Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

KONTRIBUSI EKONOMI DESA-DESA PESISIR TERHADAP PENDAPATAN WILAYAH KABUPATEN BANTUL ASYIAWATI, YULIA; RUSTIJARNO, SINUNG
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 7, No 1 (2007): MARET 2007
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.215 KB)

Abstract

Masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Bantul sejak lama mengandalkan pemenuhan kebutuhan hidup dari kegiatan pertanian dan pariwisata. Pandangan ini mulai berubah seiring dengan tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat, sehingga dicari alternatif usaha yang tidak hanya mengandalkan aktivitas di darat (terestrial) yaitu pemanfaatan sumberdaya laut di wilayah pesisir. Kegiatan perikanan laut di wilayah pantai selatan Kabupaten Bantul telah berkembang sejak tahun 1995 dengan dirintisnya usaha penangkapan ikan di wilayah Pantai Depok dan Pandansimo yang didorong adanya alih teknologi dari nelayan pendatang. Usaha perikanan laut bersifat komplementer terhadap mata pencaharian pokok yaitu kegiatan pertanian dan pariwisata. Ketiga kegiatan tersebut saling menunjang dan memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat dan wilayah pesisir. Penelitian dilakukan di desa-desa pesisir Kabupaten Bantul yaitu Parangtritis, Tirtohargo, Gadingsari, Srigading dan Poncosari pada bulan April-Juli 2002. Tujuan penelitian adalah mengetahui pendapatan masyarakat wilayah pesisir dan kontribusi ekonomi desa-desa pesisir di Kabupaten Bantul terhadap pendapatan wilayah. Metode penelitian menggunakan cara survai, analisis data dilakukan dengan alat bantu perangkat lunak I-think versi 6,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas pemanfaatan ruang wilayah pesisir tahun 2001 mencapai 2.579,79 ha atau 59,94% luas ruang tersedia, pendapatan wilayah pesisir sebesar Rp 86.752.507.899,- atau memberikan kontribusi sebesar 3,50% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bantul. Sumbangan pendapatan dari sektor pertanian bahan makanan terhadap PDRB sebesar Rp 77,332,336,603,-, perikanan laut sebesar Rp 4,142,746,611,- dan pariwisata sebesar Rp 3,428,007,139,-. Pendapatan tenaga kerja petani, nelayan dan jasa wisata masing-masing sebesar Rp 4,163,625,- ; Rp 6,282,595,- dan Rp 12,374,718,-/orang/tahun. Peningkatan pendapatan masyarakat dan wilayah pesisir di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan pengembangan sektor perikanan laut dan wisata bahari.
STATUS EKOSISTEM PESISIR BAGI PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH PESISIR DI KAWASAN TELUK AMBON Asyiawati, Yulia; Yulianda, Fredinan; Dahuri, Rokhmin; Sitorus, Santun R.P.; Susilo, Setyo Budi
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 10, No 1 (2010): Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.845 KB) | DOI: 10.29313/jpwk.v10i1.1367

Abstract

This study aims : (1) to analyze the status of coastal ecosystems, (2) to analyze factors that affect the quality of coastal ecosystems, and (3) to prepare the direction on spatial planning in coastal areas of Ambon Bay Area. The analytical method used in this study is the analysis of ecosystem status, principal components analysis, analysis of Geographic Information Systems (GIS) and analysis of dynamic systems. The results showed that the condition of ecosystem status damaged in 2008, whereby, the status of mangrove ecosystems is moderate with a density of 1100 trees/ha, the status of seagrass ecosystems damaged by percentage cover of 38,76%, and the status of coral reef ecosystems are damaged by the percentage of live coral is 42,27%. Ecosystem conditions in Ambon Bay Area is affected by land use on land, namely forest area and population. Refferral of land use planning in Ambon Bay Areas wich recommended in this study for a period of 20 years of protected areas and cultivated areas. Protected areas is aimed at 9.480,70 ha or 41,21% of land area, while the allocation of space for the cultivation area is 10.416,30 ha (58,79% of land area). To reduce the pollutant into the waters, planned buffer zones (coastal and riverine border for 11,69% of land area), which serves to absorb pollutants and protect the inland waters of the tidal influence, while still controlling the waste coming into water By using dynamic systems analysis, created the scenario of land use planning in Ambon Bay Area that integrates land and wet land. The scenario used in this study is the optimistic, pessimistic and moderate scenarios. The variable that is used to determine of policy scenarios spatial planning based on the rate of population growth is 2,5% per annum, while variable forest area of at least 30% of the area. Of the three scenarios, the scenario chosen for the land use planning policy in Ambon Bay Areas in the future is to use the moderate scenario. The simulation results moderate scenario, the status of coastal ecosystems is improved from the criteria of the coastal ecosystem damaged by coastal ecosystems index 44,44% in 2008 turned into good condition with the index of coastal ecosystems 88,89% in 2029
Identifikasi Partsipasi Masyarakat dalam Mewujudkan Pembangunan Desa Berkelanjutan (Studi Kasus : Desa Ketapang Indah - Kecamatan Singkil Utara) Yulia Asyiawati; Hilwati Hindersah; Yoppi Yolanda Putri
ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian) Vol 9 No.1 (Januari, 2021) Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Sains & Teknol
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ethos.v9i1.6444

