Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

OPTIMASI KADAR KALORI DALAM MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) [IN PRESS JULI 2014] Purnamasari, Eka Wulandari; Harijono, Harijono
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.596 KB)

Abstract

Nutrisi dalam ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi berusia 6-9 bulan sehingga diperlukan makanan tambahan. Makanan tambahan tersebut biasanya berupa bubur. Tujuan dari penelitian ini adalah memaksimalkan kalori dalam produk bubur MP-ASI dengan batas kadar protein  ≥ 20%, lemak ≤ 15%, dan serat kasar ≤ 5%. Optimasi formula menggunakan program linear, dengan fungsi tujuan kalori (Zmax) = 3.9565x1 + 3.5552x2 + 4.8148x3 + 3.9896x4 + 3x5 sedangkan fungsi kendala protein : 0.2123x1 + 0.0038x2 + 0.2592x3 + 0.2x5 ≥ 20 g; lemak : 0.0211x1 + 0.0138x2 + 0.2592x3 + 0.1x5 ≤ 15 g ; dan serat kasar : 0.0566x1 + 0.0008x2 ≤ 5 g. Formula optimal terdiri dari 69.65 g tepung kecambah kacang gude (Cajanus cajan L.) (x1), 5 g tapioka (x2), 20 g susu bubuk (x3), 2.35 g gula (x4), dan 3 g bubuk cokelat (x5) mengandung kalori sebesar 436.67 kkal, 21.36% protein, 11.67% lemak, dan 4.03% serat kasar.   Kata kunci: Kacang Gude, Program Linear, MP-ASI
OPTIMASI KADAR KALORI DALAM MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) [IN PRESS JULI 2014] Purnamasari, Eka Wulandari; Harijono, Harijono
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.596 KB)

Abstract

Nutrisi dalam ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi berusia 6-9 bulan sehingga diperlukan makanan tambahan. Makanan tambahan tersebut biasanya berupa bubur. Tujuan dari penelitian ini adalah memaksimalkan kalori dalam produk bubur MP-ASI dengan batas kadar protein  ≥ 20%, lemak ≤ 15%, dan serat kasar ≤ 5%. Optimasi formula menggunakan program linear, dengan fungsi tujuan kalori (Zmax) = 3.9565x1 + 3.5552x2 + 4.8148x3 + 3.9896x4 + 3x5 sedangkan fungsi kendala protein : 0.2123x1 + 0.0038x2 + 0.2592x3 + 0.2x5 ≥ 20 g; lemak : 0.0211x1 + 0.0138x2 + 0.2592x3 + 0.1x5 ≤ 15 g ; dan serat kasar : 0.0566x1 + 0.0008x2 ≤ 5 g. Formula optimal terdiri dari 69.65 g tepung kecambah kacang gude (Cajanus cajan L.) (x1), 5 g tapioka (x2), 20 g susu bubuk (x3), 2.35 g gula (x4), dan 3 g bubuk cokelat (x5) mengandung kalori sebesar 436.67 kkal, 21.36% protein, 11.67% lemak, dan 4.03% serat kasar.   Kata kunci: Kacang Gude, Program Linear, MP-ASI
Supply Chain Management for Small and Medium Enterprises at Central Java-Indonesia Andreas Heryjanto; Hendy Tannady; John J.O.I Ihalauw; Christantius Dwiatmadja; Harijono Harijono
International Journal of Supply Chain Management Vol 9, No 3 (2020): International Journal of Supply Chain Management (IJSCM)
Publisher : International Journal of Supply Chain Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.909 KB)

Abstract

Abstract— The aim of this research is to explore how supply chain management (SCM) of small and medium (SMEs) business gaining successful succession. This study tries to fill the gap in previous studies concerning supply chain effectiveness in SMEs, especially in family business. To gather information, we carried out a series informal individual deep interviews, with key informants of Lunpia Semarang located in Semarang city. Using metafor from mitosis of cell, produced business-mitosis perspective successful succession in third generation of small family business. In this context, the application of the concept of SCM in the operation strategy of SMEs seems to be a very important function. This supply chain also covers all three aspects of sustainable development: business, environmental, and social. The result of study revealed that Lunpia Semarang have three business entities namely Lunpia Pemuda, Lunpia Mataram, and Lunpia Gang Lombok, and each of them is an independent business. Thus it can be concluded that the for gaining a competitive advantage, SCM is an effective tool to SMEs, which to deliver the right product and service at the most opportune time and at the lowest possible cost to the right customer.
Aplikasi Capital Asset Pricing Model dalam Evaluasi Kelayakan Investasi Daerah Harijono Harijono; Ari Budi Kristanto; Apriani Dorkas Rambu Atahau
Perspektif Akuntansi Vol 4 No 1 (2021)
Publisher : Center for Accounting Development and Research (CARD) Program Studi Akuntansi – Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.255 KB) | DOI: 10.24246/persi.v4i1.p1-12

