Bambang Syaeful Hadi
Unknown Affiliation

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Student-Based Disaster Management: Alternative Solutions to Build a Disaster-Resilient City Dina Pramesti Regita; Bambang Syaeful Hadi
Journal of Governance Volume 7 Issue 1: (2022)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31506/jog.v7i1.14518

Abstract

Abstract: Disasters that have occurred in the past should serve as a valuable lesson for those who will come after them. This is the most important factor in determining how prepared a community is. According to common knowledge the city of Palu is one of the cities that is particularly vulnerable to natural disasters due to its geographical location, which is situated between the confluence of two tectonic plates of the Pacific Ocean and Asia, necessitating the need for residents who live in the area to be prepared for such events. As a result, the purpose of this study is to determine the value of studying disaster preparedness from a young age in order to reduce the impact of disasters generated through the use of a spatial education strategy. The descriptive method is used with a qualitative approach in this investigation. The findings indicate that preparedness education should begin at a young age in order to instill a sense of vigilance in kids, rather than a sense of terror. Education in geography, and specifically geography-based disaster preparedness learning materials, is critical to establishing a solid foundation in disaster preparedness learning from a physical and geographical perspective.Keywords: Learning, Preparedness, Geography Education, Students, Disaster.
HARMONISASI PERAN PELAKU PENDIDlKAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGOPTIMALISASlKAN FUNGSI PENDIDlKAN Bambang Syaeful Hadi
Jurnal Cakrawala Pendidikan Vol 1, No 1 (2007): Cakrawala Pendidikan, Februari 2007, Th. XXVI, No. 1
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1203.806 KB) | DOI: 10.21831/cp.v1i1.8543

Abstract

While education has broad and complex dimensions with eachhaving its own problems, the problem-solving should becomprehensive. A disorder in the Indonesian educational world hasbeen caused by, among others, a disharmony among the roles of theagents of education (i.e., the family, society, and school). Eachperforms with no coordination with any other of the agents. Theresult is that the education has not produced human individuals whoare intellectually, socially, and religiously mature. Rather,oppositely, it has become counterproductive. A segregation of theroles has to be mapped clearly to avoid role overlaps which canmake some important roles left unperformed.The school, as a formal educational institution, is ideally theinstrument enabling the maturation of students' intellectuality, theirmoral attitudes and behaviors, and their contextual skills so thatwhat they obtain from school could be implemented in the societywhere they live. Society, as the environment where studentsassociate with others, is ideally to give them enough room of trust inthe course of motivating them for self-actualization, to restrain fromdemanding too much of them, to take part in monitoring andevaluating them, and to give material and non-material support. Thefamily is a very central place for students' education, where certainother family members become role models and influence theirpsychological growth. The family condition becomes a determiningfactor of the success in their education at school and in society
HEGEMONI BUDAYA INDUSTRI DALAM PENDIDlKAN KONTEMPORER adminBambang Syaeful Hadi; Iffah Nurhayati
Jurnal Cakrawala Pendidikan No 3 (2002): CAKRAWALA PENDIDIKAN, EDISI NOVEMBER 2002, TH. XXI, NO. 3
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.061 KB) | DOI: 10.21831/cp.v3i3.8728

