Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

PERENCANAAN PENGEMBANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR BAKU PDAM GIRI TIRTA DI BENDUNG GERAK SEMBAYAT KEC. BUNGAH KAB. GRESIK Putra Ramadhani, Adhinda Dwi; Prayogo, Tri Budi; Dermawan, Very
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.365 KB)

Abstract

ABSTRAK: Kebutuhan air sangat penting bagi semua makhluk hidup, salah satunya adalah air permukaan.Air permukaan tidak bisa langsung di konsumsi tetapi harus melalui pengolahan terlebih dahulu. Salah satuinstalasi pengolahan air baku di PDAM Giri Tirta Kabupaten Gresik saat ini yang berada di Legundi danKrikilan Kecamatan Driyorejo kapasitas sudah maksimal dan hanya bisa melayani 11 kecamatan. Saat ini diKabupaten Gresik ada 5 kecamatan yang belum terlayani oleh PDAM Gresik, yaitu Kec. Bungah, Sidayu,Panceng, Dukun dan Ujungpangkah. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan baru untuk peningkatankapasitas. PDAM Gresik merencanakan pengembangan instalasi pengolahan air pada kecamatan bungahtepatnya berada pada Bendung Gerak Sembayat. Pada perhitungan studi ini didapatkan kebutuhan air sebesar840 liter/detik dan kapasitas pengolahan sebesar 924 liter/detik pada tahun 2036. Air baku berasal dari sungaiBengawan Solo bagian hilir. Sistem pengaliran air dari intake ke proses pengolahan dilakukan dengan bantuanpompa. Perencanaan yang akan digunakan adalah bak pengumpul, aerasi, koagulasi, flokulasi, flotasi,sedimentasi, filtasi. Perencanaan ini dilengkapi dengan rumah pembubuh tawas, kaporit, kapur serta saluranpenguras dan bak sirkulasi.Kata kunci: Instalasi pengolahan air, Bak unit, Batas baku mutu kualitas air.Abstract : The needs water are very important for all living creatures, which one of them is surface water.Surface water can not be consumed directly, it must be processed first. One of the water treatment plants inPDAM Giri Tirta Gresik regency that located in Legundi and Krikilan, Driyorejo district, has a maximumcapacity and can only serve 11 districts. Currently in Gresik regency there are 5 districts that have not beenserved by PDAM Gresik, such as Bungah, Sidayu, Panceng, Dukun, and Ujungpangkah. Therefore, there is aneed for new development to increase capacity. PDAM Gresik is planning the development of water treatmentplant in Bungah sub-district, located at Sembayat Barrage. In this study obtained the water requirement is 840l/s and processing capacity is 924 l/s in 2036. The sources of raw water us from the downstream of BengawanSolo river. The water instalation system is consist of sluice gate as intake and pump to deliver water fromintake to water treatment plant. Planning of water treatment consist of tub reservoir, aeration, coagulation,flocculation, flotation, sedimentation, and filtration. This plan is equipped with alum house, chlorine, lime, anddrainage and circulation tub.Keywords: Water treatment plant, Tub unit, Water quality standard limit
ANALISA KERAPATAN JARINGAN STASIUN HUJAN DI SUB DAS KADALPANG KABUPATEN PASURUAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN DAN HUBUNGANNYA TERHADAP ASPEK TOPOGRAFI Aji, Yahya Muchaimin; Dermawan, Very; Harisuseno, Donny
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (831.087 KB)

