Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENCEGAHAN CACINGAN MELALUI PEMERIKSAAN TELUR CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DAN PEMBERIAN OBAT CACING PADA ANAK KELAS 3 di SDN 04 DAN 08 KELURAHAN PENGASINAN, BEKASI TIMUR Ria Amelia; Siti Nurfajriah; Intan Kurniawati P; Maulin Inggriani; Elfira Mayasari; Neni Arshita
Jurnal Mitra Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2019): Jurnal Mitra Masyarakat : Special Edition I
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.059 KB)

Abstract

Tingkat infeksi penyakit cacingan di Indonesia sampai saat ini masih tinggi dan cacing usus yang memiliki nilai prevalensi yang tinggi ialah Ascaris lumbricoides. Infeksi penyakit askariasis dapat ditularkan melalui tanah (Soil TransmittedHelminth/ STH) sering terdapat pada anak-anak dan remaja. Salah satu cara strategi yang dapat dilakukan ialah dengan melakukan data prevalensi cacingan disetiap sekolah karena infeksi cacingan lebih dominan terjadi pada usia anak dan remaja dari umur 6-15 tahun. Kegiatan PKM ini bertujuan untuk memperoleh prevalensi cacingan pada siswa kelas 3 di SDN 04 dan 08 Pengasinan bekerjasama dengan Puskesmas Pengasinan pada bulan agustus. Jumlah responden kegiatan ini 114 siswa. Ada tiga kegiatan yang dilakukan yaitu peragaan gerakan enam langkah cuci tangan, pemeriksaan telur cacing, dan pemberiam obat cacing. Pemeriksaan telur cacing dilakukan dengan metode naïf dengan 2 kali pengamatan menggunakan larutan eosin 2% dan larutan NaCl 0.9%. Hasil data prevalensi infeksi penyakit cacingan siswa kelas 3 di SDN 04 pengasinan dan SDN 08 pengasinan, Bekasi Timur adalah 0%.
PERBEDAAN HASIL DETEKSI PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM DAN RAPID ANTIGEN PADA PASIEN DIAGNOSA TUBERKULOSIS PARU Farida Ariyani; Maulin Inggriani; Noor Andryan Ilsan
Jurnal Mitra Kesehatan Vol. 1 No. 2 (2019): Jurnal Mitra Kesehatan
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47522/jmk.v1i2.19

Abstract

Pendahuluan: Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit infeksi kronis yang sering dikaitkan dengan daerah urban, populasi yang padat dan ventilasi bangunan yang buruk. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacteriun tuberculosis. World Health Organization (WHO) melaporkan 9 juta kasus dan 1,4 juta kematian disebabkan oleh TB. Berdasarkan data pengendalian TB tahun 2010, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai penyumbang kasus terbanyak di dunia. Diagnosa utama TB ditegakkan bedasarkan keberadaan Bakteri Tahan Asam (BTA) pada pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis memiliki kelemahan yaitu memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang relatif rendah. Pemeriksaan terkini M.Tb Ag rapid test merupakan uji serologi yang mendeteksi antigen protein yang disekresi Mycobacterium tuberculosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pewarnaan BTA metode Ziehl Neelsen secara mikroskopis dengan M.Tb Ag rapid test pada pasien yang didiagnosa klinis TB paru. Metode: Penelitian ini menggunakan observasi cross sectional. Sampel penelitian berupa sputum dari pasien dengan klinis TB paru sebanyak 40 sampel dengan populasi pasien dengan klinis TB. Analisis data menggunakan uji hipotesis chi- square. Hasil: Data yang diperoleh dianalisis menggunakan chi-square dari hasil perhitungan didapatkan hasil yang signifikan yaitu sig 0,001 (sig <0,05). Pada penelitian ini diketahui bahwa kasus positif TB pada pasien perempuan lebih tinggi (55%) dibandingkan dengan laki-laki (45%) Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pewarnaan BTA mikroskopis dengan pemeriksaan M.Tb Ag rapid test pada pasien diagnosa klinis TB paru.
UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK KOTRIMOKSAZOL TERHADAP BAKTERI Salmonella sp. DENGAN METODE MODIFIKASI KIRBY-BAUER Dinar Ikhwal Prasetia; Maulin Inggriani; Noor Andryan Ilsan
Jurnal Mitra Kesehatan Vol. 2 No. 1 (2019): Jurnal Mitra Kesehatan
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47522/jmk.v2i1.23

Abstract

Pendahuluan: Salmonellosis adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp.. Terapi utama yang dipakai dalam penanganan Salmonellosis adalah dengan pemberian antibiotik. Setiap daerah mempunyai pola sensitivitas Salmonella sp. yang berbeda. Sensitivitas antibiotik terhadap suatu bakteri sangat penting untuk menyesuaikan pengobatan terbaru dan melihat manfaat dari pengobatan sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sensitivitas bakteri Salmonella sp. terhadap antibiotik kotrimoksazol. Metode: Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Keluarga Bekasi Timur pada bulan September 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif dengan pendekatan rancangan studi cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Uji sensitivitas antibiotik dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram kertas modifikasi Kirby-Bauer. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai zona jernih disekitar daerah yang mengandung zat antibakteri kotrimoksazol. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah Mueller Hinton Agar (MHA) dengan menggunakan standar kekeruhan MC Farland 0,5. Penilaian sensitivitas antibiotik kotrimoksazol berdasarkan ukuran zona hambatnya dengan mengukur besarnya diameter daya hambat yang terbentuk disekitar cakram kertas antibiotik tersebut. Diameter zona hambat yang terbentuk semakin besar, maka semakin besar pula sensitivitas antibiotiknya. Interpretasi hasil didasarkan pada zona hambat yang terbentuk dan disesuaikan dengan kriteria standar dari Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) 2014. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 9 sampel isolat Salmonella sp. yang berasal feses. Hasil: Hasil uji sensitivitas antibitotik kotrimoksazol terhadap bakteri Salmonella sp. menunjukkan bahwa bakteri Salmonella sp., sensitif 100% terhadap antibiotik kotrimoksol dengan rerata diameter zona hambat 31,11 mm. Kesimpulan: Berdasarkan uraian kesimpulan di atas dapat dilakukan penelitian rutin untuk periode tertentu mengenai pola sensitivitas dari bakteri penyebab demam tifoid di berbagai daerah secara berkala karena masing-masing daerah mempunyai pola sensitivitas yang berbeda dan bervariasi pada waktu dan tempat yang berbeda.