Abstract

The industrial culture as a product ofan increasingly indus­trial society has greatly influenced the educational system.Its hegemony in the educational system has shifted educationalidealism. Since the industrial culture assumes that man is afactor in production, the aim of education has started tochangefrom its original course for the sake of meeting thedemandsof the industrial field, the market for its product. Afurther consequence of this is that the output of educationno longer meets the expectation concerning what is essentiallyworthy to be the objectiveof education, which is to develophuman resources with all their potentials into better individualswho are independent and increasingly awareof the essence oftheir humanity.There are supposed to be three main agents of education,i.e., the family, the school, and society. However, today the schooltends to be the main support ofeducation while the educatiomil .system runningat schools now in operation has diverged fromthe original idealismofeducation. Education in one alternative.religion, Islam, has not achieved what is intended by the Koranand Hadits, either, because there are not yet any adequate willand ability among Moslems to interpret creatively the religiousteachings and transfer them into some formof educational sys­tem together with its operational steps.The hegemonyofindustrial culture has "forced" the execu­torsof education to use educational concepts and designs thatsupport industrial needsin order that the educational output wouldbe wel1-preparedto enter the job market. The educational systemis then also designed in such a way that practical and pragmaticteaching materials have a greater portion than the students'values in ethics, social matters, religiosity, behavior, and men­tality. This phenomenon will speed up a processofdehumaniza­tion thatwil1 eventual1y result in social and national destruction.Therefore, there needto be steps of reorientation, restructuring,and innovation in the educational system that are based onpotentialsofthe self and stick to religious values to achieve thereal educational objective
Pengaruh Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Terhadap Perilaku Peduli Lingkungan Bambang Syaeful Hadi Muhsinatun Siasah Masruri *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 11, No 1 (2014): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6602.17 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i1.5285

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peran sikap dan norma subjektif mahasiswa dalam membentuk perilaku peduli lingkungan, dan (2) perbedaan perilaku peduli lingkungan antara mahasiswa yang memperoleh matakuliah PKLH Plus, mahasiswa yang memperoleh matakuliah PKLH, dan  mahasiswa yang tidak memperoleh mata kuliah PKLH. Populasi penelitian adalah mahasiswa FISE UNY tahun 2009, berjumlah 2507 orang. Jumlah sampel sebanyak 338 mahasiswa, yang diambil dengan proportional dan systematic random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan angket. Model perilaku yang digunakan adalah Extended Fishbein Model. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan One Way Anova, dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya mahasiswa mempunyai perilaku kurang peduli terhadap lingkungan. Dari ketiga kelompok mahasiswa tersebut, mahasiswa PKLH Plus dan mahasiswa PKLH biasa mempunyai perilaku kurang peduli, kelompok mahasiswa non PKLH memiliki perilaku tidak peduli pada lingkungan. Perilaku kurang peduli terhadap lingkungan lebih disebabkan kurangnya pengetahuan terhadap dampak dari perilaku tersebut terhadap lingkungan. Atribut sikap mempunyai bobot lebih besar daripada norma subjektif. Proporsi bobot pada masing-masing kelompok mahasiswa adalah 74,25% dan 25,75%, 70% dan 30%, dan 69% dan 31%. Hasil Anava menunjukkan nilai F=6,948 dengan p=0,001, artinya terdapat perbedaan perilaku peduli lingkungan yang signifikan antara ketiga kelompok mahasiswa yang memperoleh porsi pendidikan lingkungan yang berbeda. Kata kunci: PKLH, keyakinan, norma, perilaku peduli lingkungan  
STRATEGI PEMBELAJARAN PENGINDRAAN JAUH SEBAGAI PENCITRA PERMUKAAN BUMI BERBASIS KOMPETENSI Bambang Syaeful Hadi
Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 6, No 2 (2008): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/gm.v6i2.15417