Abstract

ABSTRAK   Pengukuran data curah hujan harus selalu dievaluasi untuk menjaga kualitasnya. Jaringan stasiun hujan harus bersifat ideal dan representatif untuk menghasilkan data yang berkualitas. Fasilitas dan anggaran yang terbatas untuk kegiatan Operasi dan Pemeliharaan seringkali mengakibatkan penurunan kualitas data. Terlalu sedikit stasiun menghasilkan kualitas data yang buruk, sementara terlalu banyak stasiun merupakan bentuk pemborosan dana. Dengan demikian, diperlukan studi untuk menentukan jumlah ideal serta penyebaran stasiun yang efektif. Studi ini bertujuan untuk menganalisis alternatif jaringan stasiun hujan dengan menggunakan metode Jaringan Saraf Tiruan. Parameter yang perlu disesuaikan adalah bobot data, epoch, dan jenis data. Masing-masing mempengaruhi hasil, sehingga harus dilakukan penyesuaian terbaik. Bobot data terbaik yang dipilih adalah 60-25-15, yang berarti 60% pelatihan, 25% validasi silang, dan 15% pengujian. Epoch  terbaik ditetapkan 1000, karena lebih atau kurang dari 1000 mengakibatkan penurunan kualitas hasil. Kemudian, jenis data terbaik adalah curah hujan bulanan, tanpa nilai nol. Hasilnya menunjukkan bahwa di antara 381 kemungkinan kombinasi jaringan, berkisar antara 4 sampai 8 stasiun (saat ini ada 9), jaringan terbaik terdiri dari 6 stasiun, yaitu Winong, Randupitu, Jawi, Wilo, Prigen, dan Bekacak. Kombinasi ini memberikan hasil yang menjanjikan dengan Nash-Sutcliffe Efficiency ‘Baik’ (0,801), Kesalahan Relatif yang kecil (12,2%), MSE Training dan Cross Validation kecil (masing-masing 0,054 dan 0,060), serta NMAE kecil (0,196). Selain itu, hubungan dengan aspek topografi menunjukkan bahwa curah hujan sangat terkait dengan perbedaan ketinggian stasiun terhadap AWLR dengan R (Koefisien Korelasi) = 0,915. Artinya semakin tinggi stasiun, semakin tinggi curah hujan yang terukur.   Kata Kunci: Stasiun Hujan, Jaringan Saraf Tiruan, Neurosolution 7.1, Aspek Topografi   ABSTRACT Measurement of rainfall data must always be assessed to maintain its quality. The network of precipitation station must be ideal and representative to produce good quality data. The limited facilities and budget for Operation and Maintenance activities often resulted in decreased data quality. Too few stations result in poor data quality, while too many stations are clearly a waste of funds. Thus, a study is needed to determine the ideal number and the effective spreading of stations. This study aims to analyze the new alternative precipitation station network using Artificial Neural Network method. The adjusted parameters used are data weight, epoch, and data type. Each of those affect the result, so the best selection must be made. Best data weight chosen is 60-25-15, means 60% of training, 25% of cross validation, and 15% of testing. Best epoch had been set to 1000, since less or more than 1000 decreases the result quality. Then, best data is monthly rainfall, without zero value. The result shows that among 381 possible network combinations, ranging from 4 to 8 stations (currently 9), the best network is consisting 6 stations, which are Winong, Randupitu, Jawi, Wilo, Prigen, and Bekacak. This combination gives a promising result with ‘Good’ Nash-Sutcliffe Efficiency (0,801), considerably small Relative Error (12,2 %), small MSE of Training and Cross Validation (each 0,054 and 0,060), and small NMAE (0,196). Beside, the relation with topographical aspect showed that rainfall is highly related to height difference of station to AWLR with R (Correlation Coefficient) = 0,915. It means the higher the station is, the higher rainfall is measured. Keywords: Precipitation Station, Artificial Neural Network, NeuroSolution 7.1, Topography Aspect
RASIONALISASI JARINGAN STASIUN HUJAN MENGGUNAKAN METODE KAGAN – RODDA DENGAN MEMPERHITUNGKAN FAKTOR TOPOGRAFI PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SAROKAH, KABUPATEN SUMENEP, PULAU MADURA Siswanti, Yuvika Rega; Dermawan, Very; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.287 KB)