Abstract

Abstract. Community participation is very important in realizing sustainable village development, so that development planning can be felt by every level of society. Currently, the development carried out in Katapang Indah Village has not been fully participatory. This can be seen from the contribution of community participation in the development planning process, where the development being implemented has not responded to community needs. Given the importance of community participation in the development planning process, it is necessary to conduct a study on efforts to increase community participation in Katapang Indah Village, in order to realize sustainable development. The purpose of this study is to identify the form and level of community participation in the development planning process. By using the descriptive analysis method, the results show that community participation in Katapang Indah Village is included in the induced participation group with the form of vertical participation, where the community only follows policies that have been formulated by village leaders or traditional leaders. This is due to the lack of knowledge from the community about the importance of participating in the activities of the village development process. Efforts were made to (1) provide outreach to the public about the mechanism for community participation in the planning process; (2) increasing the intensity of socialization and counseling regarding development planning to the community; (3) increasing the role of traditional and community leaders in formulating decisions by taking into account the characteristics and needs of village communities.Keywords: community participation, development planning process, sustainable village developmentAbstrak. Partisipasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan desa secara berkelanjutan, sehingga perencanaan pembangunan tersebut dapat dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat. Pembangunan yang dilakukan di Desa Katapang Indah, pada saat ini belum sepenuhnya dilakukan secara partisipatif. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, dimana pembangunan yang dilaksanakan belum menjawab terhadap kebutuhan masyarakat. Mengingat pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, perlu dilakukan kajian mengenai upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di Desa Katapang Indah, agar dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Tujuan dari kajian ini adalah mengidentifikasi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif diperoleh hasil bahwa partisipasi masyarakat di Desa Katapang Indah termasuk pada kelompok partisipasi terinduksi dengan bentuk partisipasi vertical, dimana masyarakat hanya mengikuti kebijakan sudah dirumuskan oleh pemimpin desa atau tokoh adat. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat akan pentingnya berpartisipasi dalam kegiatan proses pembangunan desa. Upaya yang dilakukan adalah (1) memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang mekanisme partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan; (2) meningkatkan intensitas sosialisasi dan penyuluhan mengenai perencanaan pembangunan kepada masyarakat; (3) meningkatkan peran dari tokoh adat dan tokoh masyarakat dalam merumuskan keputusan dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan masyarakat desa.Kata Kunci : partisipasi masyarakat, proses perencanaan pembangunan, pembangunan desa berkelanjutan
PENGELOLAAN PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN GUNUNG BROMO DAN SEKITARNYA SECARA BERKELANJUTAN DI KECAMATAN PONCOKUSUMO ASYIAWATI, YULIA
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 14, No 2 (2014): Lingkungan dan Pembangunan 2
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (871.276 KB) | DOI: 10.29313/jpwk.v14i2.2553