Abstract

Otonomi daerah mendorong pemerintah daerah untuk berinvestasi sebagai salah satu sarana meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam rangka mengevaluasi keputusan investasi daerah perlu dilakukan analisis penganggaran modal. Capital Asset Pricing Model adalah metode perhitungan biaya modal dalam analisis investasi yang digunakan secara luas di dunia usaha. Penelitian ini bertujuan mengkaji aplikasi CAPM dalam keputusan investasi daerah. Dengan menggunakan data sekunder dari laporan keuangan dan laporan auditor hipotetis selama periode 2012-2017, hasil penelitian menunjukkan bahwa CAPM dapat digunakan dalam pengambilan keputusan inevstasi daerah. Dengan demikian, analisis kelayakan investasi pemerintah daerah dapat menggunakan CAPM karena CAPM sebagai alat evaluasi akan memberikan obyektifitas penliaian yang diperlukan agar keputusan investasi yang diambil menjadi tepat.
KARAKTERISTIK PASTA TEPUNG GEMBILI, PATI SAGU DAN KARAGENAN SERTA POTENSINYA SEBAGAI BIHUN [IN PRESS JANUARI 2015] Mashita Romadhoni; Harijono Harijono
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 1 (2015)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Umbi gembili dan pati sagu merupakan potensi lokal yang ketersediaanya melimpah namun pemanfaatannya masih terbatas. Berdasarkan beberapa penelitian, umbi gembili dan sagu memilki amilosa tinggi  yang potensial untuk dikembangkan, salah satunya mie bihun. Karaginan sebagai hidrokoloid dapat memodifikasi reologi dari bahan pangan tersebut. Hidrokoloid diketahui memiliki kemampuan dalam mempengaruhi karakteristik gelatinisasi pati, meningkatkan viskositas, menghambat sineresis, mengontrol mobilitas air (kadar dan aktivitas) dan meningkatkan kestabilan pasta pati terhadap panas dan gaya gesekan. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu, penambahan konsentrasi karaginan pada campuran tepung gembili : pati sagu (80:20) dan STPP 0.3% (b/b). Karaginan yang ditambahakan terdapat 7 level (0; 0.5; 0.6; 0.7; 0.8; 0.9; 1) % (b/b). Campuran tepung gembili : pati sagu (80:20) dan STPP 0.3% (b/b) dengan penambahan karaginan 1% (b/b) menghasilkan karakteristik yang paling menyerupai pasta tepung beras.   Kata kunci: Bihun, Gembili, Karaginan, Karakteristik Pasta , Sagu
FORMULASI MPASI BERBASIS TEPUNG KECAMBAH KACANG TUNGGAK DAN TEPUNG JAGUNG DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING [IN PRESS JULI 2015] Mega Ismayanti; Harijono Harijono
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bayi berusia enam bulan ke atas membutuhkan makanan tambahan (MP ASI) kaya gizi. Salah satu alternatif MP ASI yang memenuhi kriteria tersebut adalah MP ASI yang berbasis tepung jagung dan tepung kecambah kacang tunggak. Perpaduan yang tepat antara kedua jenis bahan baku ini dan bahan tambahan lain seperti susu bubuk full cream dan gula halus diharapkan dapat menghasilkan produk MP ASI yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sesuai dengan persyaratan Kemenkes RI Nomor 224/Menkes/SK/II/2007. Formulasi MP ASI dilakukan dengan metode linear programming menggunakan aplikasi solver pada program Microsoft excel 2007. Dengan variasi fungsi kendala susu bubuk full cream yang divariasi, dihasilkan tiga formula MP ASI kacang tunggak yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga formula MP ASI yang dihasilkan sudah memenuhi syarat kecukupan gizi menurut Kemenkes RI kecuali untuk komponen air, serat dan lemak. Untuk parameter fisik dan organoleptik, ketiga produk MP ASI juga rata-rata dapat diterima masyarakat.   Kata Kunci : Linear programming, MP ASI, Tepung jagung, Tepung kecambah kacang tunggak
OPTIMASI SUSU BUBUK DALAM MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) [IN PRESS SEPTEMBER 2015] Hestuning Listyoningrum; Harijono Harijono
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 4 (2015)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi pertumbuhan bayi usia 6-24 bulan. Salah satu bentuk MP-ASI yang paling banyak dikenal masyarakat adalah bubur bayi instan. Kacang hijau sebagai bahan makanan dengan kandungan nutrisi yang baik bagi pertumbuhan bayi. Jagung sebagai bahan sumber karbohidrat dan ketiadaan gluten pada tepung jagung tidak menimbulkan alergi pada bayi. Berdasarkan nilai keduanya yang tinggi, dilakukan upaya pemanfaatannya dalam pembuatan MP-ASI. Penelitian ini menggunakan teknik linear programming untuk menghasilkan produk MP-ASI yang memiliki nilai kalori maksimal dan memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan standar. Terdapat tiga formula MP-ASI yang dihasilkan dengan menggunakan teknik tersebut dengan penambahan susu bubuk sebanyak 5 g, 10 g, dan 15 g. Formula yang diperoleh kemudian dianalisis meliputi kandungan kimia, fisik, serta dilakukan uji organoleptik.   Kata kunci: Jagung, Kacang Hijau, Linear Programming, MP-ASI
