Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

STUDI EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN MENGGUNAKAN SOFTWARE WATERCAD V8i Wirda, Wirda; Asmaranto, Runi; Fidari, Jadfan Sidqi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.433 KB)

Abstract

ABSTRAK: Kecamatan Pademawu ini memiliki 7 desa yang sudah terlayani kebutuhan airnya oleh PDAM yaitu Desa Majungan, Padelegan, Tanjung, Pademawu Timur, Pademawu Barat, Bunder dan Dasok dan pada perencanaan pengembangan hingga tahun 2036 ada penambahan daerah layanan di 4 desa lainnya yaitu Desa Baddurih, Pagagan, jarin dan Durbuk. Dalam studi ini dilakukan suatu evaluasi kondisi eksisting baik dari segi sumber, pompa, tandon serta komponen lainnya dan melaksanakan simulasi guna melihat kondisi hidrolis yang ada pada jaringan eksisting. Evaluasi ini dapat dijadikan acuan untuk perencanaan pengembangan 2036 kedepan. Perencanaan pengembangan yang meliputi 11 desa tersebut akan di simulasikan lagi menggunakan bantuan Software Watercad. Berdasarkan hasil akhir simulasi yang diperoleh dari software WaterCAD Perencanaan pengembangan dilakukan dengan penambahan beberapa komponen diantaranya kapasitas sumber air sebesar 20 lt/dt,  menara air, pompa, pergantian pipa dan juga penambahan katup PRV . Sehingga debit dan kondisi hidrolis jaringan air bersih dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Rencana anggaran biaya yang akan dikeluarkan pada perencanaan pengembangan ini sebesar Rp. 3.153.108.800,- Kata kunci: air bersih, watercad, jaringan, rencana pengembangan.   ABSTRACT : Pademawu District has 7 villages which have been served by the water needs by PDAM, Majungan, Padelegan, Tanjung, Pademawu Timur, Pademawu Barat, Bunder and Dasok and in development planning until 2036 there are additional service areas in 4 other villages, Baddurih, Pagagan , Jarin and Durbuk. In this study, an evaluation of the existing condition in terms of source, pump, tandon and other components and simulation is done to see the existing hydraulic conditions in the existing network. This evaluation can be used as a reference for future 2036 development planning. Development planning covering 11 villages will be simulated again using Watercad Software assistance. Based on the final simulation results obtained from WaterCAD software Development planning is done with the addition of several components such as water source capacity of 20 liters/second, water tower, pump, pipe change and addition of PRV valve. So that the discharge and hydraulic conditions of clean water network can meet the criteria that have been determined. The budget plan that will be spent on this development plan is Rp. 3.153.108.800, - Keywords: clean water, waterCAD, network, development planning.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK FISIK DAN MINERALOGI MATERIAL PIROKLASTIK HASIL ERUPSI GUNUNG KELUD DI SUNGAI KALI SAMBONG DESA PANDANSARI KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL TIMBUNAN Aristantha, Fatan; Hendrawan, Andre Primantyo; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (840.17 KB)