Abstract

Indonesia consists of 514 districts / cities, one of which is Malang located in East Java province. Malang regency has the potential of Natural Resources is very abundant. Poncokusumo sub-district is one of the districts in Malang Regency has a variety of potential, ranging from agriculture and nature. One very famous natural attraction is Mount Bromo. Mount Bromo is one mainstay of tourism in the district of Malang Regency Poncokusumo. As is known, in 2010, Mount Bromo erupted and resulted in tremendous impact for the communities around Mount Bromo both in economic and environmental terms. Then in early 2011, there were concerns about local economic and environmental potential problems in the long term among residents in the area around Mount Bromo, especially in areas that are in Malang. The purpose of this study is to develop the concept of sustainable management of the space utilization in the region of Mount Bromo Poncokusumo District of Malang. This study included into the quantitative descriptive research type. The descriptive terms are included on the condition of the District of Poncokusumo be viewed from the potential and the problems they have. Quantitative analysis is supported by using the form of secondary data collection and primary distribution of open questionnaire. There are two questionnaires, the questionnaire 15 people and 15 questionnaires were distributed to visitors who do Pocokusumo the District community and the visitor Mount Bromo and field observation method is ground check Based on this research can be concluded that the potential possessed by the District Poncokusumo directed to development of the region by increasing the strategies undertaken: (1) Development Zone Main Commodity (KAPUK) horticulture; (2) The development of the excellent potential include industrial, food crops, plantations and tourism with prioriyas the cultivation of horticultural crops dengna concept agropolitan; (3) Utilization of space area by setting the cropping of 8443 Ha, tourism activities amounted to 7,431 ha and Land woke 3322.32 Ha (4) Cooperation among stakeholders and the public in environmental management accented with custom customs Tengger
PENERAPAN PROGRAM LINIER UNTUK PEMANFAATAN LAHAN DI KAWASAN PESISIR KOTA CIREBON Ikeu, Neng; Asyiawati, Yulia
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 13, No 1 (2013): Kota dan Lingkungan
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (972.612 KB) | DOI: 10.29313/jpwk.v13i1.1384

Abstract

Pesisir Kota Cirebon secara fisik memiliki sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan kedepannya. Permasalahan yang terjadi saat ini, bahwa dari pemanfaatan lahan yang ada di kawasan pesisir tersebut belum dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Hal tersebut tercermin dari jumlah keluarga miskin mencapai 41%, pendapatan yang diperoleh masyarakat masih dalam kategori rendah, 47% masyarakat bekerja sebagai buruh, indeks daya beli didua kecamatan pada kawasan studi juga paling rendah diantara kecamatan lainnya di Kota Cirebon dan masih banyaknya  jumlah pencari kerja.  Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif dan metode analisis data kuantitatif dengan menggunakan alat analisa Linear Programming. Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah memaksimalkan pemanfaatan lahan pelabuhan dan perdagangan jasa sebagai alternatif kombinasi pemanfaatan lahan yang mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian dikawasan pesisir Kota Cirebon. Kata kunci : Program Linier Pesisir Cirebon
PENGARUH PEMANFAATAN LAHAN TERHADAP EKOSISTEM PESISIR DI KAWASAN TELUK AMBON Asyiawati, Yulia
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 10, No 2 (2010): Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.873 KB) | DOI: 10.29313/jpwk.v10i2.1369

Abstract

This study aims (1) to analyzing the shift in utilization patterns compared with the carrying capacity and land suitability; (2) to analyze the status of coastal ecosystems. The method of analysis used in this study is the analysis of Geographic Information System (GIS). The results showed that there was a shift utilization, namely: to change the function of protected areas into mixed areas and dryland farming for 83.12%, coastal border that changes the function into the airport area, mixed area, settlements, dry land farming for 96.02%, dry land agriculture which transformed the function into neighborhoods, the area is a mixture of 8.70%. This resulted in the status of coral reef ecosystems, including criteria for medium-well with percentage coral cover ranged from 36.63 to 75.62%, the status of mangrove ecosystems including the category tree density was 780 to 1420 trees / ha, and the status of seagrass ecosystems, including categories less rich with the percentage cover ranged from 33.13% to 44.39%.   Keywords: coastal ecosystem, coastal areas
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ASYIAWATI, YULIA; RUSTIJARNO, SINUNG
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 7, No 1 (2007): MARET 2007
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.004 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengetahui potensi dan peluang pengembangan obyek dan daya tarik wisata bahari di wilayah pesisir selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2002 di wilayah Pantai Parangtritis, Samas dan Pandansimo. Penelitian menggunakan metode survai, analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat pengunjung tertuju pada obyek wisata alam pantai, wisata budaya dan kesenian dan pembentukan gumuk pasir (sand dunes). Jumlah pengunjung obyek tujuan wisata pantai pada tahun 1997 mencapai 1.335.618 orang, meningkat menjadi 1.756.874 orang pada tahun 2002 dengan laju peningkatan mencapai 7,89% per tahun. Pendapatan wisata pantai pada tahun 2001 memberikan kontribusi sebesar Rp 2.556.898.250 atau 98,92% terhadap pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Bantul, dengan laju pertumbuhan sebesar 31,90% per tahun selama periode 1997-2001. Pengembangan obyek wisata bahari di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan 1) Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata berdasarkan hasil studi pengembangan obyek wisata, 2) Strategi promosi dengan penerapan teknologi informasi melalui media elektronik terutama internet, dengan membuka situs pariwisata, 3) Implementasi Sapta Pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah-tamah dan kenangan), 4) Pemulihan kondisi ekonomi nasional dan jaminan keamanan dan kenyamanan berwisata, 5) Menambah event-event wisata dan diversifikasi produk wisata, aspek kelestarian lingkungan dan pembenahan fasilitas dan akses obyek wisata (taman bermain, akuarium biota laut, marine science tour) dan penataan lingkungan sekitar pantai.
STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN SEKITAR KAWASAN KALIMALANG KOTA BEKASI SECARA BERKELANJUTAN ASYIAWATI, YULIA; OKTAVYA, NUR EVY
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 14, No 1 (2014): Lingkungan dan Pembangunan 1
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.727 KB) | DOI: 10.29313/jpwk.v14i1.2550