PEMANFAATAN TEPUNG GARUT (Marantha arundinaceae l ) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN EDIBLE PAPER DENGAN PENAMBAHAN SORBITOL [IN PRESS SEPTEMBER 2015] Atik Wijayanti; Harijono Harijono
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 4 (2015)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Garut dapat tumbuh di seluruh Indonesia, belum dimanfaatkan secara optimal. Tepung garut memiliki amilosa tinggi sekitar 20-29% berpotensi untuk menggantikan tepung beras dalam pembuatan rice paper. Penggunaan tepung garut kurang fleksibel, keras, dan rapuh. Perlu penambahan bahan plasticizer sorbitol untuk mengatasinya. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap, dengan satu dari faktor penambahan konsentrasi sorbitol yang faktor dari 5 tingkat, ada 0.2%;0.6%;1%.1.4%dan 1.8% (b / v air) dan diulang 4 kali untuk mendapatkan 20 unit eksperimental. Data dianalisis dengan ANOVA dan uji BNT dengan interval kepercayaan 5%. Pemilihan perlakuan terbaik menggunakan Metode Multiple Attribute. Hasil penelitian dipilih dengan karakteristik terbaik dari edible film dengan penambahan konsentrasi sorbitol dari 1% (b / v). Edible film ini dipilih memiliki nilai rata-rata ketebalan 0.14 mm, 3.86 kPa kekuatan tarik, persen pemanjangan 5.43%, kecerahan (L *) 29.40, kadar air 13.59% dan nilai laju transmisi uap air 6.9 g/m2 24 jam. Kata kunci: Garut, Rice Paper, Sorbitol
PENGARUH SUBTITUSI PROPORSI TEPUNG BERAS KETAN DENGAN KENTANG PADA PEMBUATAN WINGKO KENTANG [IN PRESS SEPTEMBER 2015] Widian Dharma Singgih; Harijono Harijono
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 4 (2015)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kentang (Solanum tuberosum L) menduduki posisi penting sebagai bahan pangan, nutrisinya cukup baik. Pada 100 g kentang terkandung Kalori 83 kal, protein 2.00 g, lemak 0.10 g, karbohidrat 19.10 g, kalsium 11.00 mg, fosfor 56 mg dan besi 1.00 mg. Kentang mengandung amilosa 17% dan amilopektin 83%. Tujuan penelitian untuk mengetahui proporsi antara kentang dengan tepung ketan untuk menghasilkan  produk wingko dengan sifat fisik, kimia dan organoleptik terbaik. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan faktor tiga ulangan. Faktor penelitian ini adalah proporsi kentang (A) dan proporsi tepung ketan (B). Faktor proporsi kentang (A) : proporsi tepung ketan (B)  100% :  0%,  75%:25%,  50%:50%,  25%:75%, 0%:100%. Penelitian ini menghasilkan data perlakuan terbaik. perlakuan terbaik untuk proporsi tepung beras ketan : kentang adalah sebesar 25%:75% ditambah parutan kelapa, santan kental, gula, garam.   Kata kunci: Analisis Pati, Kentang, Proporsi, Tepung Beras Ketan, Wingko
PENGARUH PENAMBAHAN KARAGINAN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA TEPUNG UWI DAN SAGU SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIHUN [IN PRESS JANUARI 2014] Yonatan Prasetyo Budi; Harijono Harijono
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Umbi uwi dan tanaman sagu merupakan salah satu potensi besar pangan lokal di Indonesia. Berdasarkan penelitian, umbi uwi dan sagu memiliki kandungan amilosa yang cukup tinggi. Bihun merupakan bentuk divesifikasi pangan dari beras. Umbi uwi dan sagu mengandung kadar amilosa yang tinggi, berpotensi untuk menggantikan beras sebagi bahan baku pembuatan bihun. Karaginan banyak digunakan dalam bidang pangan sebagai penstabil, pengental, pembentuk tekstur dan gel. Kombinasi pati-hidrokoloid dapat memperbaiki sifat fungsional dan reologikal dari pasta pati, serta meningkatkan kualitas dan stabilitas dari produk pangan. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu, penambahan konsentrasi karaginan pada campuran tepung uwi : pati sagu (80:20) dan STPP 0.3 % (b/b). Karaginan yang ditambahakan terdapat 7 level (0 ; 0.5 ; 0.6 ; 0.7 ; 0.8 ; 0.9 ; 1) % (b/b). Campuran tepung uwi : pati sagu (80:20) dan STPP 0.3 % (b/b) dengan penambahan karaginan 1 % (b/b) menyerupai karakteristik pasta pada tepung beras.   Kata kunci: Uwi, Sagu, Karaginan, Karakteristik Pasta, Bihun