Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PERBANDINGAN BEKSAN LAWUNG AGENG DALAM PERNIKAHAN AGUNG TAHUN 2013 DENGAN PERINGATAN 30 TAHUN BERTAHTA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X TAHUN 2019 DI KARATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT : KAJIAN ASPEK MAKNA, BENTUK, DAN FUNGSI Kristianto, Riki; Kuswarsantyo, Kuswarsantyo
Jurnal Seni Tari Vol 9 No 1 (2020): Vol 9 No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.502 KB) | DOI: 10.15294/jst.v9i1.39433

Abstract

This study aims to compare the similarities and differences of Beksan Lawung Ageng in marriage between GKR Hayu and KPH Notonegoro in 2013 with those displayed on the 30th anniversary of Sultan Hamengku Buwono X's year 2019. Qualitative research methods and ethnocoreology were used in this study with analytical descriptions other than using hermeneutics which is a theory of interpretation also uses ethnochoreology, history, sociology, anthropology and semiotics approaches. Data collection techniques using observation, interviews, and study documentation. Data analysis is performed through data reduction, data presentation, and conclusions. Test the validity of the data by triangulation. The results of this study indicate that there are changes and differences in the function and form of the Beksan Lawung Ageng at GKR Hayu's marriage to KPH Notonegoro in 2013 with the 30th anniversary of Sultan Hamengku Buwono X's throne. Besides, there are also factors and reasons for changes in function and differences. the form of Beksan Lawung Ageng at the wedding of GKR Hayu with KPH Notonegoro in 2013 and Beksan Lawung Ageng at the 30th anniversary of Sultan Hamengku Buwono X's reign which revealed the Ngayogyakarta Hadiningrat Karaton policy in the era of Sultan Hamengku Buwono X in the protection and development of dance heirlooms.    Keywords: Lawung Ageng dance, Yogyakarta classical dance, Yogyakarta palace, royal wedding, accession to the throne                                
Creativity of Virtual Dance Competition of “Beksan Nir Corona” in The Kraton of Yogyakarta Kuswarsantyo, Kuswarsantyo; Fitrianto, Otok
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 20, No 2 (2020): December 2020
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v20i2.25105

Abstract

The objectives of this study are to: (1) describe and analyze the arrangement tutorial of Beksan Nir Corona on a virtual dance competition in the Kraton of Yogyakarta; and (2) describe and analyze the level of similarity in imitation of movement patterns and creativity in the presentation of the participants in the dance competition of Beksan Nir Corona. The method used in this research is descriptive qualitative supported by percentage descriptive quantitative data. The data collection process was carried out using observation, interview, and document techniques. Data analysis was carried out by the stages of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The research results show that the virtual dance tutorial of Beksan Nir Corona as a competition guide contains a recording of a dance model, which is a stylization of five steps of washing hands into a simple variety of movements in the classical dance of Yogyakarta style. Judges’ assessment results through dance performance videos uploaded by 196 participants showed that: (1) the ability of participants to imitate all movement patterns according to the dance material of Beksan Nir Corona reached 85%; (2) the ability of participants to be creative which is manifested in the ability to express ideas only reached 60%; and (3) the remaining 40% of participants only danced the dance of Beksan Nir Corona by imitating the movement patterns that had been exemplified. The average ability to imitate the movement patterns of the dance of Beksan Nir Corona based on the assessment of the six judges is 85.5. In contrast, the creative ability in dance presentation is 70.5.
PELAJARAN TARI : IMAGE DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK Mr. Kuswarsantyo
Joged Vol 3, No 1 (2012): MEI 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v3i1.54

