Yusup Heri Harianto
Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Peranan Gembala Sidang bagi Pertumbuhan Jemaat di Gereja Lokal Yohanes Twintarto Agus Indratno; Stefanus Dully; Yusup Heri Harianto
Jurnal Salvation Vol. 3 No. 1 (2022): Juli 2022
Publisher : STT Bala Keselamatan Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56175/salvation.v3i1.45

Abstract

Abstract:The shepherd is the one who guides the congregation in pastoralism, certainly too short to teach how broad and deep the knowledge of God is. One of the most important things is that God Himself has laid down the task of caring for, nurturing, and educating the congregation into His power and calling. Shepherds who must prepare the congregation to live in favor of God. The purpose of this study is to explain the duties and roles of shepherds in faith-building or the so-called discipleship. Discipleship is a command of God called the great commission in Matthew 28:19 it says "Make all nations my disciples." in discipleship lessons is to "know God and become disciples of Christ. Therefore, a person who has received Jesus Christ must be immediately discipled, so that his character is immediately formed towards a better direction and a skill in serving so as to have a knowledge of the truths of God's Word. The method used in the research is a qualitative description (case study) of the role of the shepherd in leading the congregation to be more effective. The shepherd's job in serving the congregation is to "nurture believers and unbelievers to grow up in the faith and become disciples of the Lord Jesus. Being a disciple of the Lord Jesus is a command that the Shepherd must work on, therefore the shepherd must have a knowledge of God's Word, an understanding of the basics of the Christian faith, character building, and the gift of serving.Abstrak:Gembala adalah orang yang membimbing jemaat dalam penggembalaan, adalah tugas yang cukup berat karena membimbin, merawat, mengasuh, dan mendidik jemaat adalah tugas gembala yang mulai dan agung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tugas dan peran gembala dalam pembinaan iman atau yang disebut pemuridan. Pemuridan adalah perintah Allah yang disebut amanat agung dalam Matius 28:19 dikatakan “Jadikanlah semua bangsa muridKu.” dalam pelajaran pemuridan adalah “mengenal Allah dan menjadi murid Kristus. Oleh sebab itu, seorang yang telah menerima Yesus Kristus harus segera dimuridkan, agar karakternya segera dibentuk menuju ke arah yang lebih baik serta kecakapan dalam melayani sehingga memiliki pengetahuan tentang kebenaran-kebenaran Firman Tuhan. Metode yang digunakna dalam peneltian adalah kualitatif deskripsi (studi kasus) tentang peran gembala dalam memimpin jemaat supaya lebih efektif. Tugas gembala dalam melayani jemaat adalah“membina orang percaya maupun orang yang belum percaya supaya semakin bertumbuh dewasa dalam iman dan menjadi murid Tuhan Yesus. Menjadi murid Tuhan Yesus adalah perintah yang harus dikerjakan oleh Gembala, oleh karena itu gembala harus memiliki pengetahuan tentang Firman Tuhan, pengertian tentang dasar-dasar iman Kristen, pembentukkan karakter, dan karunia untuk melayani.
Mentalitas Silo Ditinjau dari Perspektif Alkitab Styadi Senjaya; Tjutjun Setiawan; Tomi Yulianto; Yusup Heri Harianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.260

Abstract

Pandangan tentang mentalitas silo ada dalam gereja dari waktu ke waktu. Faktor seperti cara komunikasi, penyampaian visi, dan lainnya ikut memengaruhi hal tersebut. Beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kekuatan organisasi, teknik silo-busting, dan tingkat kolaborasi dalam organisasi tertentu, organisasi yang menggunakan teknik silo-busting dibandingkan dengan organisasi yang memiliki tingkat kinerja yang lebih rendah, kolaborasi internal yang lebih baik dalam sebuah organisasi. Tulisan ini bertujuan untuk menemukan perspektif Alkitab tentang mentalitas silo. Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu metode kualitatif studi pustaka, menemukan cara Alkitab untuk dapat mengatasi mentalitas silo dalam melakukan pelayanan di gereja. Tulisan ini diharapkan dapat membantu gereja Tuhan untuk merumuskan manajemen gereja yang tepat dan sesuai dalam menjalankan organisasinya, hingga world view (pemahaman) pemimpin gereja menjadi benar. Kata Kunci: Manajemen Gereja, Mentalitas Silo, Kepemimpinan, Delegasi Abstract:This view of the silo mentality has existed in the church from time to time. Factors such as the way of communication, delivery of the vision, and others also influence this. Several studies show that there is a relationship between organizational strength, silo-busting technique, and the level of collaboration in a particular organization, organizations that use silo-busting techniques compared to organizations that have lower levels of performance, better internal collaboration within an organization. This paper aims to find a biblical perspective on the silo mentality. The research used in this paper, which is a qualitative method of literature study, finds the Bible's way to overcome the silo mentality in serving in the church. This paper is expected to help God's church to formulate appropriate and suitable church management in running its organization, so that the world view (understanding) of church leaders becomes correct. Keywords: Church Management, Silo Mentality, Leadership, Delegation
Mentalitas Silo Ditinjau dari Perspektif Alkitab Styadi Senjaya; Tjutjun Setiawan; Tomi Yulianto; Yusup Heri Harianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.260

