Claim Missing Document
Check
Articles

The Use of Ammonium Sulphate for Partial Purification of Proteases Obtained from the Latex of Milkweed Plant (Calotropis gigantea) Witono, Yuli; Aulanni'am, Aulanni'am; Subagio, Achmad; Widjanarko, Simon Bambang
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2006)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.285 KB)

Abstract

The latex of milkweed plant (Calotropis gigantea) is known to have proteolytic activities. The research was conducted to evaluate the use of ammonium sulphate for partial purification of such enzymes. The phosphate buffer extract of the latex was first centrifuged to precipitate gum and non-proteinous matter. The supernatant was then treated with ammonium sulphate to achieve the respective degree of saturation, namely 35, 50, 65 and 80%. It showed that the use of ammonium sulphate at 65% degree of saturation was the optimum condition, and produced a partially purified enzyme with proteolytic activity which was not significantly different from that obtained from the use of the same salt at 80% degree of saturation. Nonetheless, the supernatant still showed a substantial degree of proteolytic activity, indicating that the latex contained a various types of proteases. Key Word: Milkweed plant (Calotropis gigantea), protease, partial purification
Extraction and Characterization of the Water Soluble Polysaccharides from Coffee Pulp of Arabica (Coffea arabica) and Robusta (Coffea canephora) Variety Diniyah, Nurud; nafi', Ahmad; Sulistia, Demi; Subagio, Achmad
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 14, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.084 KB)

Abstract

The research was aimed to extract and characterize water soluble polysaccharides (WSP) from coffee pulp of arabica and robusta variety. The effect of extraction temperature i.e 80 and 90 °C on properties of WSP was investigated. The results showed that WSP produced from coffea robusta in combination with 90 °C of extraction temperature was the best treatment. It yielded WSP of 10.98%, brigthness (L*) of 61.52. This WSP contained water, protein, ash, total sugar and pectin of 8.92%, 16.07%, 13.01%;  13.54%, and  57.24% respectively.
Universitas JeIndeks Glikemik Beras Analog dari Mocaf dengan Substitusi Jagung, Ubi Jalar Ungu dan Wortel Diniyah, Nurud; Firdaus, Lutfi; Siti Windrati, Wiwik; Prasetyo, Aris; Subagio, Achmad
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 33, No 02 (2016)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.576 KB)

Abstract

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui IG beras analog berbahan dasar mocaf dengan substitusi tepung jagung, tepung ubi jalar ungu dan wortel. Nilai IG dari 3 sampel beras analog yang tersedia (80 % mocaf: 20 % tepung jagung; 80 % mocaf: 20% tepung ubi ungu; 80 % mocaf: 20 % wortel) ditentukan untuk 10 panelis. Panelis disiapkan untuk mengkonsumsi 50 g karbohidrat dari sampel beras analog dan uji makanan dilakukan terpisah sekali setelah semalam berpuasa. Pengukuran glukosa darah kapiler dilakukan sebelum dan selama 120 menit setelah masing-masing beban makanan. IG beras analog berbasis mocaf dengan substitusi jagung, ubi jalar ungu dan wortel secara berturut-turut yaitu 59,20; 61,98 dan 64,87 yang berada pada kategori sedang.
Pendugaan Umur Simpan “Beras Cerdas” Berbasis Mocaf, Tepung Jagung Menggunakan Metode Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT) Pendekatan Arrhenius Diniyah, Nurud; -, Giyarto; Subagio, Achmad; Agustin Akhiriani, Resti
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 32, No 01 (2015)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1136.46 KB)