Abstract

Sejalan dengan perkembangan penduduk suatu kota, akan meningaktkan kebutuhan lahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, diantaranya adalah untuk kebutuhan permukiman, pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Di sisi lain ketersediaan lahan yang ada tetap, sehingga hal ini mengakibatkan banyak terjadi ali fungsi peruntukan lahan. Demikian juga halnya yang terjadi di Kawasan Kalimalang Kota Bekasi.Kawasan Kalimalang Kota Bekasi yang terdapat di tengah-tengah Kota Bekasi memupunyai fungsi sebagai kawasan yang berfungsi lindung. Pada kenyataannya pada saat ini, kawasan Kalimalang secara sporadis dimanfaatkan oleh masyarakat untuk permukiman, perdagangan serta penggunaan jasa lainnya seerti seperti jasa bengkel. Semua kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang terdapat di Kawasan kalimalang, membuang limbahnya ke Kalimalang. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air sungai Kalimalang yang merupakan salah satu sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Bekasi. Berdasarkan Kalimalang Bekasi dimanfaatkan sebagai sumber air baku di Kota Bekasi ialah Kalimalang. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian untuk mengendalikan pemanfaatan lahan di sekitar Kawasan Kalimalang Kota Bekasi agar dapat mewujudkan kondisi lingkungan yang lestari sesuai rencana tata ruang. Tujuan yang diharapkan dari studi ini (1) identifikasi karakteristik masyarakat yang tinggal di kawasan studi; (2) identifikasi faktor yang mengalami penyimpangan penggunaan lahan; dan (3) identifikasi faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan. Metode aanalisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode super impose antara pemanfaatan lahan eksisting dengan rencana tata ruang dana analisis kesesuaian peruntukan lahan; analisis korelasi kontingensi untuk melihat hubungan antara pemanfaatan lahan dengan kondisi masyarakat, serta analisis deskriptif untuk memberikan gambaran tentang kebijakan tata ruang Kota Bekasi. Dengan menggunakan analisis tersebut, diperoleh hasil bahwa pemanfaatan lahan di Kawasan Kalimalang mengalami pergeseran peruntukan sebesar 65,80 %  dari luas lahan kawasan yaitu 123.938 ha. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan tingginya aksesibiltas dari kawasan ini menuju ke tempat kerja masyarakat. Untuk mengatasi kondisi tersebut, kawasan kalimalang harus dikendalikan pemanfaatannya dengan mengembalikan fungsi kawasan sebagai kawasan yang berfungsi lindung. Oleh karena itu langkah yang dilakukan adalah dengan merelokasi masyarakat yang tinggal di kawasan studi dan menata ulang Kawasan kalimalang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan. Hal ini dilakukan untuk dapat mewujudkan pemanfaatan lahan berkelanjutan di Kawasan Kalimalang.
IDENTIFIKASI DAMPAK PERUBAHAN FUNGSI EKOSISTEM PESISIR TERHADAP LINGKUNGAN DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN MUARAGEMBONG ASYIAWATI, YULIA; AKLIYAH, LELY SYIDDATUL
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 14, No 1 (2014): Lingkungan dan Pembangunan 1
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (982.384 KB) | DOI: 10.29313/jpwk.v14i1.2551

