ini dapat menjadi potensi karena berkontribusi dalam pendapatan negara tetapi juga dalam hal penanganan sampah ini menjadi beban pengelola sampah karena semakin besar angka kunjungan wisatawan maka timbunan sampah yang dihasilkan juga semakin besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan sampah di jalur pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani.
Co-Authors ABDUL MUIN Agung Purnama Sakti Ahmad Fauzan Ahmad Jaelani Ainurrofiq Algifari Rozak Firdaus Amanda Dini Hidayah Andi Chairil Ichsan Andi Chairil Ichsan Andi Chairil Ichsan Andi Chairil Ichsan Andi Tri Lestari Andi Tri Lestari Andi Tri Lestari Andy C Ichsan Andy C. Ichsan Baiq Mega Kurnia Dea Aswani Delvi Eka Rahayu Dendy Ade Pranata Diah Permata Sari Diah Permata Sari Diah Permata Sari Diah Permatasari Dian Safitri Dita Anggraini Dodi Julianto Doni Prasatya Dr Markum Dudi Septiadi Dwi Ayu Sunarti Dwi Sukma Rini Endah Wahyuningsih Endah Wahyuningsih Endah Wahyuningsih Fariq Azhar Febrilianto Kusuma Pratama Ferdian Arya Kusuma Feri Bagus Wardani GB Daril Rama Aditia Hairil Anwar Husnul Khadijah I Putu Angga Teja Maya Imro’atul Hapizah indra wahyu indrawan, Putu eka Indriyatno Irwan Mahakam Lesmono Aji Islamul Hadi Januardi Januardi Januardi Jurnal Pepadu Karima Paspania Khaliani Rahmatin Khofifa Ratomeci Kornelia Webliana Kornelia Webliana B Kornelia Webliana B Kornelia Webliana B. Lalu Anugrah Wira Anggardikzza Lazuardi Firdaus Lestari, Andi Tri Lina Farida M Rifky Tirta Mudhofir M. Fahed Ramadhan M. Nizar Hamdani Mahmud Mahmud Mariun Markum Markum Marwati Maryam Shabrina Mei Nuri Chantika Mei Sukmawati Mizaji Tasnimia Muammar Kadafi Muhajirin Muhajirin Muhamad Rifky Tirta Mudhofir Muhammad Jaelani Muhammad Vandika Trihartawan Ni Luh Putu Yesy Anggreni Ni Made Wirastika Sari, Ni Made Wirastika Ni Wayan Sri Suliartini Nita Apriliana Nur Latifa Aini Nurul Afriani Dewi Pahrur Rozi Pande Komang Suparyan Pande Komang Suparyana Pande Komang Suparyana Qashmal Dwi Harianto Raiymond Haris Reni Srimulyaningsih Rian Wahyuni Rifany Ad’ha Handayani Rizky Nurvaningsih Rusdianto Salsa Dwi Cahyani Shela Hadri Dhuha Sofia Mutmainnah Sonia Wulandari Tuti Asmawati Wafiq Laelatul Kodrianingsih Wihelmus Jemarut Windi Aulia Apriani Witari Elya Utami Wulandari, Febriana Tri Yuni Fatmala