Diva Anita Churiana Sudrajat
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Antara Sikap Empati Pengasuh Terhadap Keaktifan Anak Usia Dini Yuri Nurdiantami; Diva Anita Churiana Sudrajat; Farah Namira Anjani; Lintang Tyas Pramesti; Nabila Izzani
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 4 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.553 KB) | DOI: 10.31004/jpdk.v4i4.5671

Abstract

Pengasuhan anak usia dini menjadi salah satu tantangan yang cukup besar dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Anak usia dini menuntut perhatian ekstra karena pada masa ini sangat efektif untuk dilakukannya optimalisasi berbagai potensi kecerdasan sehingga dapat disebut juga sebagai usia keemasan (golden age). Keaktifan anak dalam proses bermain dan belajar mempengaruhi masa pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, pengasuh memiliki peranan penting dalam menciptakan kondisi yang nyaman dan kondusif bagi perkembangan sang anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara sikap empati yang diberikan pengasuh terhadap keaktifan anak usia dini. Penelitian non-eksperimental dengan survei online dan studi kuantitatif menggunakan metode penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di wilayah Bekasi dengan jumlah 50 responden. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap empati pengasuh terhadap keaktifan anak usia dini menggunakan Uji Chi Square. Berdasarkan hasil uji didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aura positif, simpati, atau kata-kata yang diberikan pengasuh terhadap keaktifan anak dengan p-value = 0,035. Terdapat hubungan yang signifikan antara respon emosi verbal pengasuh pada perkataan anak terhadap keaktifan anak dengan p-value = 0,004. Sementara itu, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara respon senyum dan anggukan yang diberikan pengasuh terhadap keaktifan anak dengan p-value = 0,527. Dengan demikian aura positif, simpati, dan kata-kata yang diberikan pengasuh serta respon emosi verbal pengasuh pada perkataan anak memiliki hubungan yang bermakna terhadap keaktifan anak usia dini
Pemanfaatan Media Sosial Terhadap Stigma Masyarakat Mengenai Penyintas Covid-19 Diva Anita Churiana Sudrajat; Farah Namira Anjani
Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat Vol 14 No 4 (2022): JIKM Vol. 14, Edisi 4, November 2022
Publisher : Public Health Undergraduate Program, Faculty of Health Science, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52022/jikm.v14i4.368

Abstract

Abstrak Latar Belakang: Covid-19 resmi dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020. Penularan virus yang sangat cepat serta belum ditemukan obat yang sepenuhnya dapat mengatasi penyakit ini membuat masyarakat semakin ketakutan. Kasus positif Covid-19 yang masih ada sampai saat ini berkontribusi mendorong munculnya ketakutan. Tak sedikit stigma diberikan oleh masyarakat khususnya bagi para penyintas Covid-19. Berdasarkan survei lapor Covid-19 tahun 2020, sebanyak 55,3% responden mendapatkan stigma dari orang sekitarnya, 42% didapatkan oleh keluarga dan kerabat, serta 33,2% responden terkucilkan. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuka jalan bagi penggunaan media sosial. Media sosial sebagai salah satu cara penyebaran informasi memiliki andil dalam munculnya stigma yang ada terkait Covid-19, khususnya bagi para penyintas Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran media sosial dalam bidang kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait Covid-19 serta mengurangi misinformasi yang dapat memunculkan stigma bagi para penyintas Covid-19. Metode: Literature review dengan penelusuran artikel bersumber dari database publikasi ilmiah, seperti Google Scholar, PubMed, dan Crossref. Hasil: Berdasarkan 9 literature menunjukkan terdapat stigma masyarakat mengenai penyintas Covid-19, seperti diskriminasi, stereotip, dan pelabelan. Berdasarkan hasil, media sosial berperan dalam mengurangi kesalahan informasi terkait Covid-19 yang mengarah kepada munculnya berbagai stigma. Kesimpulan: Perkembangan media sosial dapat dijadikan peluang dalam mengembangkan dan memanfaatkan komunikasi yang efektif bagi tersedianya informasi kesehatan yang valid dan terpercaya. Tidak hanya para profesional kesehatan, masyarakat maupun orang terdekat dari penyintas Covid-19 juga berperan penting dalam menghindari munculnya stigma negatif. Kata Kunci: Covid-19, Media sosial, Penyintas covid-19, Stigma Abstract Background: Covid-19 was officially declared a pandemic by the WHO on March 11, 2020. The very fast transmission of the virus and no drugs that could fully overcome this disease have made people even more afraid. The positive cases of Covid-19 that still exist today have contributed to the emergence of fear. There is a lot of stigmas given by the community, especially for Covid-19 survivors. Based on the 2020 Covid-19 reporting survey, 55.3% of respondents received stigma from the people around them, 42% were obtained by family and relatives, and 33.2% of respondents were isolated. Rapid technological developments pave the way for the use of social media. Social media as a way of disseminating information has contributed to the emergence of the existing stigma related to Covid-19, especially for Covid-19 survivors. This study aims to provide an overview of the role of social media in the health sector to increase public knowledge regarding Covid-19 and reduce misinformation that can create stigma for Covid-19 survivors. Methods: Literature review by searching articles sourced from scientific publication databases, such as Google Scholar, PubMed, and Crossref. Result: Based on 9 literature, it shows that there is a public stigma regarding Covid-19 survivors, such as discrimination, stereotypes, and labeling. Based on the results, social media plays a role in reducing misinformation related to Covid-19 which leads to the emergence of various stigmas. Conclusion: The development of social media can be used as an opportunity to develop and utilize effective communication for the availability of valid and reliable health information. Not only health professionals, the public and those closest to Covid-19 survivors also play an important role in avoiding the emergence of negative stigma. Keywords: Covid-19, Covid-19 survivor, Social media, Stigma