Abstract

Ketelitianodata hujan yang didapat sering kali tidak akurat yang menyebabkan penelitian, perencanaan dan penglelolaan tidak efektif. Sehingga dibutuhkan rasionalisasi jaringan stasiun hujan. Rasionalisasi dilakukan dengan memperhitungkan faktor topografi dan keterkaitannya dengan penyebaran stasiun hujan. Studi ini menggunakan metode Kagan-Rodda dengan berpedoman pada standar WMO (World Meteorogical Organization) dalam menentukan jumlah dan pola sebaran stasiun hujan di DAS Sarokah. Berpedoman pada standar WMO dan hasil analisa Kagan-Rodda, diperoleh 7 stasiun hujan dengan kualitas data yang baik dengan kesalahan perataan dan interpolasi 10%. Jarak antar simpul Kagan-Rodda adalah 8012,150 km2. Hubungan yang terjadi antara faktor jarak dan elevasi memiliki nilai R2 tertinggi yaitu 0,212. Sedangkan hubungan antara curah hujan dengan faktor jarak memiliki nilai R2 tertinggi yaitu 0,706.Kata kunci: stasiun hujan, standar WMO, Kagan-Rodda, faktor topografiThe accuration of rainfall data is oftently not accurate, which leads to ineffective research, planning and mangement. Thus, it need rainfall station rasionalization. This rasionalization was implemented by calculating topography factors and its relevance with  distribution of rainfall station. This study used Kagan-Rodda method, based on WMO (World Meteorologycal Organization) standard to determine the number and distribution pattern of rainfall station in Sarokah basin. Reference to WMO standard and Kagan-Rodda analysis, the result was 7 rainfall station with good quality of rainfall data and just 10% in an average error and interpolation error. The distance between Kagan-Rodda vertices was 8012,150 km2. The relevance of distance and elevation factors has the highest R2, is 0,212. Whereas the relevance of rainfall data and distance factor has the highest  R2, is 0,706. Key Words: rainfall station, WMO standard, Kagan-Rodda, topohraphy factor
RASIONALISASI JARINGAN STASIUN HUJAN MENGGUNAKAN METODE KAGAN – RODDA DENGAN MEMPERHITUNGKAN FAKTOR TOPOGRAFI PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SAMPEAN, KABUPATEN BONDOWOSO, JAWA TIMUR Adihaningrum, Anita Andriyani; Dermawan, Very; Chandrasasi, Dian
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1251.26 KB)

Abstract

DAS Sampean saat ini mempunyai 34 stasiun dengan sebaran yang tidak merata dan kurang efektif dalam pemeliharaan. Oleh karena itu diperlukan kajian rasionalisasi stasiun hujan di DAS Sampean dengan luas 1.244,18 km2. Hasil analisa rasionalisasi stasiun hujan metode Kagan-Rodda berdasarkan data curah hujan rata-rata harian maksimum daerah dari metode Poligon Thiessen, didapatkan jumlah ideal stasiun hujan sesuai standar WMO (World Meteorological Organization) adalah 12 buah stasiun hujan dengan nilai kesalahan perataan (Z1) sebesar 9,1 % dan nilai kesalahan interpolasi (Z3) sebesar 19,4%. Faktor topografi (elevasi, jarak, kemiringan) yang mempunyai hubungan yang paling kuat adalah elevasi dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,517 atau mempunyai pengaruh sebesar 51,7%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti seperti garis lintang, arah angin, suhu, hubungan dengan deretan gunung, dan relief. Sedangkan hubungan antara parameter topografi yang mempunyai hubungan paling kuat adalah elevasi terhadap jarak dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,493 atau mempunyai pengaruh 49,3%. Kata Kunci: rasionalisasi, standar WMO, Kagan-Rodda, faktor topografi Sampean Watershed currently has 34 rain gauges with uneven distribution and less effective in maintenance. Therefore, it is necessary to study rationalization of rain gauges in Sampean Watershed with an area of 1,244.18 km2. Result of rationalization analysis of rain gauges by Kagan - Rodda method based on precipitation data daily average maximum area from Thiessen Polygon method, got the ideal number of rain gauges according to WMO standard is 12 pieces of  rain gauges with the value of relative root mean error (Z1) is  9.1% and the value of interpolation error (Z3) is 19.4%. Topographic factors (elevation, distance, slope) that have the strongest relationship is elevation with the coefficient of determination (R2) of 0.517 or has the effect is 51.7%, the rest is influenced by other factors not examined such like latitude, wind direction, temperature, relationship with rows of mountains, and reliefs. While the relationship between topographic parameters that have the strongest relationship is elevation to the distance with the coefficient of determination (R2) of 0.493 or has the effect is 49.3%. Keywords: rationalization, WMO standard, Kagan-Rodda, topography factors
ANALISIS KADAR OKSIGEN TERLARUT DALAM ALIRAN PADA SISTEM BANGUNAN PELIMPAH BENDUNGAN RIAM KIWA Rosamike, Mega Okvita Karinda; Dermawan, Very; Cahya, Evi Nur
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (765.324 KB)

