Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pengaruh Komposisi Asam Benzoat Dan Asam Salisilat Pada Pertumbuhan dan Produksi Aflatoksin Aspergillus Flavus Pada Buah Jagung (Zea mays l.) Irma Ratna Kartika; Stefanus Stefanus; Tri Handayani Kurniati
Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan Vol 2 No 1 (2012): JRSKT - Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan, Volume 2 Nomor 1 Juni 2012
Publisher : Program Studi Kimia Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.71 KB) | DOI: 10.21009/JRSKT.021.05

Abstract

Kontaminasi aflatoksin pada bahan makanan dan biji-bijian merupakan masalah di seluruh dunia. Aflatoksin yang merupakan metabolit sekunder beracun yang diproduksi oleh Aspergillus flavus, bersifat karsinogen bagi hewan dan manusia, terutama sebagai penyebab kanker hati pada manusia. Pengaruh komposisi 11 campuran asam benzoat dan asam salisilat terhadap pertumbuhan dan produksi A. flavus pada jagung dilakukan dengan pengukuran pertumbuhan miselia, diameter koloni dan kandungan aflatoksin menggunakan HPLC. Hasil yang didapat menunjukan bahwa campuran asam benzoat dan asam salisiliat dengan perbandingan 1:1 (masing-masing konsentrasi asam adalah 2,5 mg/25 mL dalam air) dan waktu kontak 30 menit, dapat menghambat pertumbuhan A. flavus (9,16 mm/hari) dan produksi aflatoksin (872,88 ppb). Hasil ini dibandingkan terhadap standar fungisida (Mancozeb) dengan konsentrasi 5,0 mg/25 mL air, yang menunjukkan daya hambat yang lebih baik dengan kecepatan pertumbuhan A. flavus sebesar 8,08 mm/hari dan produksi aflatoksin sebanyak 596.22 ppb.Kata kunci : Aspergillus flavus, aflatoksin, asam salisilat, asam benzoat, jagung. Contamination of food and feed grains by aflatoxins is a problem throughout the world. Aflatoxins, which are toxic secondary metabolites produced by Aspergillus flavus are potent carcinogens to animals and have been linked to liver cancer in humans. The influence of 11 benzoic acid and salicylic acid composition on growth and aflatoxin production of A. flavus on maize was done by observing the miselial growth through the measurement of colony diameter and the measurement of aflatoxin content using the High Performance Liquid Chromatography method. The result showed that benzoic acid and salicylic acid on the composition of 2.5:2.5 mg/25 mL of distilled water with a contact time of 30 minutes showed the best inhibitory effect on growth and aflatoxin production of A. flavus with a growth rate of 9.16 mm / day and 872.88 ppb aflatoxin content, while the positive control Mancozeb 5.0 mg/25 mL of distilled water showed a better inhibitory effect with the growth rate of 8.08 mm/day and 596.22 ppb of aflatoxin content.Keywords : Aspergillus flavus, aflatoxin, salicylic acid, benzoic acid, corn.
PEMBERDAYAAN KELOMPOK KREATIF REMAJA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH JELANTAH MENJADI SABUN CUCI TANGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DI ERA COVID-19 Sri Rahayu; Atin Supiyani; Dalia Sukmawati; Tri Handayani Kurniati
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 (2020): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.856 KB)