Abstract

Abstrak             Pengindraan Jauh (Inderaja) berkembang sangat pesat, bahkan di negara-negara lain inderaja sangat populer karena terapannya yang sangat menakjubkan. Data citra inderaja mampu menyajikan fenomena di atas permukaan bumi secara luas, lengkap, dan cepat, dan secara geografis ia mampu menyajikan kesan keruangan dengan resolusi dan tingkat akurasi yang sangat tinggi. Pemanfaatan multispektral memungkinkan citra menyajikan objek-objek yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Disamping itu kemampuan inderaja juga ditopang oleh teknik perekaman dengan pendekatan multipandang yang memungkinkan citra inderaja dapat digunakan untuk identifikasi, pemantauan, dan evaluasi oleh berbagai disiplin ilmu yang objek studinya bumi. Pembelajaran inderaja sebagai bagian dari mata pelajaran geografi kurang menggairahkan. Hal ini disebabkan strategi pembelajaran inderaja belum sesuai dengan tuntutan kurikulum yang menekankan pada kompetensi. Penguasaan kompetensi ini perlu didukung oleh strategi pembelajran yang sesuai dengan karakteristik inderaja. Strategi pembelajaran yang mencakup pendekatan, metode, dan teknik ini tidak sama ntuk berbagai mata pelajaran. Strategi pembelajaran inderaja dapat dilakukan dengan menggabungkan strategi induktif dan deduktif, dengan disertai kombinasi beberapa metode. Diantaranya metode yang yang dikombinasikan adalah demonstrasi. Pemberian contoh-contoh aplikasi, latihan praktikum, dan field study. Selanjutnya agar para peserta didik dapat menguasai kompetensi deteksi, identifikasi, dan analisis dapat digunakan teknik multilevel, multispectral, dan multitemporal. Pelatihan interpretasi dari yang sederhana dan banyak sampel lapangan selanjutnya sampel  dikurangi secara bertahap. Kata Kunci : strategi pembelajaran, pengindraan jauh, berbasis kompetensi
METODE INTERPOLASI SPASIAL DALAM STUDI GEOGRAFI (Ulasan Singkat dan Contoh Aplikasinya) Bambang Syaeful Hadi
Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 11, No 2 (2013): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (719.723 KB) | DOI: 10.21831/gm.v11i2.3454

Abstract

Dunia nyata sebagai objek kajian berbagai macam disiplin terlalu kompleks untukdipahami, sehingga untuk keperluan pemahaman tersebut diperlukan pemodelan.Pemodelan yang diterapkan pada suatu wilayah tertentu dikenal dengan pemodelanspasial. Pemodelan spasial sering kali menghadapi kendala tidak lengkapnya data. Untukmengatasi ketidaklengkapan data tersebut kemudian dilakukan interpolasi. Interpolasispasial diperlukan dalam studi geografi, karena geografi memerlukan analisis spasialuntuk memperoleh informasi suatu fenomena di suatu wilayah. Interpolasi memilikibanyak ragam metode, yang asing-masing memiliki karakteristik, dengan segalakelebihan dan kekurangannya untuk diterapkan pada berbagai medan yang kondisinyavariatif. Metode interpolasi yang biasa digunakan dalam berbagai kajian secara garisbesar diklasifikasikan menjadi 3, yakni: (1) metode interpolasi global dan lokal, (2) metodeinterpolasi eksak dan nun-eksak, dan (3) metode interpolasi determenistik dan stochastik.Masing-masing metode tersebut juga memiliki ragam yang lebih spesifik untukditerapkan pada berbagai jenis medan. Dalam paper singkat ini dikemukakan berbagaimetode tersebut disertai dengan penjelasan singkat dan contohnya.Kata kunci: interpolasi spasial, ragam, aplikasi
PENYUSUNAN NERACA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA BERBANTUAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Melania Swetika Rini; Bambang Syaeful Hadi
Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 11, No 2 (2013): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (872.864 KB) | DOI: 10.21831/gm.v11i2.3447

