p-Index From 2019 - 2024
0.835
P-Index
This Author published in this journals
All Journal AKSONA
Muhammad Hamdan
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga; RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh Usia dan Jenis Kelamin pada Skala Nyeri Pasien Trigeminal Neuralgia Hanik Badriyah Hidayati; Elena Ghentilis Fitri Amelia; Agus Turchan; Nancy Margarita Rehatta; Atika; Muhammad Hamdan
AKSONA Vol. 1 No. 2 (2021): JULY 2021
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.957 KB) | DOI: 10.20473/aksona.v1i2.149

Abstract

Pendahuluan: Trigeminal neuralgia (TN) merupakan kondisi yang digambarkan sebagai nyeri hebat seperti tersilet pada satu sisi wajah  pada distribusi area saraf ke lima. Nyeri ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Rasa nyeri merupakan fenomena subjektif yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti usia dan jenis kelamin. Tujuan: Mengetahui pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap skala nyeri pasien Trigeminal Neuralgia. Metode: Data diambil dari rekam medik pasien pada periode Januari 2017 hingga Juni 2019 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RS PHC Surabaya, dan RSUD Bangil Pasuruan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil: TN banyak ditemukan pada kelompok usia  36-64 tahun (55,55%) dan jenis kelamin perempuan (66,67%). Tidak didapatkan hubungan pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap skala nyeri pasien (p > 0.05). Kesimpulan: Usia dan jenis kelamin merupakan faktor yang tidak dapat diubah dalam mempengaruhi nyeri. Usia dan jenis kelamin mempengaruhi nyeri melalui perubahan anatomi, hormonal, dan psikologis. Tidak ada hubungan antara usia dan jenis kelamin pada skala nyeri pasien dengan TN.  
Penyakit Parkinson: Tinjauan Tentang Salah Satu Penyakit Neurodegeneratif yang Paling Umum Safia Alia; Hanik Badriyah Hidayati; Muhammad Hamdan; Priya Nugraha; Achmad Fahmi; Agus Turchan; Yudha Haryono
AKSONA Vol. 1 No. 2 (2021): JULY 2021
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.044 KB) | DOI: 10.20473/aksona.v1i2.145

Abstract

Penyakit Parkinson (PP) adalah penyakit neurodegeneratif paling umum ke dua yang melibatkan hilangnya neuron dopaminergik di otak tengah yang menyebabkan gejala motorik dan nonmotorik pada pasien yang mengalaminya. Gejala motorik ini dapat dikelola dan dikendalikan dalam  jangka waktu tertentu dengan menggunakan obat-obatan seperti levodopa. PP mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, oleh karena itu tinjauan pustaka tinjauan pustaka tentang PP menjadi penting dan kami akan menyampaikan berbagai hal penting dari PP mulai dari patofisiologi hingga tindakan pengobatan baik medikamentosa maupun tindakan intervensi.
Hemichorea Onset Lambat pada Stroke Perdarahan Thalamus Kanan Diayanti Tenti Lestari; Priya Nugraha; Muhammad Hamdan
AKSONA Vol. 1 No. 2 (2021): JULY 2021
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.654 KB) | DOI: 10.20473/aksona.v1i2.140