Abstract

ABSTRAK :Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perubahan nilai oksigen terlatut dalam aliran sebagai efek dari baffled chute pelimpah bendungan Riam Kiwa. Metode perhitungan kadar udara dalam aliran teoritis didasarkan penelitian terdahulu. Konsentrasi udara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (a) faktor kedalaman, kecepatan,  Froude dan kekasaran saluran. (b)  sudut kemiringan dan debit. (c) sudut kemiringan. Untuk kondisi (a) nilai terbesar sebelum peluncur 14,371 dan nilai terkecil 0,000041, untuk nilai terbesar di peluncur 0,051083 pada Q2 di seri III dan IV dan nilai terkecil 0,000035 pada Q100 di seri III. (b) nilai konsentrasi udara teoritis  terbesar 0,5305 menurut ASCE pada debit Q2 dan niali terkecil 0,2752 menurut Straub-Anderson pada debit Q1000. (c) konsentrasi udara teoritis terbesar adalah 0,4124 oleh Hager.  Hasil pengukuran dilapangan Q2 mengalami peningkatan terbesar pada seri I 1,0258%, dan yang mengalami penurunan pada Q100 untuk original design -0,0516%. Untuk nilai rasio defisit r15 yang terbesar pada Q1000 dengan nilai sebesar 3,4615 dan yang terkecil pada Q2 sebesar 2,3676. Dan untuk nilai efisiensi transfer Jika nilai r20 > 10 maka nilai E20 sebesar 1. Jika nilai r20 < 10 maka nilai E20 0,9.   Kata kunci: Kadar Oksigen (DO), Buffled Chute, Aerasi     ABSTRACK: The aim of this study is to determine the change of dissolved oxygen in the flow as the effect of baffled chute in the chuteway of Riam Kiwa Dam. The calculation method of the air concentration in flow is based on formulation of previous research. Air concentration is influenced by some factors, in term (a) factor, velocity, Froude and channel roughness. (b) slope and discharge. (c) slope. For condition in term (a) the largest value before the chuteway is 14,371 and the smallest value is 0.000041, for the largest value in chuteway is 0.051083 in Q2 in series III and IV, the smallest value is 000035 in Q100 in series III. (b) the largest theoretical air concentration value is 0.5305 according to ASCE at the discharge of Q2 and the smallest is 0.2752 according to Straub-Anderson at discharge Q1000. (c) the largest theoretical air concentration is 0.4124 by Hager. The results of field measurements Q2 experienced the largest increase in serial I 1.0258%, and that decreased in Q100 for the original design -0.0516%. For the largest r15 deficit ratio rate at Q1000 with a value of 3.4615 and the smallest in Q2 at  2.3676. And for the value of the transfer efficiency If the value of r20 < 10 then the rate of E20 is 1. If the rate of r20 < 10 then the rate is E20 0.9. Keywords: Dissolved Oxygen, Baffled Chute, Aeration
STUDI PERENCANAAN RETAINING WALL DI PANTAI BOOM KABUPATEN BANYUWANGI mas'udi, oldvika nurma; Dermawan, Very; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.96 KB)