Abstract

Tari adalah salah satu cabang seni yang dalam ungkapannya menggunakan bahasa gerak tubuh. Untukmencapai kualitas kepenarian yang bagus, seorang penari dituntut penguasaan aspek wiraga, wirama danwirasa. Namun ternyata tidak hanya cukup penguasaan tiga aspek tersebut agar pemahaman tari secara utuhdipahami. Aspek di luar teknis sebenarnya lebih banyak manfaat yang bisa kita peroleh jika kita mempelajaritari secara kontekstual. Permasalahan seputar pelajaran tari di sekolah umum (baca : SD, SMP, dan SMA) sebenarnya berkutatpada masalah image orang terhadap pelajaran tari yang dipandang sebelah mata. Pertanyaan yang pantas kitaajukan kepada para pelaku dan pendidik seni tari adalah : mampukah kita merubah image tari daripemahaman tekstual menjadi kontekstual? Manfaat yang dapat kita peroleh dari pemahaman secara konteksualitas tentang tari sebenarnya akanmemberikan kontribusi yang signifikas terhadap pembetukan karakter siswa yang mempelajari. Kedalamanisi dan makna di balik pelajaran tari inilah yang selama ini belum banyak dikupas pendidik seni tari disekolah umum. Dengan pemahaman kontekstualitas itu maka anggapan tari sebagai pelajaran praktik ansichakan terkikis. Tari adalah pelajaran yang memiliki kompleksitas permasalahan terkait dengan masalah sosial,budaya, antropologi, politik hingga permasalahan global. Untuk itulah belajar tari yang benar adalah belajarsecara kontekstual dengan mempertimbangkan apa yang ada dalam tari itu secara utuh, sehingga kita tidakhanya terpancang pada aspek teknik dalam olah wiraga saja. Pemahaman nilai-nilai filosofi joged matarammenjadi penting artinya, karena akan memberikan manfaat untuk pembentukan karakter bagi anak yangmempelajarinya Konsep sawiji, greget, sengguh dan ora mingkuh dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari,karena prinsip tersebut merupakan dasar untuk melaksanakan kehidupan yang oleh Suryobrongtodisebut dengan way of life.
Perkembangan Penyajian Jathilan di Daerah Istimewa Yogyakarta Kuswarsantyo -; Timbul Haryono; R.M Soedarsono
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 11, No 1 (2010): Juni 2010
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v11i1.490

Abstract

The Horse Dance in Yogyakarta. Artikel ini membahas perjalanan sejarah kesenian Jathilan hingga memasukiera Globalisasi. Pasang surut kesenian Jathilan telah dialami dari waktu ke waktu, termasuk juga dalam aspekfungsi penyajian. Kini Jathilan dapat bebas disajikan tanpa terkait dengan upacara seremonial tertentu. Hadirnyaindustri pariwisata yang dicanangkan pemerintah tahun 1986, merupakan era baru yang disebut dengan Globalisasi.Program pariwisata memberikan dampak luar biasa bagi pengembangan sajian seni Jathilan. Interaksi sosial antarwilayah memberi kontribusi terhadap upaya pengemasan bentuk sajian Jathilan untuk konsumsi wisatawan.Pengaruh tersebut terjadi karena dua faktor, pertama faktor eksternal dan kedua faktor internal. Dua pengaruh iniyang memberi sinyal akan berkembangnya bentuk sajian Jathilan yang tidak lagi hanya dipentaskan untuk acaraseremonial tertentu. Penerapan konsep pseudo traditional art, dengan mengutamakan sajian kemasan yang singkatpadat, penuh variatif, telah dihilangkan unsur ritual, tiruan bentuk aslinya dan murah harganya.
INOVASI, DIFUSI, DAN PERUBAHAN KONTEKS DALAM PENCIPTAAN KARYA TARI Kuswarsantyo Kuswarsantyo
Imaji Vol 18, No 2 (2020): IMAJI OKTOBER
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/imaji.v18i2.35812

