Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PENGARUH TEKNOLOGI P3S (PEMANGKASAN, PEMUPUKAN, PANEN SERING DAN SANITASI) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KAKAO (STUDI KASUS DI KECAMATAN NITA KABUPATEN SIKKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR) Yasinta Roslinda Mero; M. Muslich Mustadjab; Nuhfil Hanani
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 15, No 1 (2015)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.139 KB)

Abstract

Fenomena di daerah penelitian pada tanaman tahunan khususnya pada tanaman kakao  sangat memberikan prospek yang baik untuk pengembangannya. Selama ini produksi dan pendapatan yang dihasilkan belum maksimal, sehingga diharapkan dengan penelitian ini dalam kaitan dengan penerapan teknologi P3S (Pemangkasan, Pemupukan, Panen Sering dan Sanitasi) dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani kakao. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis pengaruh penerapan teknologi Pemangkasan, Pemupukan, Panen Sering dan Sanitasi (P3S) terhadap produksi usahatani kakao baik pengguna teknologi P3S dan non pengguna teknologi P3S; (2) menganalisis pengaruh penerapan teknologi Pemangkasan, Pemupukan, Panen Sering dan Sanitasi (P3S) terhadap pendapatan usahatani kakao baik pengguna teknologi P3S dan non pengguna teknologi P3S; serta (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kakao.Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji beda produksi dan pendapatan usahatani pengguna teknologi P3S berbeda nyata dengan produksi dan pendapatan usahatani non pengguna teknologi P3S. Teknologi P3S kakao dapat memicu produksi kakao petani karena dengan teknologi P3S, tingkat produksi usahatani kakao petani pengguna teknologi P3S lebih tinggi dibandingkan petani non pengguna teknologi P3S. Terdapat lima parameter yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu luas lahan (X1), jumlah produksi (X5), harga jual (X6), umur petani (X7), variabel dummy pengguna/non pengguna teknologi P3S (D8). Sedangkan variabel umur tanaman (X2), pengalaman bertani (X3), biaya produksi  (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan petani.
KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK Alia Fibrianingtyas; Nuhfil Hanani; Budi Setiawan
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 14, No 1 (2014)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.946 KB)

Abstract

Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010 hingga 2014 yang dalam proses penyusunannya melibatkan kabupaten dan kota. Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu sasaran pengembangan wilayah di bagian selatan Jawa Timur yang diduga penganekaragaman penyediaan pangan (Pola Pangan Harapan) di beberapa kecamatannya masih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis penganekaragaman penyediaan pangan masing-masing kecamatan di Kabupaten Trenggalek apabila dilihat dari skor Pola Pangan Harapan (PPH), 2) menganalisis potensi kecamatan berdasarkan ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek, 3) mengklasterkan (mengelompokkan) potensi kecamatan berdasarkan analisis ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek. Metode yang digunakan yaitu skor Pola Pangan Harapan, analisis ketahanan pangan dan analisis klaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor Pola Pangan Harapan di Kabupaten Trenggalek tergolong rendah, dengan skor Pola Pangan Harapan tertinggi adalah Kecamatan Bendungan yaitu sebesar 61.18. Beberapa kecamatan di Kabupaten Trenggalek juga masih perlu ditingkatkan potensi ketahanan pangannya. Dari penelitian ini dapat dibentuk sebanyak empat klaster berdasarkan ketahanan pangan, antara lain Klaster I dengan nama Dominan Penyerapan Pangan, Klaster II dengan nama Dominan Akses Pangan, Klaster III dengan nama Dominan Status Gizi dan Klaster IV dengan nama Dominan Ketersediaan Pangan. Berdasarkan klaster yang terbentuk tersebut perlu dilakukan peningkatan potensi ketahanan pangannya pada setiap kecamatan.   Kata kunci: Pola Pangan Harapan, ketahanan pangan, klaster
PENERAPAN USAHATANI KONSERVASI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) HULU (STUDI KASUS DI DESA SUMBER BRANTAS DAN DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU) Nailatul Khoiriyah C.; Abdul Wahib Muhaimin; Nuhfil Hanani
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 14, No 3 (2014)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.578 KB)