Abstract

ABSTRAK: Pantai Boom merupakan salah satu pantai yang berada di Kabupaten Banyuwangi yang memiliki posisi sangat strategis sehingga berpotensi besar dibidang pariwisata. Oleh karena itu, dibangun pelabuhan marina yang berguna untuk tempat berlabuhnya kapal penyeberangan antar pulau (Bali), kapal pariwisata dan kapal-kapal milik pribadi. Sehubungan dengan kondisi tersebut, diperlukan suatu bangunan pengaman pantai yang mampu menahan gelombang air laut serta melindungi tanah yang ada dibelakangnya. Perencanaan retainingwall mula-mula dilakukan dengan membangkitkan data angin menjadi gelombang (H33%). Kemudian gelombang dianalisis dengan kala ulang 25 tahun yang bertujuan untuk memperoleh dimensi retainingwall. Setelah itu menghitung stabilitas bangunan terhadap kelongsoran rotasi dan daya dukung tanah. Pondasi tiang pancang yang direncanakan mengunakan bahan bambu. Dari hasil perencanaan diperoleh gelombang dominan dari arah Timur dengan tinggi gelombang setelah analisa deformasi sebesar 1,4 m. Retainingwall terletak pada elevasi +2,01 m dengan tinggi puncak bangunan pada elevasi +6,54 m. Panjang bangunan 1 km dengan berat batu terluar 1,04 ton dan berdiameter 0,97 m. Analisis stabilitas lereng terhadap kelongsoran rotasi mengunakan bantuan software Geostudio Geoslope. Pondasi tiang pancang direncanakan sedalam 12 m dengan diameter tiang pancang sebesar 0.2 m. Total rencana angaran biaya (RAB) sebesar Rp 24.734.000.000,00. Kata kunci: retaining wall, analisa deformasi, geostudio geoslope, pondasi tiang   ABSTRACT: Boom Beach is one of the beaches located in Banyuwangi Regency which has a very strategic position so that it has great potential in the field of tourism. Therefore, a marina port is built which is useful for the inter-island ferry boat (Bali), tourist boats and private ships. In connection with these conditions, it is necessary a coastal safety building that can withstand the waves of sea water and protect the existing land behind it. Retainingwall planning was first performed by generating wind data into waves (H33%). Then the waves are analyzed with a 25-year re-period that aims to obtain the retainingwall dimension. After that calculate the stability of the building against the avalanche rotation and the carrying capacity of the soil. Foundation pile planned to use bamboo materials. From the planning results obtained the dominant wave from the East with the wave height after the deformation analysis of 1.4 m. Retainingwall is located at an elevation of +2.01 m with the height of the building at an elevation of +6.54 m. The length of the building is 1 km with the outer rock weight of 1.04 tons and 0.97 m diameter. Analysis of slope stability against avalanche rotation using Geostudio Geoslope software help. The pile foundation is planned as deep as 12 m with pile diameter of 0.2 m. Total cost plan (RAB) is Rp 24,734,000,000.00. Keyword: retaining wall, deformation analysis, geostudio geoslope, pile foundation 
SIMULASI NUMERIS PERUBAHAN MORFOLOGI PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN MODUL CMS-FLOW DI PANTAI NUSA DUA, BALI Nurhayati, Ima; Dermawan, Very; Putra, Sebrian Mirdeklis Beselly
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1619.292 KB)