Abstract

Abstract Bagasse is one of the wastes that is often encountered due to the rise of sugarcane traders in the Depok area. Bagasse that has been used in the beverage-making process is usually discarded or used as animal feed. The potential of bagasse can actually be used optimally and provide more values. One the value focus on the use of this waste in the process of making soap, where it has been one of the important item during pandemic Covid-19 era. Handwashing action is believed theoretically to prevent virus transmittion, thus enhancing health status. Based on the description, a solution is offered in the form of youth empowerment through the use of bagasse activated carbon in making soap in Banjaran Pucung, Depok. The method used in the activity is active participation strategy by involving partners in activities. Activities carried out in 4 stages. The first stage is the preparation and administrative stage of licensing. The second stage was the socialization of the benefits of bagasse and training in making bagasse activated carbon. The third stage was training in making bath soap using bagasse activated carbon. The fourth stage is packaging and commercialization. Evaluation is carried out on plans, processes, activities and programs. Indicators of success are measured by increasing knowledge through gain scores in the pretest and posttest, increasing the skills of adolescents in making activated carbon and soap with activated carbon, and the presence of bagasse activated carbon bath soap products that are ready to be marketed. The results of the activities carried out on September 27 2020 were that there was an increase in the knowledge of adolescents in making bagasse activated carbon soap with an average pretest (67.3 ± 8.4) and post test (96.7 ± 7.2). In addition, teenagers also have the skills to make soap from used used oil waste as proven by the results of the soap products they make. Similar activity coukd be apllied to increase community health during covid pandemic with effective and economics way. Abstrak Ampas tebu merupakan salah satu limbah yang sering ditemui akibat maraknya pedagang tebu di wilayah Depok. Ampas tebu yang sudah digunakan dalam proses pembuatan minuman biasanya dibuang atau dijadikan pakan ternak. Potensi dari ampas tebu tersebut sebenarnya dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberikan nilai. Salah satu nilai guna dari limbah ampas tebu ini difokuskan pada proses pembuatan sabun yang merupakan barang yang sangat berharga selama masa panedmi Covid-19 ini. Mencuci tangan dengan sabun telah terbukti mencegah transmisi virus dan akhirnya akan meningkatkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut ditawarkan solusi berupa pembinaan remaja melalui pemanfaatan karbon aktif ampas tebu dalam pembuatan sabun mandi di Banjaran Pucung, Depok. Metode yang digunakan dalam kegiatan adalah Active participation strategy dengan pelibatan aktif mitra dalam kegiatan. Kegiatan dilaksanakan secara daring dengan menggunakan platform zoom dan dibagi dalam 4 tahapan. Tahapan pertama berupa sosialisasi kegiatan. Tahapan kedua yakni sosialisasi manfaat ampas tebu. Tahapan ketiga pelatihan pembuatan sabun mandi dan pengemasan. Tahapan keempat berupa redemonstrasi peserta secara mandiri. Indikator keberhasilan diukur dengan peningkatan pengetahuan melalui gain skor pretest dan post test, peningkatan ketrampilan remaja dalam membuat karbon aktif dan sabun dengan karbon aktif, dan terdapatnya produk sabun mandi karbon aktif ampas tebu yang sudah siap dipasarkan. Hasil kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 27 September 2020 adalah terdapat peningkatan pengetahuan remaja dalam membuat sabun karbon aktif ampas tebu dengan rata- rata pretest (67.3 ± 8.4) dan post test (96.7 ± 7.2). Selain itu remaja juga memiki ketrampilan membuat sabun dari limbah minyak jelantah yang dibuktikan dengan hasil produk sabun yang mereka buat. Kegiatan seperti ini dapat diterapkan di berbagai tempat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di era pandemic covid dengan lebih efektif dan ekonomis.
PENGOLAHAN LIMBAH JELANTAH DAN KRAYON BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS STEAM BAGI GURU MGMP BIOLOGI JAKARTA TIMUR Sri Rahayu Rahayu; Tri Handayani Kurniati; Elsa Lisanti
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 (2021): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.577 KB)