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun mempunyai implikasi terhadap kebutuhan sumber daya lahan terutama untuk pertanian. Hal tersebut menjadi salah salah satu alasan mengapa tidak sedikit petani mengusahakan lahan marginal di perbukitan untuk bercocok tanam. Potensi sumber daya lahan di DAS Brantas tepatnya di bagian hulu saat ini kritis. Hal ini disebabkan adanya alih fungsi lahan sehingga terjadi erosi yang cukup tinggi yang dapat berdampak pada pendapatan usahatani mereka. Adanya kondisi demikian menjadi faktor penyebab mengapa perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat penerapan yang telah dilakukan oleh beberapa petani terhadap sistem usahatani konservasi. Selain itu, dianalisis pula kelayakan finansial usahatani konservasi. Dengan menggunakan analisis skor dan kelayakan finansial usahatani diperoleh hasil bahwa semakin diterapkannya usahatani konservasi akan mampu meningkatkan pendapatan petani tanpa harus merusak kelestarian lingkungan.   Kata kunci: Usahatani Konservasi, Tingkat Penerapan, Kelayakan Finansial
Kinerja dan Ukuran Usahatani Tebu di Kabupaten Malang Jawa Timur Arief Joko Saputro; Nuhfil Hanani; Fahriyah Fahriyah
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 5, No 4 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2021.005.04.29

Abstract

Rendahnya produktivitas tebu di berbagai wilayah, khususnya di wilayah sentra produksi, menyebabkan produksi gula dalam negeri berfluktuasi dan tidak dapat memenuhi kebutuhan gula nasional. Hal tersebut diduga disebabkan penggunaan input yang tidak efisien oleh petani tebu, kurangnya akses modal dan informasi yang menyebabkan petani belum mampu mengadopsi teknologi budidaya tebu terbaru. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja usahatani tebu di Kabupaten Malang dengan mengukur efisiensi teknisnya menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey terhadap 50 petani tebu responden di Kabupaten Malang dengan metode multistage random sampling. Secara rata-rata efisiensi teknis total (TE CRS) petani tebu di Kabupaten Malang sebesar 0,766, rata-rata nilai efisiensi teknis murninya (TE VRS) menunjukkan secara sebesar 0,829, dan rata-rata skala efisiensinya sebesar 0,926. Petani yang sudah dalam kondisi yang efisien secara teknis dalam skala yang optimal (CRS) sebesar 18% dan 82% belum berada pada skala yang optimal. Petani yang tidak berada pada skala yang optimal, ada pada kondisi IRS 50% dan sisanya berada pada kondisi DRS sebanyak 32%. Analisis korelasi pada luas lahan sebagai variabel kontrol memberikan pengaruh signifikan terhadap hubungan antara efisiensi teknis dengan pendapatan yang menunjukkan korelasi yang kuat dan positif yaitu sebesar 0,415.
SKENARIO KEBIJAKAN SWASEMBADA BERAS DI INDONESIA Dwi Apriyanti Kumalasari; Nuhfil Hanani; Mangku Purnomo
HABITAT Vol. 24 No. 1 (2013)
Publisher : Department of Social Economy, Faculty of Agriculture , University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.779 KB)

Abstract

Indonesia merupakan negara agragaris penghasil komoditas pangan beras khususnya. Seiring dengan adanya pertumbuhan penduduk, maka permintaan pangan akan semakin meningkat. Peningkatan ini akan diikuti dengan peningkatan produksi beras dalam negeri. Namun yang terjadi pada beberapa tahun ini perberasan Indonesia hanya mengalami swasembada beras pada tahun 1969 hingga 1984. Setelah tahun tersebut Indonesia belum lagi bisa mencukupi kebutuhan beras dalam negeri, yang mana memaksa melakukan impor beras dalam jumlah cukup besar. Besar impor semakin lama semakin tinggi seiring dengan kurang mampunya negara dalam mencukupi kebutuhan pangan dalam domestik sendiri. Penelitian ini akan membahas mengenai kondisi perberasan Indonesia beserta mencari permodelan yang tepat dalam mencari kebijakan yang paling tepat untuk diterapkan dalam mencapai swasembada beras. Data penelitian ini bersifat data skunder mulai tahun 1980 hingga 2011. Analisis data yang dilakukan analisis persamaan simultan historis. Hasil penelitian didapatkan terdapat 3 blok dalam estimasi model perberasan Indonesia, yakni produksi, konsumsi, dan impor. Menurut hasil identifikasi model tergolong over identified. Hasil estimasi model diketahui seluruh model signifikan dan memiliki nilai yang baik melalui koefisien determinasi R2, uji f, dan uji t. Berdasarkan hasil validasi menunjukkan nilai yang baik, yakni kecilnya selisih nilai prediksi dan aktualnya. Hasil simulasi secara historical didapatkan bahwa luas lahan perlu ditingkatkan 5% atau harga pupuk diturunkan 15% atau juga meningkatkan kredit sebesar 5% untuk mencapai swasembada beras pada tahun tersebut.Â