Abstract

Abstrak Wilayah pantai di Indonesia sangat intensif digunakan untuk kegiatan manusia. Sebagai dampak dari kegiatan tersebut maka timbul masalah-masalah baru seperti erosi pantai. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut pada pantai Nusa Dua, Bali dibangun satu segmen bangunan pengaman pantai (Groin) agar kondisi profil pantai menjadi seimbang. Untuk memahami kondisi tersebut dilakukan studi dengan menggunakan model numeris 2D Coastal Modelling System-Flow (CMS Flow) dalam interface SMS (Surface water Modelling System) v 11.0. CMS-Flow  digunakan untuk menghitung arus dan tingkatan air yang dikombinasikan gelombang saat bawah gesekan angin, gelombang, pasang surut, kekuatan coriolis, dan pengaruh struktur pantai. Variabel utama U, v-kecepatan, dan ketinggian air disimpan di poin grid yang sama dengan interpolasi momentum. Formula transpor sedimen unified, van Rijn, dan formula transpor non-equilibrium (NET). Pemodelan dilakukan dalam jangka menengah dengan waktu simulasi tiga bulan menggunakan 3 kondisi. Besaran nilai erosi dan sedimentasi terbesar merupakan fokus dari studi. Hasil pemodelan CMS-Flow menunjukkan kondisi krusial pantai terjadi pada segmen groin UG.1-GN.2 dan GN.2-G.12, hal ini disebabkan bentuk segmen groin yang kurang sesuai dengan pola arus yang ada. Evaluasi struktur groin di masa depan diharapkan dapat dilakukan dengan memperhatikan pola arus dan gelombang dominan datang untuk memperhitungkan jarak antar struktur, sehingga dapat mencegah terjadinya turbulensi dan gerusan.   Kata Kunci: Perubahan Morfologi, Analisis hidrodinamik, Groin, USACE CMS-Flow   Abstract The coastal areas of Indonesia are very intensive for human activities. As a result of these activities there are new problems such as coastal erosion. To solve the problem on the beach of Nusa Dua, Bali built a segment of coastal protection building (Groin) so that the condition of beach profile to be balanced. To understand the condition, a study using numerical modeling 2D Coastal Modeling System-Flow (CMS Flow) in SMS interface (Surface water Modeling System) v 11.0 is used. CMS-Flow is used to calculate the current and water levels of the combined waves when under wind, wave, tidal friction, coriolis strength, and the influence of coastal structures. The main variables U, v-velocity, and water level are stored in the same grid points as the momentum interpolation. Unified sediment transport formula, van Rijn, and non-equilibrium transport formula (NET). Modeling is done in the medium term with three months simulation time using 3 conditions. The largest value of erosion and sedimentation is the focus of the study. The CMS-Flow modeling results show that coastal crucial conditions occur in the groyne segments UG.1-GN.2 and GN.2-G.12, this is due to the shape of the groy segment that is less suited to the current pattern. Evaluation of the groyne structure in the future is expected to be done by observing the pattern of current and the dominant wave coming to take into account the distance between structures, so as to prevent turbulence and scour. Keywords: Morphological Change, Hydrodynamic Analysis, Groin, USACE CMS-Flow
Uji Proporsionalitas Debit Bangunan Bagi Tipe Numbak Hidayah, Susi; Suhardjono, -; Dermawan, Very
Jurnal Irigasi Vol 10, No 2 (2015): Jurnal Irigasi
Publisher : Balai Teknik Irigasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.985 KB) | DOI: 10.31028/ji.v10.i2.69-82

Abstract

Water distribution structure is the main distribution facility and has been an important part in the operation system of irrigation networks. Numbak configuration lay the secondary water distribution structure, tertiary water tapping structure, and control structures in a parallel position, so it is suitable to be applied for the proportional system. This type of water distribution structure has been recommended in Irrigation Planning Criteria-04 (revision 2013), however, the planning information is still inadequate. The placement of sill on the proportional water distribution structure that has been tested is placed before the peer’s divisor. This makes the position of the distributed flow located not in a critical condition so that the distributed flow is also not proportional. A series of physical tests to assess variations in the placement of sill by the pillars dividing position conducted on a model that has been created by the Experimental Station for Irrigation, Research Center for Water Resources, Ministry of Public Works, is the type of the proportion of 1:2:1. The test results show that the average proportion of the distribution of discharge at all the scenarios for the right channel, center, and left respectively was 0.82:2.4:0.78. Recommendations of use and placement of sill by the pillars divisor as input for the planning and building of this type are also found in this study.
ANALISA SEBARAN RAWAN LONGSOR DI SUBDAS BANGO KABUPATEN MALANG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Ilmiawan, Ahlun Nazar; Asmaranto, Runi; Dermawan, Very
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.208 KB)