Abstract

“Beras cerdas” merupakan beras tiruan yang dibuat dari bahan-bahan non beras dan non terigu dengan menggunakan ekstruder ulir ganda. Bahan baku “beras cerdas” meliputi mocaf, tepung jagung, susu skim, air, alginat, STPP, dan minyak sawit.  Penelitian ini bertujuan untuk menentukan umur simpan “beras cerdas” menggunakan metode ASLT melalui pendekatan Arrhenius. Penentuan umur simpan “beras cerdas” dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah uji organoleptik dengan menggunakan sampel yang disimpan pada suhu 30 °C, 40 °C, 50 °C dan 60 °C untuk menentukan batas akhir penyimpanan berdasarkan parameter aroma dari penilaian panelis. Tahap kedua adalah penentuan umur simpan dengan metode Arrhenius berdasarkan perubahan kualitas produk selama penyimpanan. Lebih dari 50% panelis menyatakan “beras cerdas” beraroma tengik berakhir pada minggu ke-4 suhu 60°C. Reaksi yang sesuai dengan parameter nilai peroksida dan asam lemak bebas adalah reaksi orde nol. Nilai energi aktivasi terkecil digunakan untuk penentuan umur simpan produk yaitu nilai peroksida dengan regresi linier y = -713,25x + 8,167. Umur simpan “beras cerdas” adalah 3,40 minggu pada suhu 30 °C.
Effect of Fermentation Time and Cassava Varieties on Water Content and the Yield of Starch from Modified Cassava Flour (MOCAF) Diniyah, Nurud; Subagio, Achmad; Nur Lutfian Sari, Riri; Gita Vindy, Pradiska; Ainur Rofiah, Alif
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.358 KB) | DOI: 10.24198/ijpst.v5i3.15094

Abstract

MOCAF (modified cassava flour) is a high potential food product. This product can be used to replace wheat flour in the manufacture of various food products. However, there is no characterization of starch properties of MOCAF. The efforts to improve the quality of starch from cassava starch by fermentation process using a combination of enzymes and microbes  from Lactic acid bacteria.The purpose of this research is to determine the influence of fermentation time to yield and moisture content. Single factor randomized block design with 3 (three) levels i.e fermentation time (0, 12, and 24 hours) with two group namely varieties of cassava Cimanggu and Kaspro. Cimanggu and Kaspro cassava varieties were used to compare the properties of starch due to different fermentation time (0, 12 and 24 hours) with triplicate. The results showed the yield and moisture content were affected by fermentation time. Average moisture content ranged from 13.3 to 13.8% with the starch yield is 38-59%. Application of starch MOCAF can be used for food, cosmetics, and medicines industry.Keywords : modified starch, cassava, fermentation, yield
Pengaruh Komposisi MOCAF (Modified Cassava Flour) dan Tepung Beras pada Karakteristik Beras Cerdas (Effect of Composition Mocaf (Modified Cassava Flour) and Rice Flour on Characteristics of Beras Cerdas) Subagio, Achmad; Windrati, Wiwik Siti
JURNAL PANGAN Vol 21, No 1 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.603 KB) | DOI: 10.33964/jp.v21i1.91