Abstract

Pandangan tentang mentalitas silo ada dalam gereja dari waktu ke waktu. Faktor seperti cara komunikasi, penyampaian visi, dan lainnya ikut memengaruhi hal tersebut. Beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kekuatan organisasi, teknik silo-busting, dan tingkat kolaborasi dalam organisasi tertentu, organisasi yang menggunakan teknik silo-busting dibandingkan dengan organisasi yang memiliki tingkat kinerja yang lebih rendah, kolaborasi internal yang lebih baik dalam sebuah organisasi. Tulisan ini bertujuan untuk menemukan perspektif Alkitab tentang mentalitas silo. Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu metode kualitatif studi pustaka, menemukan cara Alkitab untuk dapat mengatasi mentalitas silo dalam melakukan pelayanan di gereja. Tulisan ini diharapkan dapat membantu gereja Tuhan untuk merumuskan manajemen gereja yang tepat dan sesuai dalam menjalankan organisasinya, hingga world view (pemahaman) pemimpin gereja menjadi benar. Kata Kunci: Manajemen Gereja, Mentalitas Silo, Kepemimpinan, Delegasi Abstract:This view of the silo mentality has existed in the church from time to time. Factors such as the way of communication, delivery of the vision, and others also influence this. Several studies show that there is a relationship between organizational strength, silo-busting technique, and the level of collaboration in a particular organization, organizations that use silo-busting techniques compared to organizations that have lower levels of performance, better internal collaboration within an organization. This paper aims to find a biblical perspective on the silo mentality. The research used in this paper, which is a qualitative method of literature study, finds the Bible's way to overcome the silo mentality in serving in the church. This paper is expected to help God's church to formulate appropriate and suitable church management in running its organization, so that the world view (understanding) of church leaders becomes correct. Keywords: Church Management, Silo Mentality, Leadership, Delegation
Mentalitas Silo Ditinjau dari Perspektif Alkitab Styadi Senjaya; Tjutjun Setiawan; Tomi Yulianto; Yusup Heri Harianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.260

Abstract

Pandangan tentang mentalitas silo ada dalam gereja dari waktu ke waktu. Faktor seperti cara komunikasi, penyampaian visi, dan lainnya ikut memengaruhi hal tersebut. Beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kekuatan organisasi, teknik silo-busting, dan tingkat kolaborasi dalam organisasi tertentu, organisasi yang menggunakan teknik silo-busting dibandingkan dengan organisasi yang memiliki tingkat kinerja yang lebih rendah, kolaborasi internal yang lebih baik dalam sebuah organisasi. Tulisan ini bertujuan untuk menemukan perspektif Alkitab tentang mentalitas silo. Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu metode kualitatif studi pustaka, menemukan cara Alkitab untuk dapat mengatasi mentalitas silo dalam melakukan pelayanan di gereja. Tulisan ini diharapkan dapat membantu gereja Tuhan untuk merumuskan manajemen gereja yang tepat dan sesuai dalam menjalankan organisasinya, hingga world view (pemahaman) pemimpin gereja menjadi benar. Kata Kunci: Manajemen Gereja, Mentalitas Silo, Kepemimpinan, Delegasi Abstract:This view of the silo mentality has existed in the church from time to time. Factors such as the way of communication, delivery of the vision, and others also influence this. Several studies show that there is a relationship between organizational strength, silo-busting technique, and the level of collaboration in a particular organization, organizations that use silo-busting techniques compared to organizations that have lower levels of performance, better internal collaboration within an organization. This paper aims to find a biblical perspective on the silo mentality. The research used in this paper, which is a qualitative method of literature study, finds the Bible's way to overcome the silo mentality in serving in the church. This paper is expected to help God's church to formulate appropriate and suitable church management in running its organization, so that the world view (understanding) of church leaders becomes correct. Keywords: Church Management, Silo Mentality, Leadership, Delegation
Studi Perbandingan Konsep Iman dan Perbuatan Menurut Paulus dan Yakobus Yusup Heri Harianto
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 2 (2022): November 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55097/sabda.v3i2.51