Abstract

ABSTRAK: Desa Pandansari Kabupaten Malang yang berada dekat dengan Gunung Kelud merupakan salah satu lokasi dengan dampak paling parah akibat erupsi Gunung Kelud pada tahun 2014. Paska erupsi tersebut terdapat deposit melimpah material piroklastik di sepanjang Kali Sambong dekat Desa Pandansari. Sasaran utama pada studi ini adalah untuk menginvestigasi karakteristik fisik dan mineralogi material piroklastik dari Gunung Kelud sebagai material urugan kembali. Dua lokasi pengambilan sampel dipilih: pertama, batu apung dan batuan piroklastik diambil disekitar Jembatan Kali Sambong, lokasi kedua yang terletak sekitar 3-4 km pada bagian hulu Jembatan Kali Sambong diambil 4 sampel material butiran yang lebih halus. Hasil studi ini berdasarkan pengujian analisa saringan terlihat bahwa pecahan batu apung, pecahan batuan piroklastik dan pasir dapat diklasifikasikan sebagai Pasir Halus (A-3) berdasarkan klasifikasi AASHTO. Berdasarkan klasifikasi USCS, sebagian besar sampel piroklastik dapat diklasifikasikan sebagai SW (well graded); hanya 2 sampel pasir dari hulu Jembatan yang diklasifikasikan sebagai SP (poorly graded). Berdasarkan pengujian specific gravity (Gs) pada seluruh sampel diketahui bahwa nilai Gs bervariasi antara 2.522 sampai 2.946 yang berarti sejenis dengan pasir pada umumnya. Berdasarkan pengujian kerapatan dan angka pori pada seluruh sampel diketahui bahwa nilainya juga mirip dengan pasir pada umumnya. Berdasarkan analisa SEM-EDX, terlihat bahwa pada batu apung dan batuan piroklastik memiliki pori-pori yang saling berhubungan, memiliki tekstur yang vesikuler serta kandungan unsur dominan berupa silica (Si). Berdasarkan analisa X-RF, terlihat dari seluruh sampel bahwa silica (Si) merupakan unsur paling dominan dengan prosentase yang berbeda pada setiap sampel. Berdasarkan analisa X-RD, dapat disimpulkan bahwa komposisi senyawa paling dominan adalah Anorthite (Ca (Al,Fe)2 Si2 O8). Berdasarkan analisa AAS, diketahui bahwa senyawa paling dominan adalah SiO2. Dengan klasifikasi batuan standar berdasarkan kandungan silica (SiO2), material piroklastik dari Gunung Kelud diklasifikasikan sebagai asam dengan kandungan silica (SiO2) lebih dari 66%.Kata Kunci: Material Piroklastik, karakteristik fisik, identifikasi mineralogi, alternatif material timbunan.ABSTRACT: Pandansari village at Malang Regency was located near Mount Kelud and one of the areas that has been damaged seriously by Mount Kelud eruption in 2014. After the eruption a large of pyroclastic materials has been deposited along Kali Sambong River near from this village. The main objective of this study is to investigate the physical and mineralogy characteristics of pyroclastic materials from Mount Kelud as backfill materials. Two locations of collecting samples were chosen: first, the pumice and other pyroclastic rocks were taken around Kali Sambong Bridge and the second location was located about 3-4 km at upstream of Kali Sambong Bridge to collect 4 samples of finer granular materials. As a result of this study, based on sieve test analysis it is showed that crushed pumice, crushed pyroclastic rock and sand can be classified as sand with the fine grain (A-3) by using AASHTO classification. By using USCS classification, most of pyroclastic samples can be classified as SW (well graded); only samples of sand from upstream are classified as SP (poorly graded sand). From specific gravity (Gs) testing of all samples it is found that the values of Gs are varied in a range of 2.522 to 2.946 which are similar with natural common sand. From density and void ratio from all samples it is observed that their value were also similar with natural common sand. From SEM-EDX analysis, it is seen that pumice and pyroclastic rock have inter-connected vesicular with the dominant element is silica (Si). From X-RF analysis, it is seen from both samples that silica (Si) is the dominant element with different percentage. From X-RD analysis, it can be concluded that the dominant compound is Anorthite (Ca (Al,Fe)2 Si2 O8). From AAS analysis, it is observed that the dominant compound is SiO2, using a simple rock classification based on silica (SiO2) content, the pyroclastic materials from Mount Kelud can be classified as acidic which has more than 66% of silica content.Keywords: Pyroclastic materials, physical characteristics, mineralogy identification, alternative backfill material.
KAJIAN PERBAIKAN PONDASI KOMBINASI PLASTIC CONCRETE CUT OFF WALL DAN GROUTING PADA PEMBANGUNAN BENDUNGAN TUGU KABUPATEN TRENGGALEK Setiawan, Yahya Eko Maryanto; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (978.186 KB)