Abstract

Perubahan yang terjadi pada wilayah pesisir dan laut tidak hanya sekedar gejala alam semata, tetapi kondisi ini sangat besar dipengaruhi oleh aktifitas manusia yang ada di sekitarnya. Wilayah pesisir merupakan wilayah penerima tekanan lebih besar dibandingkan dengan wilayah lain, karena wilayah pesisir mempunyai fungsi sebagai  penyedia sumberdaya alam, penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, penyedia jasa kenyamanan dan sebagai penerima limbah dari aktivitas pembangunan yang terdapat di lahan atas (lahan daratan) seperti kegiatan permukiman aktivitas perdagangan, perikanan dan kegiatan industri. Semua dari kegiatan tersebut memberikan dampak terhadap wilayah pesisir yang dapat mempengaruhi pada kualitas lingkungan wilayah pesisir terutama pada penurunan kualitas ekosistem pesisir.Wilayah Pesisir Muaragembong dimanfaatkan sebagai multiuse, mengakibatkan ketidakteraturan dalam pemanfaatan kawasan sehingga menimbulkan perubahan fungsi dari ekosistem pesisir yang mengakibatkan penurunan terhadap kualitas ekosistem dan lingkungan. Hal ini mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan di wilayah pesisir Kecamatan Muaragembong. Berdasarkan kondisi yang ada, maka artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak perubahan fungsi ekosistem pesisir terhadap lingkungan di wilayah pesisir khusnya yang menjadi lokus kajian di wilayah pesisir Kecamatan muaragembong. Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang identifikasi dampak yang ditimbulkan dari perubahan fungsi ekosistem pesisir di Wilayah Pesisir Muaragembong, sehingga dapat memberikan masukan untuk merencanakan wilayah secara berkelanjutan.
Nilai Tambah Pengembangan Kawasan Wisata Curug Goong Terhadap Kegiatan Ekonomi Masyarakat Secara Berkelanjutan Yulia Asyiawati; Saraswati Saraswati; Tarlani Tarlani; Djamaludin Djamaludin
ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian) Vol 10 No.1 (Januari, 2022) Ethos: Jurnal Penelitian Dan Pangabdian Kepada Masyarakat (Sains & Tekno
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ethos.v10i1.8340

Abstract

Curug Goong is located in Subang Regency. Located in a strategic location, has natural resources, attractive scenery, and the availability of infrastructure, so that many tourist attractions can be developed. Although this area has not been visited by many tourists, it has potential added value in increasing community economic activities. The purpose of this study is to identify the added value of the Curug Goong tourist area to people’s income. The approach method used in this study is a qualitative approach based on phenomena, dynamics, and community perceptions of the area. Using a qualitative approach, data were collected through interviews with the community, observations of the physical and environmental conditions of the area. The findings obtained from this area are natural resources in the form of waterfalls, rivers, agricultural land, gazebos, irrigation networks, open land, and road networks and home industry areas. By using a descriptive analysis, this tourist area can provide added value to people’s income in a sustainable manner through the development of natural attractions, cultural tourism, culinary tourism, community creative industry development services, the level of welfare and prosperity of the community increases and environmental conditions remain sustainable, one of the embodiments of the concept. sustainable tourism development. CCurug Goong terletak di Kabupaten Subang. Berada di lokasi yang strategis, memiliki sumber daya alam, pemandangan yang menarik, dan ketersediaan infrastruktur, sehingga banyak tempat wisata yang dapat dikembangkan. Meskipun kawasan ini belum banyak dikunjungi wisatawan, namun memiliki potensi nilai tambah dalam meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai tambah kawasan wisata Curug Goong terhadap pendapatan masyarakat. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif berdasarkan fenomena, dinamika, dan persepsi masyarakat terhadap kawasan tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara dengan masyarakat, observasi kondisi fisik dan lingkungan kawasan. Temuan yang diperoleh dari kawasan ini adalah sumber daya alam berupa air terjun, sungai, lahan pertanian, gazebo, jaringan irigasi, lahan terbuka, dan jaringan jalan serta kawasan industri rumah tangga. Dengan menggunakan analisis deskriptif, kawasan wisata ini dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan masyarakat secara berkelanjutan melalui pengembangan daya tarik alam, wisata budaya, wisata kuliner, jasa pengembangan industri kreatif masyarakat, tingkat kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat meningkat dan kondisi lingkungan tetap lestari, salah satu perwujudan dari konsep tersebut. pengembangan pariwisata berkelanjutan.