Abstract

Karakteristik Beras Cerdas sebagai produk yang menyerupai beras (beras analog) diteliti dengan menggunakan variasi komposisi bahan baku berupa MOCAF dan tepung beras. Beras Cerdas diproduksi dengan menggunakan teknologi ekstruksi dingin, dan hasilnya dikarakterisasi berdasarkan sifat kimia, fisik, dan organoleptiknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula Beras Cerdas mempunyai kadar air pada kisaran 9 persen (db) yang dapat menjamin daya simpan yang bagus. Kadar protein, lemak, abu dan karbohidrat Beras Cerdas dipengaruhi oleh formula perbandingan MOCAF dan tepung beras. Kadar protein cukup tinggi yaitu berkisar antara 7,2–9,7 persen. Sifat fisik beras cerdas yang meliputi derajat putih, daya kembang, bahan terdispersi, dandaya rehidrasi juga sangat dipengaruhi oleh formula perbandingan MOCAF dan tepung beras. Jika dibandingkan dengan beras biasa sebagai kontrol, nilai bahan terdispersi Beras Cerdas, tidak berbeda dengan beras (kontrol), yakni sebesar 6,23 persen ± 0,23. Uji kesukaan (preferensi) menunjukkan bahwa Beras Cerdas dengan MOCAF: tepung beras = 4:5 (formula B) mempunyai tingkat penerimaan keseluruhan yang terbaik (skor 3,44), dengan kelemahan pada rasa (skor 3,08).Characteristics of Beras Cerdas, the product resembles to ordinary rice (rice analog),are evaluated using the variation of raw material composition, i.e. MOCAF and rice flour. Beras Cerdas is produced by using cold extrusion technology. The product is then analyzed based on its physical, chemical, and sensory properties. The results show that all Beras Cerdas formulas have moisture content in the range of 9 percent (db) which ensures its best shelf life. Levels of protein, fat, ash and carbohydrates of Beras Cerdas are affected by the formula of MOCAF and rice flour, with a high protein content ranging from 7.2 to 9.7 percent. The physical properties of Beras Cerdas, which include the degree of whiteness, expansion power, the dispersed material, and the dehydration rate,are also greatly influenced by the ratio of MOCAF and rice flour. When the product is compared with the ordinary rice as a control, in terms of its dispersed material, it is found to be very similar to that of ordinary rice (control), i.e. in the order of 6.23 percents ± 0.23. Furthermore, the consumer preference test shows that Beras Cerdas with the ratio of MOCAF: rice flour = 4:5 (formula B) has the best overall acceptance rate (3.44), with the weakness in the taste (3.08). 
Potensi Daging Buah Kelapa sebagai Bahan Baku Pangan Bernilai Subagio, Achmad
JURNAL PANGAN Vol 20, No 1 (2011): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.55 KB) | DOI: 10.33964/jp.v20i1.4

Abstract

Kelapa sebagai tanaman yang tersebar luas di Indonesia, menghasilkan daging buah yang mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pangan bernilai. Buah kelapa yang sudah tua mengandung kalori yang tinggi, sebesar 354 kal per 100 gram, yang berasal dari minyak kurang lebih 33 persen, karbohidrat 15 persen dan protein 3 persen. Kualitas protein daging buah kelapa sangat baik, karena mempunyai skor asam amino yang tinggi, dan tidak mengandung senyawa anti nutrisi. Dan dengan asam lemak rantai medium (MCFA) yang tinggi, minyak kelapa sangat sehat. Selanjutnya, kandungan galaktomannan dan fosfolipid yang tinggi menjadikan daging buah kelapa mempunyai kemampuan untuk memperbaiki karakter bahan pangan yang menggunakannya. Galaktomannan juga mempunyai sifat fungsional kesehatan dengan menurunkan kolesterol, menekan pertumbuhan bakteri merugikan dan mendorong bakteri menguntungkan. Daging buah kelapa dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku berbagai produk pangan, mulai umur buah 8-12 bulan. Buah kelapa pada umur buah 8 bulan sesuai untuk pengolahan makanan semi padat, dan suplemen makanan bayi. Buah kelapa umur 9 dan 10 bulan, berturut-turut sesuai untuk makanan ringan dan minyak kelapa dengan pengolahan cara basah. Pada umur buah 11 bulan lebih sesuai untuk kelapa parut kering, sedangkan minyak kelapa berbahan baku kopra, dan VCO. Dalam proses pembuatan VCO metode cold pressing akan dihasilkan produk samping berupa ampas kelapa yang mengandung protein dan serat tinggi, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan berbagai ragam produk bernilai tinggi, seperti Madu Kelapa, Galaktomannan dan Dietary Fiber.ead plant in Indonesia, produces coconut meat that has a high potential to be developed as valuable food ingredients. The mature coconut meat contains calories of 354 cal per 100 grams, which is approximately derived from oil 33 percent, carbohydrate 15 percent, and protein 3 percent. Coconut meat protein quality is very good because it has a high amino acid score, and does not contain anti-nutritional factors. Its medium-chain fatty acids (MCFA) are also high and make coconut oil very healthy. Furthermore, the high contents of phospholipid and galactomannan make coconut meat have the ability to improve food characters of the people who use them. Galactomannan also has functional properties in lowering cholesterol, suppressing the growth of harmful bacteria, and encouraging the beneficial bacteria. Coconut meat with fruit maturity of 8-12 months can be used as raw material for various food products. Coconut fruit at the age of 8 months is suitable for processing semi-solidfoods and supplementing baby foods. Coconut meat at the ages of 9 and 10 months, is respectively suitable for the making of snack and coconut oil through the wet processing. At the age of 11 months it is more appropriate for grated coconut meat, coconut oil made from copra, and VCO. In the cold pressing method of VCO, coconut flour will be produced as by-product, which is high in protein and fiber. This by-product is highly potential to be developed into a wide range of high value products, such as Coconut Honey, Galactomannan and Dietary Fiber.
Mencari Ikon Pergerakan Nasionalisme Pangan Indonesia Subagio, Achmad
JURNAL PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.109 KB) | DOI: 10.33964/jp.v18i4.219