Abstract

ABSTRAK: Pondasi bendungan merupakan salah satu komponen bendungan yang harus diperhatikan. Dari hasil investigasi geologi pada pondasi Bendungan Tugu dijumpai kedalaman alluvial kollovial dasar sungai mencapai 5–36 m (dari dasar sungai) dengan rerata kualitas batuan dari nilai RQD adalah very poor dan poor. Dari hasil Water Pressure Test menunjukkan masih banyak nilai lugeon > 3. Dengan pertimbangan kondisi geologi pondasi, maka untuk memperbaiki kondisi geologi pondasi secara efektif dan efisien dibutuhkan perbaikan pondasi kombinasi plastic concrete cut off wall dan grouting. Kedalaman plastic concrete cut off wall direncanakan dengan mempertimbangkan kedalaman lapisan kollovial dan material mengacu pada ICOLD (1985). Grouting yang direncanakan pada Bendungan Tugu meliputi curtain, sub curtain dan consolidation grouting. Dilakukan analisa keamanan bendungan (debit rembesan, piping dan deformasi) menunjukkan bahwa bendungan dalam kondisi aman setelah perbaikan pondasi. Kata kunci: Bendungan Tugu, Geologi, Perbaikan Pondasi, Plastic Concrete Cut Off Wall, dan Grouting. ABSTRACT: The dam foundation is one of the dam components that must be considered. From the result of geological investigation on foundation of Tugu Dam found the depth of alluvial kollovial river basin reach 5-36 m (from river bed) with mean of rock quality from RQD value is very poor and poor. From the results of Water Pressure Test shows that there are still many lugeon values > 3. With consideration of the foundation's geology condition, to improve the foundation's geological condition effectively and efficiently it is needed to improve the foundation of plastic concrete cut off wall and grouting combination. The depth of the plastic concrete cut off wall is planned by considering the depth of the kollovial layer and the material refers to ICOLD (1985). Grouting planned at Tugu Dam covers curtain, sub curtain and consolidation grouting. Conducted a dam safety analysis (seepage discharge, piping and deformation) shows that the dam is in safe condition after the foundation repair. Keywords: Tugu Dam, Geology, Foundation Improvement, Plastic Concrete Cut Off Wall, and Grouting.ABSTRAK: Pondasi bendungan merupakan salah satu komponen bendungan yang harus diperhatikan.Dari hasil investigasi geologi pada pondasi Bendungan Tugu dijumpai kedalaman alluvial kollovial dasarsungai mencapai 5–36 m (dari dasar sungai) dengan rerata kualitas batuan dari nilai RQD adalah very poordan poor. Dari hasil Water Pressure Test menunjukkan masih banyak nilai lugeon > 3. Denganpertimbangan kondisi geologi pondasi, maka untuk memperbaiki kondisi geologi pondasi secara efektifdan efisien dibutuhkan perbaikan pondasi kombinasi plastic concrete cut off wall dan grouting. Kedalamanplastic concrete cut off wall direncanakan dengan mempertimbangkan kedalaman lapisan kollovial danmaterial mengacu pada ICOLD (1985). Grouting yang direncanakan pada Bendungan Tugu meliputicurtain, sub curtain dan consolidation grouting. Dilakukan analisa keamanan bendungan (debit rembesan,piping dan deformasi) menunjukkan bahwa bendungan dalam kondisi aman setelah perbaikan pondasi.Kata kunci: Bendungan Tugu, Geologi, Perbaikan Pondasi, Plastic Concrete Cut Off Wall, dan Grouting.ABSTRACT: The dam foundation is one of the dam components that must be considered. From the resultof geological investigation on foundation of Tugu Dam found the depth of alluvial kollovial river basinreach 5-36 m (from river bed) with mean of rock quality from RQD value is very poor and poor. From theresults of Water Pressure Test shows that there are still many lugeon values > 3. With consideration of thefoundation's geology condition, to improve the foundation's geological condition effectively and efficientlyit is needed to improve the foundation of plastic concrete cut off wall and grouting combination. The depthof the plastic concrete cut off wall is planned by considering the depth of the kollovial layer and the materialrefers to ICOLD (1985). Grouting planned at Tugu Dam covers curtain, sub curtain and consolidationgrouting. Conducted a dam safety analysis (seepage discharge, piping and deformation) shows that thedam is in safe condition after the foundation repair.Keywords: Tugu Dam, Geology, Foundation Improvement, Plastic Concrete Cut Off Wall, and Grouting.
STUDI PERENCANAAN RETAINING WALL DI PANTAI BOOM KABUPATEN BANYUWANGI mas'udi, oldvika nurma; Dermawan, Very; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.96 KB)