Abstract

Abstract The pandemic that has occurred since March 2020 has brought various changes, one of which is in the world of education. Teachers are required to be able to design learning that can improve students' creativity and critical thinking skills in solving various problems. STEAM-based learning with simple media from used cooking waste and used crayons can be an alternative. Unfortunately, the knowledge and skills of teachers are still not optimal in managing this kind of learning. Based on this description, a solution is offered in the form of training on the use of used cooking oil and crayons as a STEAM-based learning medium for East Jakarta High School teachers. The activity was carried out starting in July 2021 with activity partners, namely 36 East Jakarta Biology MGMP teachers. Activities are carried out in three stages and evaluations are carried out on plans, processes, activities, and programs. Indicators of success are measured by increasing knowledge through the gain of pretest and posttest scores and Learning Plans with the STEAM approach. The results of the process analysis show that the activity went smoothly and was attended by more than 30 people who were invited. Activity analysis used pre and posttest values and N-Gain values which indicated the success of the activity. Based on the analysis, it can be seen an increase in the average score at the posttest (60.56) compared to the pretest (41.94) with an N-Gain value of 18.61. In addition, participants have also made STEAM-based Learning Plans. Based on this, it is known that there is an increase in participants' knowledge about the use of used cooking waste and used crayons as an alternative STEM-based learning media that is applied in student learning plans. Abstrak Pandemi yang terjadi sejak Maret 2020 membawa berbagai perubahan, salah satunya dalam dunia pendidikan. Guru dituntut untuk dapat mendesain pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan. Pembelajaran berbasis STEAM dengan media sederhana dari limbah jelantah dan krayon bekas dapat menjadi salah satu alternatif. Sayangnya pengetahuan dan keterampilan guru masih belum optimal dalam pengelolaan pembelajaran seperti ini. Berdasarkan uraian tersebut ditawarkan solusi berupa pelatihan pemanfaatan limbah minyak jelantah dan krayon bekas sebagai media pembelajaran berbasis STEAM bagi guru SMA Jakarta Timur. Kegiatan dilaksanakan mulai Juli 2021 dengan mitra kegiatan yakni 36 orang guru MGMP Biologi Jakarta Timur. Kegiatan dilakukan melalui tiga tahapan dan evaluasi dilaksanakan terhadap rencana, proses, kegiatan dan program. Indikator keberhasilan diukur dengan peningkatan pengetahuan melalui gain skor pretest dan posttest, dan Rencana Pembelajaran dengan pendekatan STEAM. Hasil analisis proses memperlihatkan kegiatan berjalan lancar dan diikuti oleh lebih dari 30 orang yang diundang. Analisis kegiatan digunakan nilai pre dan post test serta nilai N-Gain yang mengindikasikan keberhasilan kegiatan. Berdasarkan analisis terlihat peningkatan rata- rata nilai pada posttest (60,56) dibanding pretest (41,94) dengan nilai N-Gain sebesar 18,61. Selain itu, peserta juga telah membuat Renon.,cana Pembelajaran berbasis STEAM. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa terdapat peningkatan pengetahuan peserta mengenai pemanfaatan limbah jelantah dan krayon bekas sebagai alternatif media pembelajaran berbasis STEM yang diaplikasikan dalam rencana pembelajaran siswa.
Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Virgin Coconut Oil bagi Masyarakat Kelurahan Jatiayu Yogyakarta Tri Handayani Kurniati; Sudaryanti Sudaryanti; Rizki Awalia; Evita Nury Hariyanti; Ratna Komala
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8 No 3 (2023): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v8i3.441