Abstract

Saat ini Indonesia sedang disibukkan oleh agenda-agenda politik, mulai dari pemilu legislatif, hingga pemilihan presiden, dan terorisme, serta hubungan KPK-POLRIKejaksaan. Di pihak lain, bencana alam, kecelakaan, wabah penyakit dan kejadian rawan gizi terus terjadi di mana-mana. Sementara itu, harga pangan dunia masih cukup tinggi. Walaupun kondisi krisis pangan ini merupakan fenomena global yang disebabkan oleh perubahan iklim dan "perang" (baca:perebutan) antara pangan dan energi, tak urung hati kita seperti teriris jika memperhatikan seringnya kejadian rawan gizi, dengan kenyataan bahwa kita saat ini seperti pepatah "ayam mati dalam lumbung padi". Kondisi semakin diperparah dengan besarnya impor pangan kita. Banyak ahli berpendapat bahwa keterpurukan yang dialami Indonesia saat ini semakin dalam oleh karena menurunnya rasa bangga pada tanah air kita, termasuk bidang pangan. Tulisan ini mengupas tentang fakta-fakta seputar kondisi pangan nasional, dan memberikan solusi berupa meningkatkan rasa nasionalisme pangan Indonesia dengan mencari bahanbahan lokalsebagai "ikon pergerakan". Sebagai persyaratan untuk menjadi ikon pergerakan nasionalisme, suatu makanan haruslah berupa bahan pangan yang secara tradisional telah ada di Indonesia, memenuhi persyaratan gizi yang baik dan dapat diusahakan secara komersial.Kata kunci: Ikon, ketahanan pangan, nasionalisme, dan potensi lokal
Identifikasi Potensi MOCAF (Modified Cassava Flour) sebagai Bahan Pensubstitusi Teknis Terigu pada Industri Kecil dan Menengah di Jawa Timur (Potency Identification of MOCAF (Modified Cassava Flour) as Technical Substitution of Wheat Flour in Small and Medium Enterprises in East Java) Ruriani, Eka; Nafi, Ahmad; Yulianti, Liony Dwi; Subagio, Achmad
JURNAL PANGAN Vol 22, No 3 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.605 KB) | DOI: 10.33964/jp.v22i3.99

