Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PELATIHAN TERAPI KOGNITIF PERILAKU BAGI PEKERJA SOSIAL ANAK DI KOTA BENGKULU Nurhayati Darubekti; Desy Afrita; Yessilia Osira
DHARMA RAFLESIA Vol 18, No 1 (2020): JUNI (ACCREDITED SINTA 5)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/dr.v18i1.11015

Abstract

Penanganan lima klaster anak, yaitu anak terlantar, anak jalanan, anak dengan kecacatan, anak balita terlantar, anak yang berhadapan dengan hukum, dan anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus, memerlukan keterampilan melakukan Terapi Kognitif-Perilaku. Pelatihan ini bertujuan agar pekerja sosial dan pengurus Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) di Propinsi Bengkulu mampu memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat segera terhadap kasus anak yang dianggap berat. Strategi penerapan IPTEK yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah melalui pelatihan. Pelatihan ini menerapkan metode ceramah, diskusi, studi kasus dan penyusunan rencana tindak lanjut (action plan). Pelatihan menggunakan modul pelatihan sederhana. Pelaksanaan selama 2 hari, jumlah keseluruhan 21 Jam Pelajaran. Sebelum peserta mengikuti pelatihan di kelas, peserta terlebih dahulu mengikuti pembelajaran dengan metode e-learning. Secara umum telah terjadi peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan tentang terapi kognitif perilaku. Indikator yang cukup bisa dijadikan acuan diantaranya: (1) ketika seluruh peserta diberi kesempatan praktik, menunjukkan hasil yang baik; (2). adanya peningkatan hasil post test dari seluruh peserta pelatihan. Rata-rata kenaikan nilai hasil pos-test terhadap pre-test sebesar 28.18 atau memiliki persentase kenaikaan sebesar 62.63.
Pengembangan Desa Surau Sebagai Desa Wisata Berkelanjutan Sri Handayani Hanum; Nurhayati Darubekti; Hajar G. Pramudyasmono; Panji Suminar; Sumarto Widiono
Jurnal Abdimas Adpi Sosial dan Humaniora Vol. 3 No. 4 (2022): Jurnal Abdimas ADPI Sosial dan Humaniora
Publisher : Asosiasi Dosen Pengabdian kepada Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47841/jsoshum.v3i4.265

Abstract

Indonesia has 74,093 villages and as many as 1,073 villages have the potential to be developed into tourist villages. Surau Village, Bengkulu Province, is one of the villages that has the potential to be developed into a tourist village. The results of mapping the natural potential that can be developed into leading tourist destinations have been carried out and it is agreed that there are six locations that can be developed into tourist destinations, namely Blue Lake, Silver Bridge, White Napal Hill, Geothermal Springs, Waterfalls, Lubuk Vi. Pioneering efforts towards a tourist village have been carried out by the local village government since 2020, but its development has encountered various challenges. Results of PKM activities: implementation of social preparations and agreements on the development of Surau Village as a tourist village, the implementation of grants for physical facilities/facilities that support the attraction of tourism objects, the implementation of mutual cooperation in the construction of physical facilities/facilities in the Rindu Hati River border area and Lubuk Vi, and an increase in the performance and capability of the management and organization of Pokdarwis Widesu. Further assistance is needed from academics as one of the tourisms pentahelix, the media that play a role in forming positive public opinion and information dissemination, and the community that plays a role in realizing Sapta Pesona.
Increasing the Digital Literacy among Tourism Awareness Groups for Sustainable Tourism Village Development Nurhayati Darubekti; Sri Handayani Hanum; Patricia Ekowati Suryaningsih; Deli Waryenti
MITRA: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2022): Mitra: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/mitra.v6i2.3552

Abstract

Given the effects of digital transformation on the tourism industry, the trends and paradigms in tourism have changed considerably, necessitating some creativity in the management of tourist villages as tourist destinations. The knowledge about the digitalization of tourism can in fact, help promote popular travelling sites, with both patrons and business owners benefitting from better systems of communication, reservation, and guest service. However, the institutional operations and management of the tourism awareness group (pokdarwis) in the community have yet to be optimally effective due to some institutional and managerial issues. Some 21st-century digital skills are identified to be helpful for this pokdarwis in its management of tourist villages, namely technical knowledge, information, communication, collaboration, creativity, and implementation of the Electronic Information and Transaction (ITE) Law. To support this effort, this community service activity (PKM) was carried out for 27 participants, who were all pokdarwis administrators, from May to October 2022, using a CBT approach. The results of the PKM activity indicate an increasing understanding that the ITE Law can provide a broad legal framework for online activities. There is also increasing awareness of social media as a communication medium that can facilitate online communication, exchange, and information access for the public, regardless of time or location. Of many social media platforms, YouTube and Instagram have become the options for publishing tourism information in Surau Village. It is nonetheless agreed that social media should be used with caution to avoid accusations of spreading false information and to ensure an effective implementation of the promotion activities. Considering this, mentoring in the use of social media in the marketing efforts will still be provided in the form of consultation, learning, and counseling.
KEARIFAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN TANAMAN OBAT DI KAWASAN TNKS REJANG LEBONG, PROVINSI BENGKULU Nurhayati Darubekti; Novi Hendrika Jaya Putra
Seminar Nasional Teknologi dan Multidisiplin Ilmu (SEMNASTEKMU) Vol 1 No 1 (2021): SEMNASTEKMU
Publisher : Universitas Sains dan Teknologi Komputer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51903/semnastekmu.v1i1.105