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat ketelitian hasil interpretasifoto udara pankromatik hitam putih skala 1:8900 tahun 1996 dan citra Quickbirdberwarna skala 1:5400 tahun 2008 untuk interpretasi penggunaan lahan; (2) menyusunneraca penggunaan lahan yang mengacu kepada pedoman baku jarak penggunaanlahan; (3) menyusun neraca penggunaan lahan yang mengacu kepada pedoman bakuluas penggunaan lahan; dan (4) mengetahui perbedaan penggunaan lahan dilihat daristandar jarak dan standar luas antara penggunaan lahan tahun 1996 dan 2008 di wilayahKecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifkuantitatif dengan menggunakan teknik penginderaan jauh khususnya interpretasi fotoudara dan citra Quickbird dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Populasi penelitianberupa unit-unit penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.Teknik sampling untuk uji ketelitian adalah proporsional dan purposive sampling, jumlahsample ditentukan berdasar Formula Anderson. Untuk keperluan analisis statistik jumlahsampel ditentukan berdasar Nomogram Harry King dengan derajat kesalahan 6%, tekniksamplingnya adalah proportional dan simple random sampling. Teknik pengumpulandata yang digunakan adalah dokumentasi, observasi dan interpretasi citra. Teknik analisisdata dalam penelitian ini adalah uji ketelitian hasil interpretasi dengan Confusion MatrixCalculation, analisis SIG (Overlaydan Single Buffer)dan Uji-t.Hasil penelitian menunjukkanbahwa: (1) hasil interpretasi foto udara pankromatik hitam putih skala 1:8900 tahun 1996dan citra Quickbird masing-masing memiliki ketelitian 85% dan 90,02%; (2) Berdasarkaninterpretasi foto udara, luas penggunaan lahan yang distandarisasi menurut standar luasseharusnya adalah 99.535 ha dan di lapangan terdapat 336,616 ha. Berdasarkan standarjarak, luas penggunaan lahan terluas adalah jarak terhadap taman/cagar, yakni 361,134 hadan luas lahan yang paling sempit adalah jarak terhadap tempat bermain anak, yakni68,908 ha; (3) Neraca penggunaan lahan ditunjukkan oleh luas lahan yang distandarisasitahun 2008 seharusnya adalah 117,153 ha, di lapangan terdapat 282,116 ha. Berdasarkanstandar jarak terhadap fasilitas umum, penggunaan lahan yang paling luas adalah jaraklahan terhadap pusat kota, SMP, dan taman/cagar, masing-masing seluas 477,861 ha; dan(4) Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan lahan tahun 1996 dan 2008dilihat dari standar jarak dan luas, ditunjukkan oleh koefisien t, masing-masing adalah -14,81 dan 2,72 pada taraf signifikansi 0,000.Kata Kunci: Neraca Penggunaan Lahan, Penginderaan Jauh, SIG
URGENSI STUDI PERSEPSI RESIKO LINGKUNGAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH (Belajar dari Kasus di Kota Seoul) Bambang Syaeful Hadi
Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 7, No 2 (2009): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.934 KB) | DOI: 10.21831/gm.v7i2.19099

Abstract

Persepsi resiko (risk perception) merupakan aspek penting yang seringkali terlupakan dalam penyusunan dan implementasi pembangunan. Tulisan ini berusaha mengungkapkan urgensi persepsi resiko lingkungan masyarakat terhadap keberadaan suatu fasilitas dan bencana alam dan langkah-langkah studinya dalam perencanaan pembangunan wilayah, terutama dalam hal pembangunan fasilitas yang dilaksanakan oleh pemerintah berdasarkan kajian hasil penelitian Kwi-Gon Kim di Kota Seoul. Persepsi resiko dapat dipandang dan masuk dalam kajian geografi terutama dengan dengan sudut pandang ekologi. Tujuan studi persepsi resiko adalah membantu menganalisis resiko yang mungkin terjadi dan masukan dalam merumuskan pembuatan  kebijakan  dengan melakukan studi terhadap manusia dan bisofir. Bebagai disiplin ilmu seperti geografi, antropologi, psikologi mencoba mengkaji persepsi resiko dengan berbagai sudut pandang dan penekanan. Setiap wilayah/kota memiliki tingkat persepsi resiko yang berbeda. Faktor budaya, pandangan pribadi, pendidikan dan lingkungan dapat mempengaruhi persepsi resiko. Persepsi resiko ini penting untuk diketahui oleh para penentu kebijakan, karena tidak sedikit suatu pembangunan akan tidak mencapai manfaat yang diharapkan karena pengaruh persepsi resiko masyarakat. Penanganan masalah dampak bencana akibat keberadaan suatu fasilitas maupun bencana alam akan mengalami hambatan karena kekurangtepatan memahami persepsi resiko masyarakat terhadap lingkungan. Yogyakarta sebagai daerah yang mempunyai berbagai potensi bencana dapat menerapkan studi persepsi resiko dalam penanganan masalah bencana dan pembangunan kota. Persepsi resiko harus dipertimbangkan dalam pembuatan suatu keputusan pembangunan. Kata kunci: persepsi resiko, bencana, pembangunan wilayah
MEMBANGUN ETIKA LINGKUNGAN SEBAGAI BASIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Bambang Syaeful Hadi
Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 4, No 2 (2006): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8249.817 KB) | DOI: 10.21831/gm.v4i2.19010