Abstract

Pendahuluan: Chorea merupakan gangguan gerak involunter hiperkinetik. Chorea dapat disebabkan lesi vaskular serebral iskemik atau perdarahan. Gejala klinis melibatkan satu sisi tubuh dan lesi terletak di hemisfer otak kontralateral. Gangguan gerak pasca stroke paling sering dikaitkan dengan lesi di basal ganglia (44%) dan thalamus (37%). Laporan ini bertujuan untuk menyampaikan kasus hemichorea, gangguan gerak pascastroke perdarahan yang meliputi diagnosis, terapi dan prognosis. Kasus: Seorang laki-laki 59 tahun menderita tekanan darah tinggi, dislipidemia dan mengalami stroke perdarahan dengan kelemahan tubuh di sisi kiri. 5 bulan paca stroke pasien datang ke poliklinik rawat jalan saraf dengan keluhan lengan bawah kiri bergerak seperti menghentak. Pasien mengaku gerakan mulai muncul pada jemari tangan, terasa tertarik tarik otomatis menyentak, gerakannya tidak dapat dikendalikan. Pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemeriksaan neurologis menunjukkan hemiparese sisi kiri dan gerakan otot berlangsung cepat, tanpa ritme, melibatkan satu anggota badan yaitu lengan kiri dan tes laboratorium menunjukkan dislipidemia. Pencitraan otak menunjukkan area hipointens pada thalamus kanan. Gejala dapat terkontrol dengan pemberian obat antidopaminergik (haloperidol) dan agonis GABA (klonazepam). Kesimpulan: Gangguan gerak dapat terjadi pascastroke sehingga penting untuk mengetahui dan mempertimbangkan terapi serta prognosis untuk kualitas hidup pasien pascastroke. Pemberian haloperidol dan klonazepam pada kasus hemichorea mengurangi klinis gerakan involunter.
Multiple Sistem Atrophy: Sebuah Laporan Kasus Edfina Rahmarini; Muhammad Hamdan; Priya Nugraha; Paulus Sugianto; Yudha Haryono
AKSONA Vol. 1 No. 1 (2021): JANUARY 2021
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.173 KB) | DOI: 10.20473/aksona.v1i1.102

Abstract

Pendahuluan: Multiple sistem atrophy adalah penyakit degeneratif yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Sedikit jurnal yang yang membahas tentang diagnosis dan penanganan multiple system atrophy secara menyeluruh. Kasus: Seorang laki-laki berusia 44 tahun datang ke poli saraf dengan keluhan kelemahan pada keempat ekstremitas dengan disertai gejala parkinsonisme yang khas. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan gangguan fungsi serebelum. Pada pemeriksaan MRI kepala dengan kontras didapatkan gambaran khas suatu multipel system atrophy tipe cerebellar. Kesimpulan: Multipel system atrophy adalah kasus degeneratif yang bersifat jarang namun seringkali dapat menyebabkan kematian. Dibutuhkan diagnosis yang cepat dan penanganan yang memadai secara multidisiplin untuk mencegah beratnya gejala multiple system atrophy. Terapi simptomatik dan suportif sangat dibutuhkan untuk meningatkan kualitas hidup pasien.
Komorbiditas Pasien Demensia di RSUD Dr. Soetomo Periode Januari–Desember 2017 Nabilah Hasna Imami; Yudha Haryono; Anggraini Dwi Sensusiati; Muhammad Hamdan; Hanik Badriyah Hidayati
AKSONA Vol. 1 No. 1 (2021): JANUARY 2021
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.436 KB) | DOI: 10.20473/aksona.v1i1.95

Abstract

Pendahuluan: Demensia merupakan proses hilangnya fungsi kognitif seperti berpikir, mengingat, dan bernalar sehingga penderita demensia terganggu dalam melakukan kehidupan dan aktivitas sehari-hari pada seseorang. WHO menyebutkan bahwa jumlah pasien demensia di dunia terus meningkat. Pada tahun 2015, pasien demensia diprediksi mencapai 47,47 juta pasien dan dapat mencapai 75,63 juta pada 2030. Semakin meningkat usia lansia, faktor komorbiditas yang menyerang lansia juga semakin meningkat. Faktor komorbiditas dapat berupa penyakit kronik seperti stroke, hipertensi, DM, juga penyakit jantung. Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi komorbiditas pada pasien lansia demensia di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Metode: Data diambil dari rekam medis pasien pada periode Januari hingga Desember 2017 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil: Faktor komorbiditas yang paling banyak terjadi pada pasien demensia adalah stroke (57,3%), diikuti oleh hipertensi (50,6%), DM (30,3%), penyakit Parkinson (24,7%), dan penyakit Jantung (19,1%). Kesimpulan: Stroke merupakan komorbiditas paling banyak terjadi pada pasien dengan demensia. Hipertensi berada di tempat kedua paling banyak diderita lansia demensia. Pengendalian komorbiditas pada lansia sangat penting untuk dilaksanakan untuk mengendalikan risiko terjadinya penurunan fungsi kognitif.