Abstract

Tanah longsor merupakan suatu bencana yang sering terjadi di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Untuk memudahkan penanganan dan meminimalisir korban yang terjadi akibat bencana tanah longsor, maka perlu adanya pemetaan daerah-daerah yang berpotensi terjadi bencana tanah longsor. Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu memetakan daerah yang berpotensi terjadi bencana tanah longsor. Penetapan tingkat rawan longsor di SubDAS Bango Kabupaten Malang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007. Dalam Permen PU No. 22 Thn 2007 terdapat 2 Aspek penyebab bencana tanah longsor, yaitu aspek fisik alami (7 indikator: kemiringan lereng, kondisi tanah, geologi, curah hujan, tata air lereng, gempa dan vegetasi) dan aspek aktivitas manusia (7 indikator: pola tanam, penggalian dan pemotongan lereng, pencetakan kolam, drainase, pembangunan konstruksi, kepadatan penduduk dan usaha mitigasi). Dari beberapa indikator dalam 2 aspek tersebut dicari skor masing-masing menggunakan aplikasi AcrGIS 10.1 yang menghasilkan skor total tiap aspeknya. Skor akhir tiap aspek inilah yang nantinya digabungkan dan mendapat nilai atau skor untuk menentukan kelas tingkat rawan longsor. Tingkat sebaran rawan longsor di SubDAS Bango Kabupaten Malang terbagi menjadi 2 kelas: tingkat rawan longsor rendah dengan luas sebesar 39,405 km2 (10,938%) meliputi beberapa desa di Kecamatan Blimbing, Dau, Lowokwaru, Pakis, Singosari. Tingkat sebaran rawan longsor sedang dengan luas sebesar 320,839 km2 (89,062%) meliputi beberapa desa di Kecamatan Blimbing, Bumiaji, Dau, Jabung, Junrejo, Kedungkandang, Klojen, Lawang, Lowokwaru, Pakis, Singosari.   Kata Kunci : Sebaran rawan longsor, SubDAS Bango, Sistem Informasi Geografis (SIG)
PENANGGULANGAN BANJIR DENGAN PEMBUATAN TANGGUL SHEET PILE PADA SUNGAI BUNGI KABUPATEN PINRANG PROVINSI SULAWESI SELATAN Tandisau, Deandy Gilang; Dermawan, Very
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.896 KB)

Abstract

ABSTRAK: Sungai Bungi merupakan salah satu sungai yang berada Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas 1961,77 km2. Sungai Bungi yang letaknya cukup strategis berada di jalan lintas trans Sulawesi secara langsung dan tidak langsung memberikan dampak terhadap daerah disekitarnya. Sungai Bungi merupakan pertemuan dari Sungai Kalobe, Sungai Kamali, dan Sungai Rantoni yang meyebebakan banjir setiap tahunnya. Banjir yang terjadi disebabkan karena ketinggian dataran banjir berada dibawah elevasi muka banjir serta gerusan dan longsoran tebing yang pada akhirnya menjadi endapan. Upaya penanggulangan banjir direncanakan dengan menggunakan tanggul Sheet pile. Analisa profil aliran dilakukan dengan menggunakan software HEC-RAS dengan titik cross setion sebanyak 50 ruas dan jarak tiap cross section 50 m. Sedangkan untuk  menganalisa stabilitas Sheet pile digunakan Metode Rankine. Perencanaan Penanggulangan banjir Sungai Bungi menggunakan debit banjir rancangan Q25th yaitu sebesar 392.498 m3/det. Pada kondisi eksisting ditemukan beberapa lokasi yang meluber. Hasil perencanaan bangunan Sheet Pile didapatkan  dengan kedalaman total 18 m sampai pada tanah keras. untuk penangggulangan banjir  dengan Sheet Pile di Sungai Bungi berada pada 2 titik, masing-masing titik 250 m pada muara dan 300 m berada di ruas tengah sungai. Kata Kunci: Sungai Bungi, Penanggulangan Banjir, Hec Ras, sheet Pile