Abstract

AbstrakManusia sebagai bagian dari makhluk hidup penghuni bumi berhubungan timbal balik dengan lingkungan. Dalam rangka mencapai kesejahteraan hidupnya manusia berusaha memanfaatkan sumberdaya lingkungan yang ada. Sebagian dari manusia mempunyai cara pandang yang keliru terhadap sumberdaya (mentalitas frontier), sehingga tindakannya dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Disisi lain terdapat pula kelompok manusia yang berusaha melakukan pembangunan dengan mengejar angka pertumbuhan ekonomi dengan memproduksi sebanyak-banyaknya, sehingga eksploitasi lingungan alam tak dapat dihindarkan. Untuk mengatasi permasalahan krisis lingkungan, maka paradigma pembangunan perlu diubah agar sumberdaya yang ada tidak punah atau hanya dinikmati generasi saat ini, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai bekal  hidup generasi mendatang. Dengan kata lain pembangunan harus berkelanjutan. Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development) memerlukan landasan nilai dan moral, agar setiap oang dapat mendukungnya. Landasan nilai tersebut adalah etika lingkungan. Etika lingkungan dapat memiliki daya kendali yang baik bagi setiap tindakan manusia terhadap lingkungan manakala terjadi perubahan pola pikir (moral thinking), sikap moral (moral affective), dan tindakan (moral action). Bila etika lingkungan telah terbangun dan terinternalisasi dalam diri manusia, maka pembangunan berkelanjutan tidak akan mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Membangun etika dapat dilakukan melalui pendidikan jalur formal/sekolah dan nonformal (keluarga dan masyarakat).Kata kunci : etika lingkungan, lingkungan berkelanjutan
DETEKSI GEJALA KLIMATOLOGIS DAN PEMANTAUAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DENGAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH Bambang Syaeful Hadi
Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 5, No 2 (2007): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1231.82 KB) | DOI: 10.21831/gm.v5i2.14196

Abstract

Perubahan iklim bisa terjadi secara alami maupun tidak alami. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim secara alami dan tldak alami antara lain munculnya bintik-bintik hitam di permukaan matahari pada setiap periode sebelas tahunan, deforestasi maupun efek rumah kaca. Terjadinya akumulasi panas energi di atmosfer bumi yang berlebihan merupakan dampak dari perubahan iklim. Hal ini mendorong iklim global untuk melakukan penyesuaian dengan peningkatan temperatur bumi. Teknik penginderaan jauh telah mampu memberikan kontribusi dalam studi iklim dan lingkungan global. Melalui teknik penginderaan jauh berbagai gejala klimatologis di atmosfir dapat diketahui secara cepat. Fenomena klimatologis ya ng dapat dipelajari melalui rekaman penginderaan jauh meliputi tutupan dan gerakan awan, analisis medan angin, analisis uap air, struktur temperatur atmosfir, radiasi permukaan, dan estimasi cuaca ekstrim. Untuk pemantauan kemungkinan terjadinya perubahan iklim global, maka interpretasi variabel klimatologis secara global dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai citra satetit dalam berbagai skala, waktu perekaman, dan spektral. Kata kunci: gejala klimatologis, iklim global, teknik penginderaan jauh