Abstract

ABSTRAK: Pantai Boom merupakan salah satu pantai yang berada di Kabupaten Banyuwangi yang memiliki posisi sangat strategis sehingga berpotensi besar dibidang pariwisata. Oleh karena itu, dibangun pelabuhan marina yang berguna untuk tempat berlabuhnya kapal penyeberangan antar pulau (Bali), kapal pariwisata dan kapal-kapal milik pribadi. Sehubungan dengan kondisi tersebut, diperlukan suatu bangunan pengaman pantai yang mampu menahan gelombang air laut serta melindungi tanah yang ada dibelakangnya. Perencanaan retainingwall mula-mula dilakukan dengan membangkitkan data angin menjadi gelombang (H33%). Kemudian gelombang dianalisis dengan kala ulang 25 tahun yang bertujuan untuk memperoleh dimensi retainingwall. Setelah itu menghitung stabilitas bangunan terhadap kelongsoran rotasi dan daya dukung tanah. Pondasi tiang pancang yang direncanakan mengunakan bahan bambu. Dari hasil perencanaan diperoleh gelombang dominan dari arah Timur dengan tinggi gelombang setelah analisa deformasi sebesar 1,4 m. Retainingwall terletak pada elevasi +2,01 m dengan tinggi puncak bangunan pada elevasi +6,54 m. Panjang bangunan 1 km dengan berat batu terluar 1,04 ton dan berdiameter 0,97 m. Analisis stabilitas lereng terhadap kelongsoran rotasi mengunakan bantuan software Geostudio Geoslope. Pondasi tiang pancang direncanakan sedalam 12 m dengan diameter tiang pancang sebesar 0.2 m. Total rencana angaran biaya (RAB) sebesar Rp 24.734.000.000,00. Kata kunci: retaining wall, analisa deformasi, geostudio geoslope, pondasi tiang   ABSTRACT: Boom Beach is one of the beaches located in Banyuwangi Regency which has a very strategic position so that it has great potential in the field of tourism. Therefore, a marina port is built which is useful for the inter-island ferry boat (Bali), tourist boats and private ships. In connection with these conditions, it is necessary a coastal safety building that can withstand the waves of sea water and protect the existing land behind it. Retainingwall planning was first performed by generating wind data into waves (H33%). Then the waves are analyzed with a 25-year re-period that aims to obtain the retainingwall dimension. After that calculate the stability of the building against the avalanche rotation and the carrying capacity of the soil. Foundation pile planned to use bamboo materials. From the planning results obtained the dominant wave from the East with the wave height after the deformation analysis of 1.4 m. Retainingwall is located at an elevation of +2.01 m with the height of the building at an elevation of +6.54 m. The length of the building is 1 km with the outer rock weight of 1.04 tons and 0.97 m diameter. Analysis of slope stability against avalanche rotation using Geostudio Geoslope software help. The pile foundation is planned as deep as 12 m with pile diameter of 0.2 m. Total cost plan (RAB) is Rp 24,734,000,000.00. Keyword: retaining wall, deformation analysis, geostudio geoslope, pile foundation 
ANALISA SEBARAN RAWAN LONGSOR DI SUBDAS BANGO KABUPATEN MALANG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Ilmiawan, Ahlun Nazar; Asmaranto, Runi; Dermawan, Very
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.208 KB)

Abstract

Tanah longsor merupakan suatu bencana yang sering terjadi di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Untuk memudahkan penanganan dan meminimalisir korban yang terjadi akibat bencana tanah longsor, maka perlu adanya pemetaan daerah-daerah yang berpotensi terjadi bencana tanah longsor. Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu memetakan daerah yang berpotensi terjadi bencana tanah longsor. Penetapan tingkat rawan longsor di SubDAS Bango Kabupaten Malang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007. Dalam Permen PU No. 22 Thn 2007 terdapat 2 Aspek penyebab bencana tanah longsor, yaitu aspek fisik alami (7 indikator: kemiringan lereng, kondisi tanah, geologi, curah hujan, tata air lereng, gempa dan vegetasi) dan aspek aktivitas manusia (7 indikator: pola tanam, penggalian dan pemotongan lereng, pencetakan kolam, drainase, pembangunan konstruksi, kepadatan penduduk dan usaha mitigasi). Dari beberapa indikator dalam 2 aspek tersebut dicari skor masing-masing menggunakan aplikasi AcrGIS 10.1 yang menghasilkan skor total tiap aspeknya. Skor akhir tiap aspek inilah yang nantinya digabungkan dan mendapat nilai atau skor untuk menentukan kelas tingkat rawan longsor. Tingkat sebaran rawan longsor di SubDAS Bango Kabupaten Malang terbagi menjadi 2 kelas: tingkat rawan longsor rendah dengan luas sebesar 39,405 km2 (10,938%) meliputi beberapa desa di Kecamatan Blimbing, Dau, Lowokwaru, Pakis, Singosari. Tingkat sebaran rawan longsor sedang dengan luas sebesar 320,839 km2 (89,062%) meliputi beberapa desa di Kecamatan Blimbing, Bumiaji, Dau, Jabung, Junrejo, Kedungkandang, Klojen, Lawang, Lowokwaru, Pakis, Singosari.   Kata Kunci : Sebaran rawan longsor, SubDAS Bango, Sistem Informasi Geografis (SIG)
ANALISIS STABILITAS LERENG TAILINGS STORAGE FACILITY II PROYEK TEMBANG, LUBUKLINGGAU, SUMATRA SELATAN, BERDASARKAN PETA GEMPA INDONESIA 2010 Firmanda, Andry Riski; Hendrawan, Andre Primantyo; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.121 KB)