Abstract

Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap terigu sebagai salah satu sumber pangan pokok. Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan terigu adalah dengan memberdayakan dan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia. Penggunaan MOCAF (Modified Cassava Flour) yang berasal dari singkong adalah salah satu solusi. Penelitian ini mengkaji potensi secara teknis penggunaan MOCAF sebagai bahan pensubstitusi terigu untuk pembuatan berbagai produk pangan, khususnya pada Industri Kecil Menengah (IKM) pengguna terigu di Jawa Timur. METODOLOGI bersifat deskriptif kuantitatif melalui survei, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Interpretasi data disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan diagram. Selain itu juga dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan MOCAF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara teknis, potensi MOCAF sebagai bahan pensubstitusi terigu dalam pembuatan berbagai macam produk pangan pada IKM pengguna terigu di Jawa Timur sebesar 54,43 persen. Analisis SWOT pada diagram cartesius menunjukkan bahwa posisi produk MOCAF berada pada kuadran I, yaitu browth (pertumbuhan). Posisi produk MOCAF berada dalam posisi yang menguntungkan atau dapat dikatakan bahwa MOCAF mempunyai kekuatan dan peluang yang besar dalam pertumbuhannya. Hasil matrik IE menunjukkan posisi kekuatan internal dan eksternal produk MOCAF berada pada sel IV, yang membutuhkan strategi pengembangan yang hati-hati karena persaingan yang cukup tinggi.Indonesia has high dependency on wheat flour as one of staple food sources. Exploration of indigenous natural resources is needed to reduce this dependency. The application of MOCAF (Modified Cassava Flour) on food products, which is derived from cassava, is an alternative technology to solve the problem. The objective of this research is to identify the MOCAF potency to substitute wheat flour in producing various kinds of food products in the view of technical matter, particularly in small and medium enterprises (SMEs) as end users of wheat flour in East Java. Descriptive analysis is used to identify the potency by the methods of survey, questionnaire distribution, and interview. Tables, charts, and diagrams are used to interpret the data. SWOT analysis is also used to investigate internal and external factors affecting the MOCAF development. The results show that MOCAF could substitute 54.43 persen of wheat flour in food production. The SWOT analysis describes that MOCAF development is in the growth phase, a beneficial position which has massive strength and opportunities in its development. Matrix IE explains the MOCAF position is in the fourth cell, which should always build up new strategy because of the strict competition. 
MODIFIED CASSAVA FLOUR (MOCAL): SEBUAH MASA DEPAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL BERBASIS POTENSI LOKAL Subagio, Achmad
JURNAL PANGAN Vol 17, No 1 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (894.624 KB) | DOI: 10.33964/jp.v17i1.231

Abstract

Sampai saat ini pemanfaatan ubi kayu di Indonesia masih sangat terbatas. Pemanfaatan ubi kayu sebagian besar diolah menjadi produk setengah jadi berupa pati (tapioka), tepung ubi kayu, gaplek dan chips. Produk olahan yang lain adalah bahan baku pembuatan tape, getuk dan lain-lain. Padahal, kandungan pati dari ubi kayu yang tinggi merupakan potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi produk yang lebih bernilai tinggi. MOCAL adalah produk turunan dan tepung ubi kayu yang menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi. Mikroba yang tumbuh akan menghasilkan enzim pektinolitik dan sellulolitik yang dapat menghancurkan dinding sel singkong, sedemikian rupa sehingga terjadi liberasi granula pati. Proses liberalisasi ini akan menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut.MOCAL dapat digunakan sebagai food ingredient dengan penggunaan yang sangat luas. Hasil uji coba menunjukkan bahwa MOCAL dapat digunakan sebagai bahan baku untukberbagai jenis makanan, mulai dari mie, bakery,cookies hingga makanan semi basah. Namun demikian, yang perlu dicatat adalah bahwa produk ini tidak sama persis karakteristiknya dengan tepung terigu, beras atau yang lainnya. Sehingga dalam aplikasinya diperlukan sedikit perubahan dalam formula, atau prosesnya sehingga akan dihasilkan produk yang bermutu optimal. MOCAL mempunyai potensi pasar yang sangat besar. Karena mempunyai spektrum aplikasi yang mirip dengan tepung terigu, beras dan tepung-tepungan lainnya, maka dimisal bahwa produk ini bisa menempatkan 15% dari pasar terigu, maka proyeksi kebutuhan konsumsi tepung terigu nasional pada tahun 2005 dapat mencapai 1,824,837 per tahun dengan pertumbuhan per tahun sebesar 5.84%, maka potensi pasar MOCAL sebesar 289,711 ton per tahun. Potensi ini akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia.