Ibadah Kristen yang benar hanya dapat dikatakan sebagai ibadah yang sejati, ketika ibadah itu dibangun di atas suatu landasan pemahaman teologi. Ibadah Krsiten adalah suatu “perjumpaan” dengan Allah, di mana orangorang percaya mengabdikan diri mereka secara penuh, dengan cara memproklamasikan kebesaran, kemuliaan, dan keagungan dari pribadi dan karya Allah, bahkan ibadah Kristen harus mengandung unsur-unsur Trinitas, yakni berjumpa dengan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, dalam pribadi ilahi dari kekudusan, kasih, keindahan, dan kuasa. Karena pengaruh perubahan-perubahan dalam budaya kontemporer, suatu pergeseran paradigma dalam makna dan teologi ibadah telah terjadi, ketika Allah tidak lagi menjadi obyek dan subyek ibadah (Allah adalah satu-satunya yang harus disembah, dan Allah adalah satu-satunya yang memampukan umat-Nya untuk menyembah Dia, tetapi para penyembah telah menjadi Allah, ibadah tidak lagi didasarkan konsep-konsep alkitabiah, perjanjian, dan Trinitarian atau bahkan Kristologis, tetapi sebaliknya semua kegiatan religius tersebut diorganisasikan menurut gagasan, oleh upaya, dan untuk kepentingan si penyembah. Hakekat ibadah, dalam arti “perjumpaan” dengan Allah telah diganti dengan pemenuhan kebutuhan pribadi, oleh pengaruh teologi kontemporer dalam arti bukan suatu era atau waktu tertentu, tetapi filsafat kerohanian yang telah menjadi sumber dari pikiran manusia, manusia yang penuh kesalahan, yang mencari hikmat dan kebenaran di luar Allah di dalam ibadah itu.