Abstract

ABSTRAK : Indonesia, khususnya pada lokasi studi yakni pada sisi barat Pulau Sumatradalam satu dekade terakhir terhitung cukup sering terjadi gempa dengan skala yang cukupbesar. Analisis pada studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana potensitubuh bendungan terhadap bahaya piping dan stabilitas lereng TSF II Proyek Tembangterkait dengan pembebanan gempa berdasarkan Peta Gempa Indonesia 2010, masingmasing menggunakan SEEP/W dan SLOPE/W pada program GeoStudio 2012. Hasilmenunjukkan bahwa TSF II aman terhadap piping dan kondisi statis, namun masih belummemenuhi syarat faktor keamanan yang diijinkan dari beberapa kondisi OBE dan sebagianbesar MDE dengan Fk terkecil 0,751. Oleh karenanya, analisis deformasi maksimummenggunakan metode Makdisi-Seed dilakukan dan mendapatkan hasil penurunan sebesar40,005 cm, sedangkan metode Swaisgood dengan hasil sebesar 16,43 cm. Rekomendasidengan penambahan timbunan di hilir dengan memanfaatkan tampungan tailings dari TSFyang lain.Kata kunci: tailings dam, TSF II proyek tembang, stabilitas lereng, potensi piping,rekomendasiABSTRACT : Indonesia , especially in the location of the study, which is on the west sideof Sumatra Island, was quite frequently occurred earthquakes with a fairly large scale. Theanalysis of this study was undertaken with the aim to find out the piping potential towardsthe dam body and stability slope of TSF II Tembang Project relating to the imposition ofearthquake based on 2010 Indonesian Earthquake Map, each using SEEP/W andSLOPE/W in GeoStudio 2012. Results showing that TSF II is safe against piping potentialand static condition, but still have yet to meet the requirements of the safety factor allowedfor some conditions of OBE and MDE with the least result of safety factor is 0,751. Thusmaximum deformation analysis using Makdisi – Seed method was applied which resultingin 40,005 cm of height reduction, and Swaisgood method resulting in 16,43 cm of heightreduction. Recommendations advised for the addition of embankment at the downstreamby making use of stored tailings in other TSF.Keywords: tailings dam, TSF II Tembang Project, slope stability, piping potential,recommendation
IbM Pompa Hydram (Hydraulic Ram) Desa Gunung Ronggo Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang Asmaranto, Runi; Widhiyanuriyawan, Denny; Anwar, M. Ruslin
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 8, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.534 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtp.2017.008.01.12