Abstract

In Christianity, the understanding of salvation is final, that salvation is a gift from God, not because of good deeds by any human. Everyone who believes in Jesus experiences justification before God through the sacrifice of Jesus on the cross. In his theology, Paul explains that humans are justified by faith, not by good deeds. However, James stated that a man's works justify him. These two theologians seem to contradict the concepts of faith and works. That is why the writer tries to make a comparative study of the concept of faith and works according to Paul and James. The method that the writer uses is qualitative research with literature and Bible study. From the results of the discussion of faith and works, according to Paul, humans are justified before God only by faith, not by deeds in obeying the law. Meanwhile, James sees the deeds here as acts of love to prove his faith. It means that true faith must be followed by acts of love. According to both Paul and James, a comparative study of faith and works reveals that nothing contradicts, but rather complements each other.  AbstrakDalam kekristenan pemahaman keselamatan sudah final bahwa keselamatan itu adalah anugerah Allah, bukan karena perbuatan baik manusia. Melalui pengorbanan Yesus di kayu salib untuk menebus  dosa manusia, maka setiap orang yang percaya kepadaNya mengalami pembenaran di hadapan Allah. Paulus dalam teologinya memaparkan bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan. Tetapi Yakobus mengatakan bahwa manusia dibenarkan karena perbuatannya. Dua tokoh teolog ini nampak seperti bertentangan mengenai konsep iman dan perbuatan. Itu sebabnya penulis mencoba membuat studi perbandingan konsep iman dan perbuatan menurut Paulus dan Yakobus. Metode yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif dengan studi pustaka dan kajian Alkitab. Dari hasil pembahasan iman dan perbuatan, menurut Paulus, manusia dibenarkan dihadapan Allah hanya karena iman, bukan karena perbuatan dalam mentaati hukum Taurat. Sedangkan Yakobus melihat perbuatan di sini sebagai perbuatan kasih untuk membuktikan imannya. Artinya bahwa iman yang sejati itu harus diikuti dengan perbuatan kasih. Dari studi perbandingan tentang iman dan perbuatan, baik menurut Paulus maupun Yakobus tidak ada yang bertentangan, sebaliknya saling melengkapi. Kata kunci: iman, perbuatan, pembenaran, hukum Taurat
Perspektif Pentakosta Tentang Persembahan Persepuluhan dalam Konsep Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Yusup Heri Harianto
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 4, No 2 (2023): JUNI 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v4i2.145

Abstract

 Persepuluhan adalah milik Allah dan harus dikembalikan kepada Allah. Namun dalam prakteknya sekarang ini terjadi pro dan kontra sebab ada gereja-gereja yang berpendapat bahwa persepuluhan itu sudah tidak berlaku lagi karena persepuluhan itu ada dalam zaman Taurat. Sedangkan disisi yang lain ada banyak gereja yang dengan tertib masih mentaati untuk mengembalikan persepuluhan tersebut. Itu sebabnya dalam penulisan karya ilmiah ini, fokus penelitian adalah menggali konsep persepuluhan baik melalui Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru serta melihat sejauh mana penerapan persepuluhan tersebut dalam era gereja masa kini khususnya terhadap gereja-gereja yang ada. Dengan menggunakan menggunakan metode kualitatif deskriftif pendekatan studi. Temuan pada artikel ini mengemukakan bahwa mayoritas gereja mengakui dan menerapkan perpuluhan ini. Mayoritas gereja mengajarkan dan menghimbau sebagai sebuah kewajiban kepada para jemaat.  Kata-kata Kunci:  Persepuluhan, Hukum Taurat, Gereja, hamba Tuhan. Tithing belongs to God and must be returned to God. But in practice today there are pros and cons because there are churches that argue that tithing is no longer valid because tithing existed in Torah times. While on the other hand there are many churches that are still in an orderly manner to return the tithing. That is why in writing this scientific paper, the focus of research is to explore the concept of tithing both through the Old and New Testaments and see the extent of the application of tithing in the current church era, especially to existing churches. By using qualitative descriptive methods of study approach. The findings in this article suggest that the majority of churches recognize and apply this tithing. The majority of churches teach and exhort as an obligation to the congregation.