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan pentingnya inovasi, difusi dan perubahan konteksdalam penciptaan karya tari. Inovasi berbicara kebaruan yang muncul, sedangkan difusi bagaimanapenyebaran unsur baru tersebut dimanfaatkan. Keduanya merupakan frasa menuju budaya barusecara kontekstual melalui karya seni. Tanpa ada inovasi tidak akan ada perubahan kebudayaan(Barnett, 1953). Difusi yang lebih konkret dalam konteks penciptaan karya tari adalah bagaimanamenyebarluaskan karya tersebut, sehingga tidak berhenti pada produksi “dalam rangka” saja. Hasilpenulisan ini diketahui bahwa sebagai gejala sosial budaya, karya tari yang muncul didasari padapermasalahan sosial yang kontekstual dengan kehidupan masyarakat. Karya Jailolo, Kecak Rina,Sampah, adalah bukti lahirnya karya inovatif yang didasarkan pada konteks permasalahan sosialyang mampu memberikan perubahan bagi kehidupan masyarakat di sekitar tari itu diciptakan.Kata kunci: inovasi, difusi, perubahan konteks, penciptaan karya tariINNOVATION, DIFFUSION, AND CONTEXT CHANGE OF DANCE CREATIONAbstractThis article aims to reveal the importance of innovation, diffusion, and changes in the contextof dance creation. Innovation speaks to the novelty that arises, while diffusion of how the spreadof the new element is utilized. Both are phrases towards a new culture contextually throughworks of art. Without innovation, there would be no cultural change (Barnett, 1953). A moreconcrete diffusion in the context of the creation of dance works is how to disseminate the workso as not to stop at production “in order” only. The result of this writing is that as a socio-culturalsymptom, a dance work that appears is based on social problems that are contextual to people’slives. Jailolo’s work, Kecak Rina, Sampah, is a testament to the birth of innovative works basedon social problems that can provide change for the lives of the people around where the dancewas created.Keywords: innovation, diffusion, change of context, dance creation
PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI: Sebuah Alternatif Metode Belajar Tari - Kuswarsantyo; - Kusnadi; Titik Agustin
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.72 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9535

Abstract

Pengembangan video pembelajaran tari ini  bertujuan untuk memberikan kemudahan peserta didik yang akan mempelajari tari secara mendiri (tanpa guru). Video ini dibuat dengan dua sistem. Pertama dengan iringan lengkap, dan kedua tanpa iringan (hanya dengan hitungan). Cara penggunaan video pembelajaran tari ini adalah mengacu pada konsep pembelajaran SAS (Struktur Analisa Sintesa) yang merupakan metode keunsuran yang akan memberikan kejelasan pada peserta didik dalam mengamati ragam per ragam tari yang diajarkan. Metode ini dipadu dengan metode imitasi dan demonstasi yang dilakukan guru dalam  media ini. Perpaduan metode pembelajaran tersebut  untuk memperjelas aksentuasi gerak yang dilakukan model pada pengguna media ini (peserta didik/guru). Hasil dari pengembangan  media pembelajaran melalui video ini adalah :1) peserta didik akan dimudahkan dalam menambah jam pelajaran di luar kelas ; 2) dengan media pembelajaran video ini tingkat kesalahan teknis mengenai ragam gerak dapat diminimalisir ; 3) dengan materi pembelajaran video ini akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam  berkespresi baik gerak, irama dan penghayatan tarinya. 
MAKNA FILOSOFI TARI PERSEMBAHAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP KARAKTER MASYARAKAT KOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU Fatia Kurniati; Kuswarsantyo Kuswarsantyo
Imaji Vol 16, No 1 (2018): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.596 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v16i1.14592

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan : (1) untuk mengetahui makna filosofi dari Tari Persembahan, (2) untuk mengetahui relevansi makna filosofi Tari Persembahan terhadap karakter masyarakat Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi non partisipant, wawancara dan dokumentasi serta teknik analisis yang digunakan yaitu reduksi data, display data dan verifikasi data. Dari hasil penelitian yang didapat menjelaskan bahwa makna filosofi yang terkandung dalam Tari Persembahan berasal dari adab sopan santun yang dimiliki masyarakat Melayu yang termasuk dalam filosofi masyarakat Melayu yaitu Adat Bersendikan Syarak Syarak Bersendikan Kitabullah, yang didapati dalam gerak tari, kostum tari, properti tari dan juga proses latihan. Sedangkan gerak-gerak yang ada dalam Tari Persembahan berasal dari tradisi menjunjung duli dan kemudian dikembangkan menjadi ragam-ragam gerak baru. Relevansi antara makna filosofi Tari Persembahan dan karakter masyarakat Kota Pekanbaru Provinsi Riau adalah dalam hal filosofinya, yaitu makna dari Tari Persembahan merupakan adab sopan santu masyarakat Melayu yang juga terkandung dalam filosofi masyarakat Melayu yang mendiami Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Makna filosofi tersebut kemudian direlevansikan dalam bentuk nilai karakter diantaranya nilai menghormati, nilai menghargai, nilai kerja keras, nilai kerjasama, nilai disiplin, nilai bersahabat, dan nilai cinta tanah air.Kata kunci: Tari Persembahan, makna filosofi, nilai karakter Abstract This research aims: (1) to know the philosophy meaning of Persembahan Dance, (2) to know the relevance of philosophy meaning of Persembahan Dance to society character of Pekanbaru city of Riau Province. The type of research used in this research is qualitative, data technique that used are non participant observation, interview and documentation. The data were analyzed by data reduction, data display and data verification. The results showed, the philosophical meaning contained in the Dance of Persembahan derived from courtesy of respect that belongs to the Malay society which is included in the philosophy of the Malay society, namely Adat Bersendikan Syarak Syarak Bersendikan Kitabullah, which is found in the movement of dance, dance costume, dance property and also Process exercise. While the movements that exist in the Persembahan Dance comes from the tradition of menjunjung duli and then developed into a variety of new motions. The relevance between the meaning of philosophy of Persembahan Dance and the society character of Pekanbaru city of Riau Province is in terms of its philosophy, that is the meaning of Persembahan Dance is courtesy of Malay community also embodied in the philosophy of Malay people who inhabit Pekanbaru city of Riau Province. The meaning of this philosophy is then renovated in the form of character value, the value of respect, the value of appreciating, the value of hard work, the value of teamwork, the value of discipline, the value of friendship and the value of patriotism.Keywords: Persembahan Dance, Philosophy meaning, character value
METODE PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE, KECERDASAN KINESTETIK, DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK SENI TARI DI SMP MUHAMMADIYAH 3 DEPOK Rinanti Murdianing Sunyar; Kuswarsantyo Kuswarsantyo
Imaji Vol 15, No 2 (2017): IMAJI OKTOBER
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6534.975 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v15i2.14527