Abstract

Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak yang dihasilkan dari buah kelapa tanpa melalui proses pemanasan, pemurnian, atau penambahan bahan kimia. Kelurahan Jatiayu Yogyakarta merupakan daerah dekat pantai selatan Pulau Jawa yang memiliki banyak pohon kelapa maka daerah tersebut merupakan daerah yang ideal untuk sasaran sosialisasi pembuatan VCO. Metode yang digunakan adalah strategi partisipasi aktif dengan keterlibatan peserta. VCO dibuat dengan cara fermentasi sederhana menggunakan air kelapa sebagai starter. Rangkaian kegiatan yang dilakukan meliputi pretest, pemberian materi, demonstrasi pembuatan VCO, dan posttest. Hasil pretest menunjukkan bahwa 100% peserta belum mengetahui tentang VCO. Namun, berdasarkan hasil posttest diketahui 88% peserta telah memahami tentang pembuatan VCO hal ini menandakan terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta tentang pengertian dan cara pembuatan VCO sehingga kegiatan yang telah dilaksanakan telah memberikan manfaat bagi peserta. Peserta pelatihan mampu menghasilkan sekitar 800 mL VCO diakhir kegiatan. Virgin Coconut Oil (VCO) is oil produced from coconuts without going through a process of heating, refining, or adding synthetic chemicals. This oil has many health benefits including being anti-microbial, maintaining heart health, facilitating the digestive process, and maintaining healthy skin and hair. Considering that Kelurahan Jatiayu Yogyakarta is an area near the south coast of Java Island which has lots of coconut trees, this area is an ideal area for the socialization target of VCO production. The method used is an active participation strategy with the involvement of participants. VCO is made by simple fermentation using coconut water as a starter. The series of activities carried out included a pretest, giving material, demonstrating the manufacture of VCO, and posttest. The pretest results showed that 100% of the participants did not know about VCO. Based on the results of the posttest, it was found that 88% of the participants had understood about making VCO and were able to produce around 800 mL of VCO. There was an increase in the knowledge and skills of the participants regarding the meaning and method of making VCO so that the activities that had been carried out provided benefits for the participants.
PENERAPAN BIOTEKNOLOGI MIKROBA DAN PERANANNYA DALAM KEHIDUPAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH SMA KABUPATEN BEKASI Annisa Wulan Agus Utami; Tri Handayani Kurniati; Erna Heryanti
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4 No 1 (2023): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Community empowerment in the Bekasi regency area is needed, one of which is through science and technology skills to face the progress of the 21st century. The rapid development of science and technology makes Biotechnology one of the fields of science that must be mastered by the Indonesian nation, including high school students. This is because, in addition to being directly related to everyday life, it can also be related to aspects of "life skills". To provide good mastery and meaningfulness of biotechnology learning, it is expected that students are able to carry out biotechnology learning correctly and in accordance with good understanding. Based on these problems, this service activity provides counseling on Biotechnology in life in the Bekasi Regency High School environment. The output target to be achieved in this service activity is that students can apply microbial biotechnology and its role in life in the Bekasi Regency High School environment. The output target to be achieved in this service activity is that students can apply microbial biotechnology and its role in life in the Bekasi Regency High School environment. This service activity is carried out by providing training in the form of theory and practice of making Nata de Pina derived from pineapple skin waste. With this training method, students are directly involved in the process of making biotechnology products and make the experience worthwhile. Students are trained to have skills in making biotechnology-based products so that later they can utilize the potential of natural resources in Bekasi as a faculty target area in a sustainable manner and can improve community welfare Abstrak Pemberdayaan masyarakat di wilayah kabupaten Bekasi sangat diperlukan salah satunya melalui keterampilan IPTEKS untuk menghadapi kemajuan abad 21. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan Bioteknologi salah satu bidang ilmu yang harus dikuasai bangsa Indonesia, termasuk para siswa SMA. Hal tersebut dikarenakan, selain banyak terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari, juga dapat dikaitkan dengan aspek ”life skill”. Untuk memberikan penguasaan dan kebermaknaan yang baik terhadap pembelajaran bioteknologi, diharapkan kepada siswa mampu melakukan pembelajaran bioteknologi yang benar dan sesuai dengan pemahaman yang baik. Berdasarkan permasalahan tersebut pada kegiatan pengabdian ini memberikan penyuluhan mengenai Bioteknologi dalam kehidupan di lingkungan sekolah SMA Kabupaten Bekasi. Target luaran yang akan dicapai dalam kegiatan pengabdian ini yakni siswa dapat menerapkan bioteknologi mikroba dan peranannya dalam kehidupan di lingkungan sekolah SMA Kabupaten Bekasi. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan memberikan pelatihan berupa teori dan praktik pembuatan Nata de Pina yang berasal dari limbah kulit nanas. Dengan metode pelatihan ini, siswa terlibat langsung dalam proses pembuatan produk bioteknologi dan menjadikan pengalaman yang berharga. Siswa dilatih untuk memiliki keterampilan dalam membuat produk berbasis bioteknologi sehingga nantinya bisa memanfaatkan potensi sumber daya alam di Bekasi sebagai wilayah binaan fakultas secara berkelanjutan serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.