Abstract

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) memiliki 4000 jenis tumbuhan dari 63 famili. Beberapa jenis tumbuhan obat dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar taman nasional. Namun, karena perambahan, pembalakan liar, perluasan perkebunan monokultur dan pembangunan jalan, Komite Warisan Dunia UNESCO telah memasukkan Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera (Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Gunung Leuser) sebagai Warisan Dunia. Situs Cagar Budaya dengan status terancam pada 22 Juni 2011. Kearifan lokal dipercaya dan terbukti berhasil melestarikan lingkungan. Hal ini menjadi hal yang menarik dan menjadi alasan kuat perlunya dilakukan penelitian yang mengkaji tentang kebiasaan dan nilai-nilai masyarakat mengenai pemanfaatan dan pengelolaan tanaman obat di kawasan TNKS. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan FGD, wawancara mendalam, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar kawasan TNKS mengenal dan memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, serta mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan ringan. Pengetahuan tentang khasiat tanaman obat didapat dari keluarga secara turun-temurun. Keberhasilan pengobatan tergantung pada ketepatan dosis, cara dan waktu penggunaan, serta pemilihan bahan sesuai dengan indikasi penggunaannya. Kegagalan pengobatan terjadi karena pengobatan terlalu singkat, kombinasi terapi tidak teratur dan tidak sesuai. Beberapa orang telah menanam tanaman obat di pekarangan mereka; ini merupakan bentuk konservasi eksogen (eksitu) yang bermanfaat bagi pelestarian ekologi dan pelestarian keanekaragaman hayati TNKS.
Pengembangan Kawasan Lubuk Vi di Desa Surau Bengkulu Tengah sebagai Destinasi Wisata Nurhayati Darubekti; Sri Handayani Hanum; Sumarto Widiono
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 9 No 1 (2024): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v9i1.603

Abstract

Desa Surau memiliki potensi sebagai desa wisata, namun sarana dan prasarananya masih sangat terbatas, serta tingkat kesadaran masyarakat belum tumbuh dengan baik. Pada tahun 2022 tim PPM telah melakukan persiapan sosial, sosialisasi, pendampingan, pelatihan, gotong royong, dan pemberian hibah sarana dan prasarana pendukung pariwisata. Sudah ada gerakan masyarakat/desa untuk mengelolanya menjadi desa wisata, namun pengembangan Desa Surau sebagai desa wisata rintisan masih harus dilanjutkan. PPM kali ini merupakan pengembangan lebih lanjut kawasan Lubuk Vi sebagai destinasi wisata. Metode pengembangan pariwisata berbasis komunitas diawali dengan rapat untuk membentuk tim kerja, menentukan desain gambar ikonik, hibah ornamen dan bahan untuk pengecatan jembatan, dilanjutkan dengan kegiatan gotong royong pemasangan ornamen dan pengecatan jembatan. Jembatan gantung di kawasan Lubuk Vi selain memudahkan dan mempersingkat waktu masyarakat untuk mengangkut hasil pertanian padi, juga dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Oleh karena itu, bersama tim PPM, jembatan ini dicat ulang dan dihiasi ornamen LUBUK Vi untuk menarik minat generasi milenial yang gemar selfie. Khalayak sasaran adalah perangkat desa, anggota Pokdarwis, Karang Taruna, dan masyarakat sekitar kawasan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa jembatan warna-warni dan ikon LUBUK Vi mempercantik desa, memiliki daya tarik, dan menjadi tujuan wisata, serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial budaya masyarakat melalui pendayagunaan sumber daya lokal. Pemberdayaan masyarakat berbasis pariwisata ini mengembangkan berbagai kualitas masyarakat yang saling melengkapi. Masyarakat penerima program antusias dan ikut andil dalam membangun pariwisata di desanya, terlibat dalam gotong royong, dan merawat permukiman di lingkungan sendiri. Surau Village has potential as a tourist village, but the facilities and infrastructure are still very limited, and the level of public awareness has not grown well. In 2022 the PPM team has carried out social preparations, outreach, mentoring, training, mutual cooperation, and providing grants for tourism supporting facilities and infrastructure. There is already a community/village movement to manage it as a tourist village, but the development of Surau Village as a pilot tourism village still needs to be continued. This PPM is a further development of the Lubuk Vi area as a tourist destination. The community-based tourism development method begins with a meeting to form a work team, determine the design of an iconic image, grant ornaments and materials for painting the bridge, followed by mutual cooperation activities to install ornaments and paint the bridge. The suspension bridge in the Lubuk Vi area apart from making it easier and shorter for people to transport rice agricultural products, can also be used as a tourist attraction. Therefore, together with the PPM team, this bridge was repainted and decorated with LUBUK Vi ornaments to attract the interest of the millennial generation who likes selfies. The target audience is village officials, members of Pokdarwis, Karang Taruna, and communities around the area. The results of the activity show that the colorful bridge and the LUBUK Vi icon beautify the village, have an attraction, and become a tourist destination, as well as improving the economic and socio-cultural welfare of the community through utilizing local resources. This tourism-based community empowerment develops various complementary community qualities. Community recipients of the program are enthusiastic and take part in developing tourism in their villages, are involved in mutual cooperation, and care for settlements in their own environment.