Abstract

ABSTRAKDesa Gunungronggo terletak di Kecamatan Tajinan dimana desa ini berjarak sekitar 15 KM arah timur Kota Malang. Wilayah ini berada di lereng Gunung Buring, secara topografi wilayah desa ini didominasi oleh perbukitan dengan kelerangan yang curam dengan curah hujan yang relatif tinggi sehingga punya potensi sumber air yang cukup besar dan terawat yaitu Sumber Jenon. Keberadaan debit mata air Sumber Jenon cukup besar sekitar 300 liter/detik, namun belum menjamin penduduk Desa Gunungronggo khususnya Dusun Argomulyo 2 dan Argomulyo 3 untuk mendapatkan air bersih dari Sumber Jenon, meskipun secara geografis letaknya berdekatan. Hal ini karena kondisi dilokasi dekat sumber, jauh dari jaringan utilitas listrik dan belum ada pengelola HIPPAM, sehingga hanya penduduk yang mampu secara ekonomi bisa mengambil air dengan menggunakan pompa secara individu dengan menarik kabel listrik membentang jauh yang cukup membahayakan.Salah satu solusi terhadap permasalahan yang ada di Dusun Argomulyo tersebut adalah membuat Pompa Hydram (hydraulic ram) untuk mengisi air ke tandon agar murah dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan. Keberadaan pompa hydram sangat diperlukan khususnya untuk mengatasi permasalahan air bersih pedesaan seperti Dusun Argomulyo Desa Gunung Ronggo Kecamatan Tajinan. Kondisi masyarakat yang tidak mampu sangat sulit untuk mengembangkan jenis pompa centrifugal atau pompa lain yang mengandalkan bahan bakar solar maupun listrik. Kesadaran masyarakat untuk menanggung biaya operasi dan pemeliharaan yang lebih mahal akan sulit untuk mengembangkan pengelolaan air bersih, sehingga pembangunan pompa hydram (hydraulic ram) ini menjadi solusi yang tepat.Pompa hydram yang sudah terbangun berjumlah 2 unit yang disebut sebagai twin hydram dimana masing-masing berkapasitas @15 liter/menit, namun karena kondisi kontur lokasi yang cukup datar sehingga kinerja pompa maksimal hanya sekitar @10 liter/menit. Peningkatan kapasitas pompa ini bisa dilakukan dengan menambah pipa drainasi berukuran 4” sepanjang 100 m ke arah hilir untuk membuang dengan cepat limpahan air yang terbuang dari pompa hydram sehingga tidak mengganggu kerja klep pompa yang terendam air. Kegiatan ini mendapatkan dukungan baik oleh warga maupun aparat desa, terbukti dalam pelaksanaannya beberapa item pekerjaan dilakukan secara gotong-royong. Kata Kunci : Hydraulic Ram, Katup Limbah, Pipa Drive, Pipa Delivery ABSTRACTThe village Gunungronggo is located in the Tajinan district where is about 15 kilometers east of Malang. The area is located on the slopes Buring, which consists of 1933 heads of families consisting of 8000 inhabitants. in the topography of the village is dominated by hills with steep slopes with relatively high rainfall that has the potential sources of water and is a Jenon Spring maintained.  The existence of eye discharge water source large enough Jenon about 300 liters/sec, but not guarantee the residents in the village of Gunungronggo particularly both Argomulyo 2 and Argomulyo 3 to get clean water from Jenon spring, although geographically adjacent. This is because the conditions in the location near the source, far from the utility grid electricity and no manager HIPPAM (Drinking Water Association business), so that only people who are economically able to take up water using a pump individually by pulling the power cord stretches far enough harm.One solution to the problems of water supply is built Hydram pumps (hydraulic ram) to fill water into the reservoir in order to cost in the implementation of the Operation and Maintenance. The existence hydrant pump is indispensable in addressing the problems of rural clean water as Hamlet Village of Mount Ronggo Argomulyo subdistrict Tajinan. The condition of poor people very hard to develop this type of centrifugal pump or other pumps that rely on diesel fuel and electricity. Public awareness to bear the costs of operation and maintenance of the more expensive it will be difficult to develop water management, so development hydram pump (hydraulic ram) became the appropriate solution. Keywords: Hydraulic Ram, Waste Valves, Pipes Drive, Pipe Delivery 
Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Identifikasi Lahan Kritis dan Arahan Fungsi Lahan Daerah Aliran Sungai Sampean Asmaranto, Runi; Suhartanto, Ery; Permana, Bias Angga
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 1, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1579.333 KB)