Abstract

Penelitian eksperimen ini bertujuan mengetahui perbedaan efektivitas penerapan metode pembelajaran Think-Pair-Share dan metode imitasi dengan kecerdasan kinestetik yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik terhadap peningkatan ketrampilan motorik pada mata pelajaran seni tari di SMP Muhammadiyah 3 Depok. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, eksperimental-semu dengan teknik analisis data yang digunakan teknik analisis two way anova. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) hipotesis pertama yang berbunyi “adanya perbedaan yang signifikan pada keefektifan metode Think-Pair-Share dibandingkan dengan metode imitasi jika ditinjau dari peningkatan ketrampilan motorik peserta didik pada mata pelajaran seni tari di SMP Muhammadiyah 3 Depok” teruji kebenarannya dengan nilai Fhitung sebesar 8.086 (2) hipotesis kedua yang berbunyi “adanya perbedaan yang signifikan pada kecerdasan kinestetik yang dimiliki masing-masing peserta didik terhadap ketrampilan motoriknya pada mata pelajaran seni tari di SMP Muhammadiyah 3 Depok” teruji kebenarannya dengan nilai Fhitung sebesar 13.148 dan (3) hipotesis ketiga yang berbunyi “adanya perbedaan yang signifikan pada penerapan metode pembelajaran Think-Pair-Share dan kecerdasan kinestetik yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik terhadap peningkatan ketrampilan motorik pada mata pelajaran seni tari di SMP Muhammadiyah 3 Depok” diterima secara empiris dengan nilai Fhitung sebesar 4.242.Kata kunci: Think-Pair-Share, kecerdasan kinestetik, ketrampilan motorik, seni tari THINK-PAIR-SHARE LEARNING METHOD, KINESTHETIC INTELLIGENCE, AND MOTOR SKILLS IMPROVEMENT OF DANCE LESSONSAT SMP MUHAMMADIYAH 3 DEPOKAbstractThis experiment research aims to know the effectiveness of the implementation ofThink-Pair- Share learning method and imitation method and kinesthetic intelligence that belongs to each of the student in the improvement of motor skills in the subject of dance art in SMP Muhammadiyah 3 Depok. The approach used in this research is the quantitative, quasi experimental design. The data collection instruments used in this research were questionnaires and tests. Data analysis techniques used in this research were descriptive statistic and analysis technique of two way anova. This experiment research shows that: (1) the first hypothesis which says “there are significant differences on the effectiveness of Think-Pair-Share method compared with imitation method reviewed from the improvement of students motor skills in the subject of dance art in SMP Muhammadiyah 3 Depok” is accepted with an Fcount 8.086, (2) the second hypothesis which says “there is a significant differences in the kinesthetic intelligence that belongs to each of the student toward the motor skills in the subject of dance art in SMP Muhammadiyah 3 Depok” is accepted with Fcount 13.148, and (3) the third hypothesis saying “there is a significant difference in the implementation of Think-Pair-Share learning method and kinesthetic intelligence that belong to each of the student in the improvement of motor skills in the subject of dance art in SMP Muhammadiyah 3 Depok” is empirically accepted with the Fcount of 4.242.Keywords: Think-Pair-Share, kinesthetic intelligence, motor skills, dance art
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI FILOSOFIS JOGED MATARAM KE DALAM SISTEM PEMBELAJARAN TARI SLTP KOTA YOGYAKARTA Kuswarsantyo -
Imaji Vol 5, No 1 (2007): IMAJI FEBRUARI
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.549 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v13i2.6692

Abstract

Various studies on the philosophical values of Joged Mataram have been conducted. However, in the context of dance learning, a study that relates the values and the dance learning system has never been carried out. Therefore, the writer is interested to analyze the problem through a descriptive qualitative research. The result and the effectiveness of the application of Joged Mataram philosophy to the dance learning system can be used as an achievement measurement, with dance teachers as the main informants. Four aspects of Joged Mataram philosophy are Sawiji, the realization of always concentrating on facing all activities; Greged, the expression of human life dynamic; Sengguh, human self-evidence in all situations without being arrogant; and Ora Mingkuh, an attitude of always struggling to realize a dream. Understanding the aspects, students are hopefully able to follow the dance learning process with all their heart to reach their ideals. Key Words: values, Joged Mataram, dance learning
PENGEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LANGEN MANDRAWANARA SEBAGAI ASET PARIWISATA DI DESA SEMBUNGAN KABUPATEN BANTUL Kuswarsantyo -
Imaji Vol 5, No 2 (2007): IMAJI AGUSTUS
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.23 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v5i1.6678

Abstract

Langen Mandrawanara is one of rare arts, created by Patih Danurejo in the reign of Sultan Hamengkubuwana VIII. Besides its low frequency of performance, the rareness is caused by the difficulties of that dance with Ramayana epic theme. The art of Langen Mandrawanara is performed with squatting and the dialogs are carried out through tembang, traditional Javanese songs. The difficulties make Langen Mandrawanara less interesting to young generation incapable of singing the songs. As the time goes by, efforts are made by art groups and organizations to preserve Langen Mandrawanara, which are good steps to support the art preservation. The one carried out by Langen Mandrawanara community in Sembungan Village, Bangunjiwo, Bantul becomes the key to the future of the art. The endeavor also becomes an appeal to the tourists. The application of pseudo traditional arts is quite relevant as an attempt to keep Langen Mandrawanara art improving, without neglecting its essential aspects to be preserved. Using a dynamic concept of performance, Langen Mandrawanara is hoped to attract the viewers, especially of the young generation. Key words: Langen Mandrawanara, preservation, tourism