Abstract

DAS Sampean merupakan daerah aliran sungai yang kondisi topografinya rata-rata sangat curam. Kondisi tata guna lahan yang sebagian besar sawah irigasi ini cukup memungkinkan terjadinya erosi. Apalagi tataguna lahan lainnya berupa ladang, semak dan sawah tadah hujan yang tanamannya merupakan tanaman berkedalaman akar rendah dan berperan besar dalam proses penyebab terjadinya kerusakan tanah, mempercepat laju erosi dan meningkatkan volume limpasan permukaan. Berdasarkan kondisi tersebut, studi ini mengkaji tingkat bahaya erosi yang terjadi saat ini pada tata guna lahan eksisting Das Sampean serta menentukan arahan penggunaan lahan yang tepat sesuai dengan kemampuan lahan kawasannya dengan mempertimbangkan kondisi DAS Sampean.Metode yang digunakan dalam menghitung besarnya laju erosi adalah metode MUSLE dimana metode tersebut menggunakan pendekatan dari faktor limpasan permukaan. Pengolahan data-datanya menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) karena memudahkan dalam penganalisaan dan pengelompokan data. Dari hasil analisa diperoleh debit limpasan permukaan yang terjadi sebesar 247,967 m3/dt. Total Erosivitas Limpasan Permukaan yang terjadi adalah 48.129,73 m2/jam, hal ini memicu terjadinya laju erosi yang rata-ratanya mencapai 43.939,94 ton/ha/thn, atau identik dengan kehilangan tanah sebesar : 258,470 cm/thn. Besarnya laju erosi pada DAS Sampean ini mengakibatkan tingkat bahaya erosi sebesar 95,54% dari luas wilayahnya termasuk sangat berat. Sedangkan untuk tingkat bahaya erosi lainnya yaitu, berat : 2,72%, sedang : 1,02%, ringan :0,72%. Analisa kemampuan lahan didominasi kemampuan kelas VII (75,39%), yang merupakan daerah Pengembalaan Terbatas. Sedangkan ARLKT di DAS Sampean terdiri dari 3 (tiga)kawasan, yaitu Kawasan lindung (10,53%), Kawasan Penyangga (52,23%), Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan (37,23%).Kata – kata kunci: Sistem Informasi Geografis, Erosi, MUSLE ( Modified Universal Soil LossEquation), Daerah Aliran Sungai (DAS)
Aplikasi Model AVSWAT 2000 untuk Memprediksi Erosi, Sedimentasi dan Limpasan di DAS Sampean Asmaranto, Runi; Suhartanto, Ery; Yuanita, Mike
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 2, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.775 KB)

Abstract

DAS Sampean merupakan salah satu DAS yang memiliki kondisi kritis, dengan musim penghujan pada Bulan Desember - Maret. Salah satu faktor yang menyebabkan kondisi DAS Sampean menjadi kritis adalah karena penggundulan hutan oleh masyarakat. Akibat kondisi DAS yang kritis tersebut, maka tingkat kekeringan dan banjir akan terus semakin bertambah apabila kondisi DAS tersebut tidak segera ditangani. Software AVSWAT 2000 adalah program yang berbasis SIG yang bekerja sebagai tambahan (Graphical User Interface) dalam software Arc View. Program AVSWAT 2000 dirancang khusus dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah- masalah yang ada dalam suatu DAS. Salah satu kemampuannya adalah untuk memprediksi erosi, sedimentasi dan limpasan yang ada pada DAS Sampean. Besarnya debit limpasan rata-rata pada DAS Sampean mulai tahun 1996 sampai dengan tahun 2005 sebesar 358,67 m3/dt, laju erosi rata –rata sebesar 303,98 ton/ha/th atau sekitar 25,33 mm/th dan sedimen sebesar416960,9 ton/th. Berdasarkan Indeks Bahaya Erosi, DAS Sampean memiliki Indeks Rendah sebesar 9,64% (11997,47 ha), Indeks Sedang sebesar 39,38% (48863,70 ha), Indeks Tinggi sebesar 3,16% (3929,83 ha), dan Indeks Sangat Tinggi sebesar 47,92%(59609,87 ha).Kata Kunci : DAS Sampean, Erosi, Sedimentasi dan Limpasan
PENENTUAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK TANAH TIDAK JENUH MENGGUNAKAN UJI RESISTIVITAS DI LABORATORIUM Asmaranto, Runi; Aryani Soemitro, Ria Asih; Anwar, Nadjadji
Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering Vol 3, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1742.173 KB)

Abstract

Electrical resistivity can be used to identify geotechnical parameters such as water content, liquid limit, plastic limit and unit weight. It is known that the hydraulic conductivity values can be predicted based on soil properties, so that should be determined through resistivity laboratory test. Some researchers explained that unsaturated soil hydraulic conductivity correlated with soil-water characteristic curve (SWCC), thus the estimated values of hydraulic conductivity using a resistivity test is very important to be developed by observing the behavior of the soil.This study examines changes in hydraulic conductivity of unsaturated soil based on laboratory resistivity test. The results are compared with Gardner (1958) and Campbel (1973) empirical methods. The results show that the unsaturated soil hydraulic conductivity correlates well with the empirical methods used.Keywords: soil-water characteristic curve, hydraulic conductivity, unsaturated soil, suction